Pariaman, Sumatera Barat - Lebih dari 200 ribu pengunjung memadati kawasan Muaro Pantai Gandoriah, Pariaman, Minggu (6/7), untuk menyaksikan puncak Pesona Budaya Hoyak Tabuik 2025--sebuah festival budaya bersejarah yang telah berlangsung hampir dua abad di pesisir barat Sumatera.
Acara yang digelar setiap awal Muharram ini menjadi magnet pariwisata terbesar di Sumatera Barat, dan tahun ini mencatat rekor baru dalam hal kehadiran pejabat nasional maupun jumlah pengunjung.
Festival tahun ini dihadiri langsung oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menjadikannya kali pertama seorang menteri hadir dalam puncak perayaan tabuik di Pariaman. Dalam kunjungannya, Fadli Zon juga meresmikan Museum Tabuik, museum kebudayaan pertama yang didedikasikan sepenuhnya untuk melestarikan tradisi tabuik.
“Kehadiran Bapak Menteri menjadi bukti nyata bahwa budaya lokal seperti tabuik tidak hanya milik masyarakat Pariaman, tetapi warisan Indonesia yang harus dijaga dan dipromosikan di tingkat dunia,” ujar Wali Kota Pariaman, Yota Balad.
Ia menambahkan, Kementerian Kebudayaan bersama pemerintah provinsi berencana mendorong pengakuan Tabuik Piaman sebagai Intangible Cultural Heritage atau Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.
Festival tabuik memiliki akar sejarah merujuk pada kisah kepahlawanan cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain, dalam tragedi Karbala. Namun, di Pariaman, tradisi ini telah mengalami proses kulturalisasi dan lokalisasi, melebur menjadi pesta rakyat lintas keyakinan dan lintas generasi.
Menurut sejarawan lokal, tabuik pertama kali diperkenalkan oleh serdadu India Muslim (sepoy) yang dibawa Inggris pada awal abad ke-19. Catatan Belanda menyebutkan kemunculan tabuik pertama kali pada sekitar 1826–1828, saat kekuasaan kolonial mulai menguat di pantai barat Sumatera.
Kini, dua tabuik besar, Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang, diarak dalam prosesi dramatik yang menggambarkan pengangkatan ruh Imam Husain ke langit. Acara ditutup dengan prosesi pembuangan tabuik ke laut sebagai simbol pelepasan duka dan harapan akan kedamaian.
Selama 10 hari pelaksanaan dari 27 Juni hingga 6 Juli, panitia mencatat peningkatan drastis dalam volume transaksi ekonomi, terutama di sektor kuliner, penginapan, transportasi, dan usaha mikro lokal. Dinas Pariwisata Pariaman melaporkan bahwa lebih dari 700 UMKM berpartisipasi dalam rangkaian acara tahun ini.
Menurut data Kominfo Kota Pariaman, perputaran uang selama perayaan mencapai lebih dari Rp 50 miliar, naik 25% dibandingkan tahun 2024.
Wakil Wali Kota Mulyadi mengatakan, Tabuik tidak hanya soal warisan, tetapi juga tentang ekonomi kreatif. "Kami ingin menjadikan acara ini sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.”
Pemerintah Kota Pariaman, bersama diaspora perantau Minang di bawah naungan PKDP (Persatuan Keluarga Daerah Piaman), menargetkan agar festival tabuik masuk dalam kalender tetap pariwisata nasional, sekaligus menjadi destinasi budaya unggulan Asia Tenggara.
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasco Ruseimy, yang turut hadir, menyampaikan komitmen penuh pemerintah provinsi untuk mendampingi pengusulan Tabuik ke UNESCO.
“Sumatera Barat punya kekayaan budaya luar biasa. Tabuik adalah wajah spiritual, artistik, sekaligus ekonomis dari masyarakat Piaman. Ini harus kita dorong ke panggung dunia,” ujarnya. (*)