Pariaman — Pemerintah Kota Pariaman secara resmi menutup Kejuaraan Nasional Sepatu Roda Pariaman Open Cup 2025, Minggu (29/6), menandai berakhirnya tiga hari kompetisi yang mempertemukan ratusan atlet muda dari seluruh Indonesia dan menciptakan dampak ekonomi yang terasa hingga ke tingkat rumah tangga.
Penutupan dilakukan oleh Wakil Wali Kota Pariaman, Mulyadi, di Arena Sepatu Roda Pantai Cermin. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat, termasuk panitia, peserta, pelatih, dan para orang tua.
Ia menekankan bahwa kejuaraan ini tidak hanya menjadi ajang perebutan medali, tetapi juga ruang untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan sportivitas di kalangan generasi muda, sekaligus memberikan dorongan nyata bagi perekonomian lokal.
“Kami melihat dampak langsung ke hotel, penginapan warga, UMKM, dan mobilitas masyarakat. Kejuaraan ini telah menjadi instrumen pemulihan ekonomi berbasis komunitas,” ujar Mulyadi dalam pernyataan resminya.
625 Atlet, 42 Klub, dan Lintasan Sepatu Roda di Tepi Samudra
Kejuaraan ini dibuka pada Jumat (27/6) oleh Wali Kota Pariaman Yota Balad, yang dalam pidatonya menegaskan komitmen pemerintah kota untuk membangun tribun permanen dan memperkuat infrastruktur olahraga guna mendukung penyelenggaraan event bertaraf nasional hingga internasional.
Ajang ini diikuti oleh 625 atlet dari 42 klub sepatu roda se-Indonesia. Lomba berlangsung di Sirkuit Pantai Cermin, sebuah arena terbuka yang terletak di pesisir barat Sumatra, yang sejak beberapa tahun terakhir difungsikan sebagai bagian dari pengembangan sport tourism di kota ini.
Ketua Persatuan Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Kota Pariaman, M. Taufik, menyebutkan bahwa berbagai nomor dipertandingkan dalam kejuaraan ini, mulai dari DTT 200 meter speed hingga KAUBCD Sprint 500 meter, mencakup level pemula hingga profesional.
Efek Domino Ekonomi dan Integrasi Budaya
Ketua KONI Kota Pariaman, Edison TRD, mengatakan kejuaraan ini memberikan dampak ekonomi yang luas. Seluruh kapasitas hotel di kota penuh terisi, dan banyak rumah warga disulap menjadi penginapan sementara bagi tamu dan pendamping atlet.
Pelaku usaha kuliner, transportasi lokal, dan sektor informal juga menikmati lonjakan permintaan.
Kejuaraan ini berlangsung bersamaan dengan rangkaian pesta budaya Tabuik, sebuah perayaan tradisional tahunan yang menjadi ikon warisan budaya masyarakat Pariaman.
Kolaborasi antara budaya dan olahraga ini, menurut Wali Kota Yota Balad, adalah langkah strategis dalam menempatkan Pariaman sebagai destinasi unggulan yang tak hanya kaya sejarah, tetapi juga progresif dalam pembangunan sektor pariwisata berbasis masyarakat.
Para Juara dan Harapan Masa Depan
Seluruh pemenang dari masing-masing kategori menerima trofi, medali, dan tabungan pendidikan (tabanas) yang diserahkan langsung oleh Walikota dan Wakil Wali Kota. Keberhasilan penyelenggaraan Pariaman Open Cup 2025 dinilai sebagai cerminan kesiapan daerah untuk mengelola event berskala nasional dengan standar profesionalisme tinggi.
Pemerintah kota telah menjadikan ajang ini menjadi agenda tahunan dan membuka jalan bagi kerjasama yang lebih luas, baik di tingkat provinsi maupun nasional, guna mengembangkan potensi atlet muda dan memperkuat identitas Pariaman sebagai kota dengan semangat juang yang kompetitif. (OLP)