Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menumbuhkan Ide Kreatif di Musim Penghujan

18 Desember 2013 | 18.12.13 WIB Last Updated 2013-12-18T05:54:07Z






Sumatera Barat akhir-akhir ini sering diguyur hujan. Terkadang pagi, siang, sore, tengah malam ataupun seharian. Kondisi ini sering dianggap sebagai biang keladi nasib buruk yang dialami masyarakat. Seperti halnya banjir. Kondisi banjir dituding melumpuhkan setiap aktivitas keseharian masyarakat. Masyarakat terpaksa berdiam diri di dalam rumah atau melakukan evakuasi ketika kondisi banjir sudah mulai menjadi-jadi.

            Selain itu hujan juga membuat para pedagang kaki lima, seperti mereka yang menjajakan es buah, minuman-minuman dingin dan lain merasa kewalahan. Pasalnya, cuaca dingin tidak senada dengan apa yang mereka jual.

            Para pegawai negeri, anak sekolahan dan lain, kerap kali menjadikan hujan sebagai alasan terlambat bahkan tidak masuk kerja atau masuk sekolah. Kejadian seperti ini seringkali diwartakan di berbagai media bahwa hujan adalah faktor penghambat dalam pelbagai aktivitas keseharian.

            Sangat banyak sekali tetek bengek yang menurut berbagai versi menjadikan hambatan dalam kegiatan sehari-hari. Hal seperti ini sungguh menampakkan sikap mereka yang suka mengeluh terhadap apa yang diberikan Tuhan. kata orang “negeri ini adalah kolam susu”, dan banyak lagi kalimat yang menghanyutkan. Hal itu menjadikan masyarakat yang selalu ingin praktis. Karena merasa semua kebutuhan sudah disediakan oleh alam.

            Negeri yang subur ini ternyata membuat masyarakat tidak selalu kritis dalam setiap masalah yang kompleks. Ketika suatu keadaan sudah datang maka mereka hanya bisa pasrah. Kalaupun sedikit kritis, mereka hanya bisa mengeluh dan menyalahkan setiap keadaan yang ada.

            Mengutip perkataan Ustazd Yusuf Mansyur dalam bukunya yang berjudul How to Enjoy Your Life (2013). “Jangan butakan mata kita hanya karena satu-dua keinginan yang tidak tercapai, lalu kita menjadi manusia pengeluh yang terhambat sebab hanya terfokus pada kekurangan”. Hal ini menjadi cambuk bagi mereka yang kerjanya hanya bisa mengeluh. Seperti halnya pedagang es buah yang hanya menyadari kekurangannya dalam berdagang ketika musim penghujan saat ini. Setelah itu dia pasrah akan keadaan dan mengeluh. Keadaan mengeluh akan menghambat kita untuk mencari ide kreatif yang berkonco dengan musim saat ini.

            Dalam buku yang sama, Ustazd Yusuf Mansyur juga mengatakan bahwa kita juga harus senantiasa bersyukur karena Allah-pun telah berkata demikian.

            “…Jika kamu bersyukur, niscaya akan kutambah nikmat-Ku padamu, tapi jika kamu lupa akan nikmat-Ku, ingatlah akan azab-Ku yang pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

            Bersyukur di sini bukan hanya mengucapkan kalimat “Alhamdulillah.” Tetapi mensyukuri dalam konteks menyambut datangnya hujan adalah awal langkah kita menuju tahap yang kreatif. Ketika musim kemarau, para penjual buah mendulang laba yang tiada tara. Ketika hujan dia juga harus mampu mempertahankan laba yang selama musim panas didapat.

            Langkahnya adalah dengan berkaca pada negara-negara dengan masalah keadaan alam yang jauh lebih kompleks dari negeri ini. Apakah mereka hanya pasrah dengan keadaan? Apakah mereka hanya bisa mengeluh? Tidak, jika mereka mempertahankan ego seperti yang dimiliki masyarakat Pariaman saat ini mereka tidak akan bisa bertahan hidup. Oleh karena itu masyarakat Eropa terkenal produktif dalam menciptakan inovasi terbaru dalam menyambut segala tantangan kehidupan.

            Dari segi perbandingan cuaca tentunya banyak yang sudah tahu bahwasannya di daerah Eropa memiliki 4 musim yaitu musim panas, musim salju, musim gugur, dan musim semi. Kondisi alam seperti itu memiliki kompleksitas yang jauh lebih parah dari Pariaman. Dengan itu, masyarakatnya harus menemukan langkah kreatif dalam menyambut kedatangan setiap musimnya.

            Hal seperti itu menyiratkan kepada masyarakat Pariaman secara khusus bahwasannya hujan merupakan lampu hijau dari Tuhan agar masyarakat mampu keluar dari buaian senandung indah untuk negeri ini. Masyarakat dituntut berfikir kreatif dalam menghadapi setiap keadaan. Rene Descates dalam teori rasionalisme memberikan semboyan “cogito ergo sum (saya berfikir maka saya ada). Ya, ketika masyarakat Pariamang mampu berfikir kreatif dalam berinovatif maka mereka akan menunjukkan eksistensinya dalam mata dunia.

Apakah tidak senang rasanya ketika si tukang buah menciptakan sebuah inovasi yang impresif? Seperti halnya menyulap buahnya itu menjadi minuman yang menghangatkan badan. Alhasil, kalaupun Pariaman akan dilanda salju, si tukang buah tetap akan mendulang emas keuntungan. Intinya, hujan tidak lagi menjadi alasan penghambat beraktivitas, bukankah menurut agama hujan itu adalah rahmat?



Roni Vebrian
×
Berita Terbaru Update