Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Hoyak Tabuik Dihoyak

9 November 2014 | 9.11.14 WIB Last Updated 2014-11-09T14:56:50Z



Ratusan ribu pasang mata warga yang datang dari berbagai daerah memadati Kota Pariaman untuk menyaksikan prosesi akhir (puncak) pesta budaya Hoyak Tabuik Piaman 2014, yaitu mengarak tabuik untuk dibuang ke laut (9/11) Pantai Gandoriah. Sebelum dibuang, sepasang tabuik, yaitu tabuik pasa dan tabuik subarang keluar dari rumah pembuatan tabuik untuk dirangkai secara utuh. Masyarakat Piaman menyebutnya dengan istilah tabuik naiak pangkek yang prosesinya dilakukan pada subuh dini hari. Tabuik pasa naiak pangkek berlokasi di Pasar Pariaman, sedangkan tabuik subarang di simpang Kampung Cino Pariaman.



Prosesi tabuik naiak pangkek dilakukan oleh anak adat nagari tabuik masing-masing yang terlibat sejak awal pembuatan tabuik. Untuk diketahui, tabuik adalah perayaan lokal yang masih dilestarikan masyarakat Pariaman untuk memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW di Perang Karbala.

Festival ini termasuk menampilkan kembali histori Pertempuran Karbala secara simbolik dan teatrikal dengan memainkan gendang tassa jika kita melihatnya menggunakan kaca mata sejarah. Tabuik, merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Walaupun sering dikaitkan dengan upacara Syi'ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa menjadikan ritus-ritus ini sebagai pesta seni budaya sekaligus untuk menarik minat wisatawan. Dan, tak satupun masyarakat Pariaman yang menganut paham Syiah, jika hal itu terus diperdebatkan.

Tabuik, dari masa ke masa, selalu mengundang lautan manusia untuk mengunjunginya. Pesta budaya yang sudah menjadi ikon Kota Pariaman ini memiliki daya ungkit sangat tinggi untuk menjagakan sektor-sektor lainnya. Menyadari hal itu, Pemko Pariaman menggelar berbagai even selama prosesi pesta budaya tabuik yang pada tahun 2014 ini dirayakan selama lima belas (15) hari, yaitu dari tanggal 25 Oktober s/d 9 November 2014.

Selama rentang waktu tersebut, Pemko Pariaman diuntungkan secara ekonomi karena perputarannya berkali-kali lipat dari alang harinya (hari normal). Biaya pengeluaran sebanyak Rp 750 juta untuk menghelat pesta budaya ini secara keseluruhan, tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan pemasukan yang diterima warga Kota Pariaman selama acara ini digelar. Sebutlah pemasukan dari restoran dan rumah makan, penginapan dan hotel beserta homestay, belum lagi pedagang-pedagang kecil kagetan yang jumlahnya ratusan pada saat acara puncak tabuik dibuang ke laut pada hari ini. Semua berjual-beli, sipak sintuang, lapuak lapak.

Sebelum diarak dan dibuang ke laut, kedua tabuik disandingkan di halaman lapangan merdeka Pariaman untuk dihoyak di depan tamu kehormatan dan seluruh pengunjung yang datang dari berbagai penjuru daerah. Dentuman gandang tassa menjagakan emosi keriangan pengunjung, tak luput walikota sendiri yang sempat berjoget ria membaur bersama warga.

Seremonial acara puncak tabuik kali ini dikata sambuti oleh utusan Dubes Iran untuk RI, Gubernur Sumbar diwakili Kepala Dinas Pariwisata, Walikota Pariaman, dan Ketua Panitia Pelaksana Tabuik Piaman 2014 oleh Kadis Pariwisata. Ditenda utama, Walikota Mukhlis Rahman duduk berdampingan dengan Bupati Padangpariaman Ali Mukhni mengapit Kadis Pariwisata Sumbar. Sedangkan Wakil Walikota Pariaman Genius Umar duduk bersebelahan dengan Kedubes Iran diapit Sekdako Pariaman Armen. Dibarisan depan lainnya terlihat Ketua DPRD Kota Pariaman Mardison Mahyuddin, dua Wakil Ketua DPRD Syafinal Akbar dan Jhon Edward, Dandim 0308 Pariaman bersebelahan dengan Wakapolres Pariaman, dll.

Usai seremonial dan suguhan puluhan pagelaran aneka macam tari tradisional dari pelbagai daerah (Riau, Sumut, Jambi dan Bengkulu) membius pengunjung, tibalah saatnya tabuik diarak beramai-ramai menuju Pantai Gandoriah untuk dibuang ke laut. Gandang tassa berdentum-dentum, berderak-derak membuat gairah pengunjung memuncak seiring lenggak-lenggok tabuik langsam menyibak kerumunan warga menuju tempat persinggahan terakhirnya. Disana, diombak mengalun, mentari menyugi, tubuhnya yang kokoh terkoyak-koyak, tersepih-sepih, tercabut-cabut. Disanalah dia bersemayam, sebelum jaga kembali pada 1 Muharam tahun depan!

Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update