Abrasi yang terjadi di sejumlah pulau-pulau kecil pantai barat Pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau yang ada di Pariaman, mempengaruhi penetasan telur hewan penyu. Hasil monitoring yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Konservasi Penyu Pariaman, didapati siklus perpindahan penyu bertelur yang semula di Pulau Kasiak, ke daerah lain.
"Hal itu disebabkan karena di bagian utara Pulau Kasiak terjadi abrasi, sehingga penyu pindah ke tempat lain untuk menetaskan telurnya. Tempat peneluran penyu biasanya 10 hingga 40 meter dari lokasi bibir pantai, atau tergantung kemiringan pantai," kata Citrha Aditur Bahri, Kepala UPT Konservasi Penyu Pariaman, Sabtu (10/9).
Dugaan perpindahan penetasan telur oleh penyu ke tempat lain, menurut Citrha, dikuatkan dari hasil monitoring pihaknya yang dilakukan secara konsisten ke beberapa pulau kecil yang ada di perairan Pariaman.
"Kita menyimpulkan setelah menemukan jejak penyu di beberapa pulau kecil," ungkapnya.
Masih menurutnya, selain di Pulau Kasiak, abrasi juga terjadi Pulau Angsoduo, dan sejumlah bibir pantai. Secara alamiah, selama abrasi masih berlangsung, perpindahan penetasan telur oleh penyu akan terus terjadi.
"Fenomena ini bersifat sementara. Jika kondisinya kembali normal, penyu akan bertelur lagi di tempat semula," tuturnya.
Sebelumnya, Kepala BPBD Kota Pariaman, Yaminurizal, beberapa waktu lalu menyebutkan, abrasi yang terjadi, baik di kawasan pulau maupun di kawasan pantai, disebabkan pola cuaca ekstrim yang melanda pantai barat Sumatera dan beberapa negara di Samudera Hindia.
"Fenomena abrasi yang terjadi saat ini adalah siklus alam yang lumrah. Jika terjadi pengikisan di suatu wilayah, seperti di pulau Kasiak, arah berlawanan kawasan pulau itu akan bertambah, dan begitu seterusnya," kata Yaminurizal.
Sedangkan untuk kawasan pantai, secara teori, hampir sama.
"Sekarang kita dalam masa fenomena cuaca ekstrim. Akan kembali seperti semula jika cuaca sudah kembali normal," kata dia.
Dia menambahkan, cuaca ekstrim di Pariaman yang semula disebabkan oleh fenomena El-nino, berlangsung lebih lama dari perkiraan. Oleh sebab itu pihaknya selalu siagakan petugas 1x24 jam.
"Petugas BPBD selalu siaga dan memantau perkembangan cuaca. Kita juga lalukan koordinasi dengan BMKG dan instansi lain. Jika ada gejala akan terjadi cuaca buruk, kita siarkan melalui media saat itu juga," pungkasnya.
TIM