Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jenjang Menuju Langit

17 Februari 2014 | 17.2.14 WIB Last Updated 2014-02-17T14:39:09Z




Dalam kehidupan terkadang kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, namun kedua simpang pilihan tersebut musti kita tempuh, bukan salah satunya ibarat buah simalakama. Disini mental kita seakan tertantang, energi kita terkuras, pikiran bagaikan cawan pengguncang dadu, memeningkan otak, mengaburkan mata, mengeruhkan hati, jika kita tetap bertahan dan tidak menentukan sikap.

Seorang pemimpin sejati acapkali berada dalam posisi tersebut sebagaimana ketika Abraham Lincoln (lahir di Hardin County, Kentucky, 12 Februari 1809 – meninggal di Washington, D.C., 15 April 1865 pada umur 56 tahun) Presiden ke-16 Amerika ketika hendak mengambil keputusan menghapuskan perbudakan demi Demokrasi dan Humanity (Dia mengeluarkan dekrit yang memerintahkan penghapusan perbudakan melalui Proclamation of Emancipation pada tahun 1863). Perang saudara berkobar, Amerika terpecah jadi dua kubu sebagaimana dikenal dengan pasukan Yankee dan Union. Ia adalah Presiden Amerika pertama yang dibunuh.

Pilihan yang sulit, atau sesulit apapun tiada besar artinya jika kita memiliki keyakinan kuat yang bersendi pada nilai-nilai kebenaran. Kebenaran yang sejati belum tentu dianggap benar jika belum diuji oleh masa dan zaman.

Dahulu, semasa Pariaman masih dipimpin oleh Anas Malik (1980-1990), publik menganggap dia sosok yang otoriter, keras, dan terkadang berbuat diluar kendali semacam acap menempeleng. Sikapnya yang demikian bukanlah semata hendak menyakiti masyarakat yang dipimpinnya. Dia melakukan hal tersebut karena justru cintanya. Dia bersepeda (ontel, honta, unto) saban subuh membangunkan warga agar melaksanakan sholat, membersihkan perkarangan. Dia merazia pesisir pantai agar masyarakat tidak buang hajat sembarangan macam orang tak beradat-piadat saja, dia merazia jemuran yang dihempaikan dihalaman rumah yang mengalutkan mata.

Dia lakukan semua itu dengan sepenuh hati, dia memikirkan masyarakatnya saban hari. Anas Malik selalu menerima masyarakatnya saat Ia berada di kantor. Demi kepentingan Warga, uang tiada berarti baginya. Dana taktis beliau hingga gaji sebagai Bupati semasa itu, kadang (kadangnya sering) dia pergunakan untuk membantu masyarakatnya yang betul-betul membutuhkan.

Anas Malik, ketika sudah tidak menjabat lagi tidaklah kaya, punya rumah pribadipun tidak. Dia kembali kerumah dinas tentaranya di Jakarta dalam keadaan sakit pula. Hingga kini saya tidak tahu pasti kapan Anas Malik dilahirkan meskipun sudah bertanya pada salah seorang anaknya (antara 1927-1928 jawabnya).

Seiring perputaran zaman, hanya satu-dua pemimpin yang dikenang dan melegenda hingga kini. Pemimpin yang dikenang pada masa sekarang belum tentu pemimpin pujaan semasa ia masih hidup. Penduduk Amerika bagian selatan sangat membenci Abraham Lincoln, Penganut Fanatik Hindu India sangat membenci Mahatma Gandhi hingga akhirnya dibunuh (Mohandas Karamchand Gandhi lahir di Porbandar, Gujarat, India Britania, 2 Oktober 1869 – meninggal di New Delhi, India, 30 Januari 1948 pada umur 78 tahun), PM Inggris Margaret Hilda Thatcher (lahir di Grantham, Lincolnshire, Inggris, 13 Oktober 1925 – meninggal di London, Inggris, 8 April 2013 pada umur 87 tahun) sangat dibenci dan dicemooh oleh para pemimpin Negara sekutunya hingga lawan-lawan politiknya semasa itu. Dia menerapkan kebijakan-kebijakan Konservatif yang kelak disebut sebagai Thatcherisme. Sekarang dipuja, tanya kenapa? Karena kebenaran sejati musti diuji oleh waktu. Kebenaran Sejati adalah Emas murni yang tahan uji.

Kebenaran itu selalu bermula dari sanubari. Kebenaran datang jika kita selalu mendengarkan kata hati yang paling dalam (b'jah: dalam bahasa Arab). Untuk mendengarkan suara-suara tersebut terlebih dahulu kita musti membersihkan hati kita dari jelaga-jelaga yang mengotorinya.

Sudut pandang atau persepsi kebahagiaan itu terkadang menipu. Bahagia belum tentu didapat dengan pangkat yang tinggi dan harta berlimpah. Definisi bahagia adalah definisi hati. Sepasang kekasih yang makan sepiring berdua dengan mesra penuh cinta jauh lebih merasakan kebahagian daripada sepasang kekasih yang makan di restoran mewah yang hanya sekedar seremonial society seandainya dihati masing-masing mereka berkalut-malut.

Terkadang kita terlalu menggantungkan harapan pada yang bersifat material (wujud), padahal sifat material tidak stabil dan mudah berubah wujud (teori kimia). Ukuran sukses bukanlah itulah adanya. Sukses bersifat relatif sesuai cita-cita yang tertanam dalam setiap diri kita. Orang yang kita lihat kaya raya sebelumnya, dipuja-puja, berpangkat-raya, dapat saja berubah 180 derajat setelahnya. Kadang hartanya disita oleh Bank karena kredit macet, atau dia ditangkap dan dipenjara lalu seluruh hartanya disita oleh negara karena harta yang dia kumpulkan dari hasil Korupsi. Kemudian bisa saja orang tersebut berputih muka menanggung aib dalam sisa hidupnya, bahkan aib tersebut juga jadi tanggungan keluarganya. Kita perlu uang untuk hidup, uang bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya perlu uang, namun kita pahamkan sisi ekonominya saja tentang uang bukan dengan logika terbalik.

Pikiran dan akal manusia bisa panjang sejengkal dan mengulas tanpa batas. Hanya akal yang bisa mendaki langit tanpa jenjang.

Penulis tidak mengklaim dirinya baik, namun menolak jika dikatakan jahat.

Catatan Oyong Liza Piliang


×
Berita Terbaru Update