Sebagai Warga Pariaman kita patut berbangga dengan kekayaan budaya yang kita miliki, diantaranya pesta budaya Tabuik, paling tersohor dan konon sudah Go Internasional. Disamping Pesta budaya Tabuik kita juga memiliki mancaragam kekayaan Budaya lainnya, diantaranya, Indang, Simarantang, Silek Sunuah, Dabuih, dll. Kita juga memiliki kekayaan kuliner yang juga tidak kalah kondangnya dengan Tabuik, seperti Sala Lauak, Sala situwuak, Sala Maco, Karupuak baguak, kipang kacang dll.
Pesta Budaya Tabuik Piaman mulai digelar dari tanggal 5-17 November 2013. Berbagai Atraksi menjelang Tabuik dihoyak dan dibuang kelaut akan digelar sebagaimana Pesta Budaya Tabuik sebelumnya. Diperkirakan dari tanggal 5 hingga 17 November nanti, perputaran Uang di Kota Pariaman akan menanjak naik dengan Prosentase grafik curam dihari tersebut. Momen tersebut selalu paling ditunggu Warga Piaman disamping Hari Raya Idul Fitri.
Ketika Tabuik dihoyak dan dibuang kelaut tidak kurang dari 100.000 Massa yang mengiri Prosesi sakral tersebut, Apapun yang diperdagangkan saat hari tersebut berpantang bertemu rugi.
Tabuik sebagai Ikon Piaman juga sangat ditunggu tunggu, baik oleh Perantau Piaman sendiri maupun Wisatawan Domestik dan Luar Negeri, selalu demikian sejak dari tahun ke tahunnya. Setahu saya, Tabuik pernah beberapa kali tidak diadakan oleh Pemerintah, dan hal tersebut menuai Protes keras oleh Masyarakat Piaman, baik yang di ranah maupun di perantauan, Namun, semenjak Kota Pariaman berdiri sendiri (Otonom) Pesta Budaya Tabuik telah dijadikan Kalender Tahunan, sekaligus ajang Promosi Pariwisata Pariaman yang anggarannya diambil dari APBD Kota Pariaman.
Pariaman Tadanga Langang, Batabuik Makonyo Rami, demikian sebuah Pepatah yang selalu di sugestikan untuk menggambarkan situasi Pariaman. Yah.. memang demikianlah adanya Kota Pariaman hingga saat kekinian. Namun sugesti dari Pameo tersebut jangan sampai pula mematahkan semangat kita seolah Pariaman akan selalu lengang sepanjang masa. Percayalah akan ditemukan jua ramuan yang tepat untuk meramaikan Kota ini pada nantinya, sehingga pepatah tersebut akan bernasib sama dengan Pameo banyak Anak Banyak rezeki yang sudah tidak relevan lagi pada akhirnya.
Catatan Oyong Liza Piliang