Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Prosesi Maambiak Tanah, Simbol Awal Pesona Hoyak Tabuik Piaman 2025

28 Juni 2025 | 28.6.25 WIB Last Updated 2025-06-28T00:39:25Z



Pariaman — Rangkaian Pesona Budaya Hoyak Tabuik Piaman 2025 resmi dimulai dengan prosesi sakral Maambiak Tanah, bertepatan dengan 1 Muharam 1447 Hijriyah atau Jumat (27/6/2025). Prosesi ini menandai awal ritual panjang yang setiap tahun menjadi denyut kebudayaan sekaligus perekat sosial masyarakat Pariaman.

Maambiak Tanah dilaksanakan di dua lokasi berbeda. Tabuik Subarang mengambil tanah di aliran Sungai Batang Piaman di Desa Pauh Timur, sementara Tabuik Pasa melaksanakan prosesi di sungai kecil di Kelurahan Alai Galombang. Keduanya berada di Kecamatan Pariaman Tengah, pusat denyut ritual Tabuik.

Ritual ini tidak sekadar simbolis. Para anak Tabuik menyelam ke dasar sungai, seluruh badan tenggelam di air, mengambil segenggam tanah yang kemudian dimasukkan ke belangga, dibungkus kain putih, dan diletakkan di baki khusus. Tanah yang sudah dibungkus ini kemudian diarak pulang ke Rumah Tabuik, diiringi obor atau lentera—menciptakan pemandangan magis di pinggir jalan, di antara suara tabuhan beduk dan langkah kaki anak Tabuik yang menjaga tanah tetap utuh di atas baki.

Filosofi di balik Maambiak Tanah sederhana tapi mendalam: manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah, sementara tanah yang diambil dari sungai diyakini melambangkan kesucian asal manusia.

Wakil Wali Kota Pariaman, Mulyadi, yang hadir langsung dalam prosesi, menegaskan keunikan tradisi ini: anak Tabuik Pasa mengambil tanah di wilayah Tabuik Subarang, dan sebaliknya—sebuah simbol kebersamaan yang menjadi kunci keharmonisan pesta rakyat ini.

“Inilah keunikan Tabuik Piaman, di mana kebersamaan dijaga melalui simbol-simbol sederhana, tapi sarat makna. Pesta Tabuik bukan hanya tontonan, tetapi ajang kebersamaan dan pengingat jati diri orang Piaman,” kata Mulyadi.


Ia juga menegaskan komitmen pemerintah kota untuk terus menjaga kemurnian ritual Tabuik, sebagai warisan budaya yang tidak sekadar bertahan, tetapi tetap hidup di hati generasi baru.

“Budaya Tabuik ini pesta rakyatnya Pariaman. Sekali setahun, masyarakat bersatu. Kita jaga, kita teruskan, agar keaslian tradisi ini tidak pudar dimakan waktu,” tegasnya.

Dari sejumput tanah di dasar sungai, spirit Hoyak Tabuik 2025 pun resmi digerakkan—menyatukan anak Tabuik, tetua adat, dan seluruh warga Piaman dalam satu irama: merawat pusaka, menjaga harmoni, dan merayakan hidup dalam bingkai warisan budaya yang tak lekang oleh zaman. (*)


×
Berita Terbaru Update