Angin segar sepertinya berhembus pada era kepemimpinan duet Mukhlis dan Genius Walikota dan Wakil Walikota Pariaman periode 2013-2018. Banyak harapan perubahan seakan mereka bawa pada era 5 tahun akan datang. Meskipun duet Mukhlis Genius baru seumur jagung dan belum pantas di judge, setidaknya beberapa langkah yang akan mereka derapkan mulai berdampak pada opini publik. Warga Pariaman tentunya.
Dengan APBD Sekitar Rp. 600 miliar setahun, lalu minimnya PAD, dipotong sekitar 60 persen gaji PNS dll, tentu kita tidak bisa terlalu berharap banyak pada pembangunan yang punya lompatan Quantum. Dengan sisa anggaran APBD tersebut, tentu sudah jelas ke arah mana uang itu akan dibelanjakan, baik pembangunan Infrastruktur (selalu prioritas utama) serta prasarana lainnya. Sedangkan untuk pembangunan sektor lainnya, bisa diambil dari dana kementrian terkait serta bekerjasama dengan Investor penanam modal. Sistem ekonomi berlaku disini.
Bicara laju pertumbuhan ekonomi untuk Kota Pariaman, tentu ada beberapa hal yang musti kita perhatikan. Kota Pariaman yang terletak dikawasan zona rawan gempa dan Tsunami (megatrust), sedikit banyak mempengaruhi iklim Investasi, baik menengah maupun jangka panjang. Sehingga tidak mengherankan harga tanah di Kuraitaji jauh lebih mahal dibandingkan dengan seputaran pasar Pariaman. Perumahan pun, sekarang pengembang lebih cenderung membuatnya diluar zona merah tersebut (3km dari bibir pantai). Kawasan Jati dan Padusunan laris manis. Rumah dengan Tipe 36 sekarang harganya berkisar Rp.150-175 juta. Sementara Rumah yang ditinggal penghuninya dikawasan pasir naras, dengan ukuran duakali lipat, lengkap dengan pagar dan taman, dijual Rp. 100 juta, belum laku.
Meskipun demikian kita musti menatap masa depan dengan penuh optimis. Apapun yang akan terjadi adalah semua atas kehendak Yang Maha Kuasa. Namun ekonomi selalu punya prinsip yang selalu kokoh mereka pegang.
Penduduk Pariaman yang homogen mustilah merevolusi diri dari paham-paham pragmatis yang selama ini menyundak kepala kita. Kungkungan tersebut musti kita lepaskan. Budaya Egaliter patut dipertahankan sebagai bentuk simbol peradaban Demokrasi Modern kita yang sudah berlangsung sejak lama. Kita musti siap menerima hal-hal baru selama hal itu tidak bertentangan dengan Norma Sosial dan Budaya kita. Orang yang menghambat Kemajuan Zaman selalu akan digilas oleh roda kemajuan. Kita hanya ditugaskan merevisi kemajuan demi keselarasan. Menghapus sama dengan bunuh diri.
Selama pembangunan tidak mengabaikan norma sosial dan budaya, mari kita sambut bersama. Tidak akan pernah kita mendapatkan sesuatu yang besar tanpa kita pernah berbuat sesuatu yang besar pula.
Catatan Oyong Liza Piliang