Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Haji Kamal Sang Guru Mengaji

7 Desember 2013 | 7.12.13 WIB Last Updated 2013-12-07T13:20:36Z




Kemaren saya mendengar kafilah Kota Pariaman berada di urutan paling buncit pada Lomba MTQ se Sumatera Barat di Pasaman. Kota Pariaman bahkan dikalahkan oleh Kabupaten Mentawai yang penduduknya dulu dominan Kristen. Coba saja kalau orang semacam Haji Kamal yang mengajari Kafilah tersebut, Saya Jamin ceritanya akan lain.

Sewaktu kecil belajar mengaji, ketika masih tinggal di Pekanbaru, Riau, seorang guru mengaji kala itu tidak hanya mengajar kami ilmu menghapal Al Qur'an. Pelajaran beliau yang paling berharga kepada kami saat itu adalah bagaimana kita menjadi orang yang jujur, jangan mencuri dan jangan berbohong serta rajin mengulurkan tangan kepada fakir miskin. Ia mengajarkan sikap mental pada murid-muridnya.

Ia mengatakan Ilmu tak berguna bila akal tidak jalan. Tahu sedikit tapi mengamalkan, jauh lebih baik daripada banyak tahu namun tidak mengamalkan sama sekali. Guru mengaji saya tersebut bernama Bapak Haji Kamal, tinggal di jalan Nelayan, dekat tepian sungai siak, samping pabrik getah, Boombaru, Kota Pekan Baru. Ia juga perantau Minang. Aslinya Payakumbuh. Ia tak punya rotan pemukul sebagaimana guru mengaji Pariaman yang acap diceritakan teman saya sewaktu saya pulang kampung dulu. Ia mengatakan lebih baik mati daripada hidup dalam ketakutan (takut miskin, takut dicemooh). Ilmu pengetahuan adalah gerbang menuju kebahagian adalah kalimatnya yang punya arti amat dalam bagi kami.

Pak Haji Kamal banyak membentuk pribadi kami kala itu. Ilmu menghapal Al Qur'an yang ia ajarkan diselingi wejangan bijak, betah kami mendengarnya. Matanya bulat berair, senyumnya ramah. Dengan iuran bulan tak seberapa, Istri beliau hampir saban malam menghidangkan Goreng Ubi kayu yang di iris tipis kepada sekitar 20 orang muridnya, bahkan acap pula menghidangkan kami masing-masing segelas teh manis disamping satu ceret aluminium air putih. Ia dikenal rendah hati dan suka membantu tetangga yang sedang berkesusahan. Apa yang Ia ajarkan kepada kami, itulah cerminan pribadinya.

Sekarang saya tidak tahu keberadaan beliau. Karena kakak saya belum punya rumah kala itu, hidup kami pindah-pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lainnya. Saya hanya sempat 1,5 tahun belajar kepadanya, medio 1987, saat Mike Tyson memukul K'O Michael Spink juara dunia bertahan pada detik ke 23 ronde pertama.

Saya pernah juara 1 lomba mengaji yang diadakan saat tadarus Ramadhan tingkat anak SD di Jalan Cendrawasih Tangkerang. Anak Ketua RT sampai menangis karena kekalahan tersebut. Ia hanya juara 2, setelah tiga kali berturut-turut selalu kampiun di urutan pertama. Isunya, kemenangannya tersebut karena campur-tangan bapaknya yang juga juri dalam perlombaan itu. Kemenangan tersebut setelah saya pindah dan tidak berguru lagi pada Haji Kamal. Ia berhasil membentuk mental saya.

Kala itu Usia Haji Kamal dikisaran awal 50 tahunan. Rambutnya keriting, berbadan tinggi, berhidung macung macam orang arab. Suatu ketika, Secara khusus ia pernah mengatakan kepada kami agar kokoh pada pendirian, jangan takut dibenci karena mengatakan perkataan yang kita anggap benar kepada Oranglain, jangan takut menentang argumen mainstream, jika kita yakin bahwa pendapat kita bisa dibenarkan. Vespa nya acap kami dorong karena mogok.

Saya sangat mengagumi Guru mengaji yang bijak tersebut. Cahaya matanya memancarkan kejujuran. Meskipun berwibawa, murid-murid tidak sungkan bertanya kepada beliau. Sebelum pulang kerumah, beliau selalu memberikan pembekalan rohani kepada murid-muridnya. Wejangan yang ia berikan kepada saya, hingga sekarang masih teguh saya pegang. Sebagian adalah prinsip hidup saya.

Pengetahuannya luas tentang sejarah Nabi dan Tokoh-tokoh besar Dunia lainnya. Ia pengagum Nabi Besar Muhammad SAW dan Syekh Muhammad Abduh. Ia juga mengagumi Muhammad Hatta, Mahatma Gandi hingga Gengis Khan. Ia seorang pembelajar sejarah yang alim.



Catatan Oyong Liza Piliang


×
Berita Terbaru Update