Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bukan Salah Yota

28 Juli 2025 | 28.7.25 WIB Last Updated 2025-07-28T01:14:51Z
Pariamantoday  - Ketidakhadiran Persikopa Pariaman di ajang Soeratin U-17 tahun ini memang menyisakan getir bagi pencinta bola lokal. Apalagi, klub kebanggaan ranah Piaman ini dua kali menjadi runner-up nasional. Publik bertanya-tanya, bagaimana mungkin tim yang telah mencetak sejarah justru absen dalam kompetisi bergengsi itu? 

Sayangnya, alih-alih mencari solusi, sejumlah pihak justru menggiring opini menyalahkan Wali Kota Pariaman yang baru, Yota Balad. Sebuah narasi yang jika ditelusuri, lebih mirip fitnah daripada fakta.

Yota Balad diframing sebagai pemimpin yang “anti bola” dan akan mematikan Persikopa. Padahal, sejak dilantik, jejaknya justru menunjukkan arah sebaliknya. Kurang dari 100 hari menjabat, ia langsung membuka seleksi pemain Persija Jakarta di Stadion Persikatim. Bukan hanya seremonial, kehadirannya menunjukkan komitmen pada pembinaan olahraga. Acara itu ditutup oleh Wakil Wali Kota Mulyadi, menegaskan bahwa dukungan Pemko tidak main-main.

Bukan itu saja. Saat Cimparuah FC U-14 berlaga di putaran nasional Liga Sentra Bandung awal Juli lalu, Yota Balad hadir melepas mereka. Hasilnya? Juara dua nasional. Prestasi yang lahir bukan dari politisasi, tapi dari pembinaan yang nyata. Belum cukup? Dalam waktu dekat, Pemko juga akan menyokong kompetisi usia dini U-12 dan U-15 sebagai bentuk konkret keberpihakan pada generasi muda di lapangan hijau.

Lalu kenapa Persikopa tak ikut? Jawabannya bukan di Balaikota. Ketua KONI Kota Pariaman, Edison TRD, SH, MH, menegaskan bahwa ketidakhadiran Persikopa lebih karena kekosongan kepengurusan dan efisiensi anggaran. Dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat, hanya enam yang ambil bagian. 

Lebih rinci lagi, dalam SK Pengurus Persikopa 2022–2027, Ketua Umumnya adalah Genius Umar. SK itu belum dicabut, dan belum pula dibentuk kepengurusan baru. Bahkan saat Roberia menjabat Penjabat (PJ) Wali Kota, Robe hanya didaulat sebagai ketua dewan pembina, bukan ketua umum. 

Jadi, tidak ada relevansi menyeret Yota Balad dalam urusan ini. Ia bukan pengurus, bukan pelaksana teknis, apalagi penghambat.

Yota sosok yang terbuka dan menerima masukan. Hanya mereka yang tak jujur membaca data dan tak fair melihat peran, yang tetap ngotot menjadikan Yota Balad kambing hitam.

Yota Balad tak sempurna. Tapi untuk urusan mendukung sepakbola, ia sudah melangkah dengan lebih berani dari yang diduga. Kini, saatnya publik melek, menyadari bahwa untuk bangkit, kita perlu lebih banyak kontribusi, bukan menebar tuduhan. (OLP)
×
Berita Terbaru Update