Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Lipsus 1 Muharam: Puluhan Ribu Jemaah Tumpah di Gandoriah

14 Oktober 2015 | 14.10.15 WIB Last Updated 2015-10-14T17:14:09Z



Puluhan ribu jemaah BKMT (Badan Kontak Majelis Taklim) se Sumatera Barat hadiri Tabliqh Akbar di Pantai Gandoriah Pariaman dalam rangka menyambut tahun baru islam 1 Muharram 1437 H sekaligus hari perdana rangkaian pelaksanaan Pesta Budaya Tabuik Piaman 2015, Rabu (14/10). Tabliqh akbar sekaligus perayaan tahun baru islam 1 Muharam ini dipastikan yang terbesar di Sumatera Barat untuk tahun ini.



Acara yang menghadirkan Syekh K.H. Sa'adih Al Batawi, pimpinan majelis dzikir As-Samawaat Al Maliki dari Tangerang Banten sebagai pemberi tausiah utama itu juga dihadiri oleh Ketua PKDP Sumbar Muslim Kasim, Walikota Pariaman Mukhlis Rahman, Wawako Genius Umar, Dandim 0308/Pariaman Letkol.Inf. Persada Alam, Sekdako Armen, Anggota DPRD Sumbar Endarmi, Wakil Ketua DPRD Kota Pariaman Syafinal Akbar, tokoh masyarakat sekaligus wartawan senior Sumbar Gusfen Khairul, para Kepala SKPD, Badan, Camat, Kabag, kepala desa/lurah se-Kota Pariaman hingga wisatawan yang berlibur di Pantai Gandoriah.

Dari pantauan wartawan di lapangan, puluhan ribu jemaah datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat menggunakan puluhan bus pariwisata, ratusan mobil dan kereta api. Jemaah terdiri dari segala tingkatan umur terlihat khusuk mendengarkan tausiah dan doa-doa yang dipimpin oleh para pemuka agama kaliber nasional.

Dengan membludaknya pengunjung di Pantai Gandoriah aparat keamanan dari Polres Pariaman dibantu Satpol PP dan Dishub melakukan sejumlah rekaya arus lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan. Disamping itu, ribuan murid sekolah juga melakukan pawai dari balaikota menuju pantai Gandoriah membawa spanduk pengenal sekolah mereka disamping atraksi.

Syekh K.H. Sa'adih Al Batawi saat itu mengkutbahkan bahwa orang Pariaman harus bangga pada daerahnya (proud to be). Menurut dia Pariaman dikenal di mana-mana di seluruh pelosok nusantara hingga ke mancanegara karena salah satu daerah pusat penyebaran agama islam di nusantara.

"Banggalah jadi orang Pariaman. Di Pariaman ini salah satu pusat pengembangan ajaran islam terbesar di nusantara yang dipimpin oleh ulama besar Syekh Burhanuddin. Orang Pariaman dikenal kuat adat dan kereligiusannya. Dan saya kaget, meskipun ditutup kabut asap keindahan Kota Pariaman tetap mempesona," pujinya.

Dia meminta kepada seluruh umat islam di Pariaman agar mensucikan hati supaya dekat dengan Allah SWT. Salah satunya dengan berzikir. Zikir menurutnya kunci dari ketenangan batin, jika jiwa kita semua sudah tenang, maka Allah akan menumpahkan rahmatnya pada daerah Pariaman.

Sementara itu, Walikota Mukhlis saat wawancara dengan wartawan mengatakan perlunya menjaga ibadah selalu utuh sebagai umat muslim. Dengan terjaganya ibadah akan membentuk perilaku yang berjalan di jalan Allah.

Mukhlis bahkan menyebut, semua jemaah yang hadir di acara tabliqh akbar dari sisi pariwisata sangat menguntungkan. Dia mengatakan Kota Pariaman adalah daerah tujuan wisata religius yang nyaman bagi umat muslim.

"Sarana promosi untuk Kota Pariaman oleh puluhan ribu jemaah. Maka dari itu harus kita layani dengan baik agar kesan-kesan selama di Pariaman mereka sampaikan kepada teman-teman di daerah mereka. Tadi sempat saya katakan jika ada kesan tidak baik, katakan kepada saya, yang baik sampaikan kepada teman-teman," kata dia.

Mukhlis yang didampingi Reni Mukhlis saat itu, juga menuturkan bahwa pariwisata membawa multiplyer-effect terhadap ekonomi masyarakat. Karena itu sektor pariwisata dinilai paling potensial untuk ditonjolkan. Berbagai sarana dan prasarana terus dilakukan hingga progress pertisius membangun mesjid terapung Pariaman.

"Mesjid terapung dalam tahapan kajian amdal. Dan itu keinginan kita. Sebelumnya telah kita lombakan diseinnya. Saya dipilih rakyat dan anggota dewan dipilih rakyat mempunyai cita-cita sama mewujudkan hal itu (pembangunan mesjid terapung). Masyarakat bisa menilai cita-cita kami baik atau tidaknya untuk mewujudkan Pariaman sebagai kota wisata konsep religius dengan mesjid terapungnya," jelas Mukhlis.

Menyikapi fenomena sosial failure (gejala kegagalan sosial) dengan meningkatnya angka kriminal di Kota Pariaman seperti judi, narkoba, pembunuhan, asusila dan lainnya, wajah walikota terlihat sedih, begitupun istri beliau. Pertanyaan itu terpaksa kami tanyakan langsung kepada Mukhlis sebagai walikota (pucuk pimpinan tertinggi) tanpa melupakan bahwa keluarga besarnya di pihak korban.

Mukhlis mengatakan semua kejadian yang menimpa Pariaman adalah cobaan bagi manusia yang beriman juga bagi seluruh warga Pariaman agar mereka kembali ke jalan Allah yang sesungguhnya (pembentukan moral ajaran islam). Bencana akan datang jika kita tidak mengindahkan ajaran agama Allah sebagai pegangan hidup demi keselamatan dunia akhirat.

"Untuk itu pemerintah akan berupaya menggiatkan penguatan spiritual sebagai pegangan hidup kepada seluruh lapisan masyarakat berlandaskan ajaran Allah."

"Marilah kita kembali taat kepada ajaran islam. Berusahalah selalu dekat dengan Allah. Banggalah dengan jadi orang Pariaman di mana ajaran islam disebarkan dari daerah kita oleh ulama besar Syekh Burhanuddin. Sarak mandaki adaik manurun. Mari sama-sama kita kembali menjadi orang Pariaman yang taat kepada ajaran Islam," pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Pariaman Syafinal Akbar menyebutkan, apa yang terjadi di Kota Pariaman saat ini terutama dengan meningkatkatnya sejumlah peristiwa kriminal merupakan pekerjaan rumah bagi seluruh lapisan masyarakat, baik itu eksekutif, legislatif, aparat hukum, ulama, tokoh masyarakat, pemuda, ormas dan LSM, agar mengamalkan ajaran Islam sebagai landasan moral, disamping melakukan intervensi sosial dan tindakan hukum.

"Pelaku kriminal jelas harus ditindak dan dihukum sesuai undang-undang. Agar gejala failure society tidak menjalar mari kita aktifkan kembali remaja-remaja mesjid, pengawasan lingkungan, oleh sekolah, dan terpenting oleh orangtua dalam mendidik anaknya. Didik generasi muda kita dengan contoh teladan," kata dia.

Menurutnya, degradasi moral bagai sebuah virus yang cepat menyebar. Jika itu menyerang komunitas sosial, tamengnya adalah masyarakat itu sendiri.

"Imunitas sosial namanya. Imunitas sosial akan didapat bila hierarki dipertahankan. Semua elemen masyarakat sadar akan tanggungjawab sosialnya. Begitu juga pemerintah dengan intervensi melalui program-program dan langkah-langkah pencegahan," kata mantan ketua remaja mesjid raya pauh era 1990-an ini.


OLP
×
Berita Terbaru Update