Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ini Dia Unsur Politik Dibalik Rencana Kenaikan Harga BBM

4 Mei 2013 | 4.5.13 WIB Last Updated 2013-05-04T06:04:18Z





Bahan Bakar Minyak atau BBM di pemerintahan SBY periode kedua (2009-2014) terus saja dimainkan sebagai isu untuk mengalihkan isu-isu politik,hukum yang mengancam kekuasaan. Semua orang terperangah ketika akan ada penerapan 2 harga BBM di SPBU ; Rakyat yang tingkat pendidikan politik,sosialnya cukup tinggi pasti tahu,bahwa yang duduk di Pemerintahan atau BUMN sekelas Pertamina itu bukan orang atau pejabat bodoh. Mereka pasti juga sudah tahu bahwa bila sistem 2 harga BBM diterapkan akan menimbulkan disparitas harga dan kekacauan karena akan meningkatkan “kreatifitas” maling dari para pengendara angkutan umum,sepeda motor untuk mengambil keuntungan. Tetapi kenapa isu itu sengaja dilemparkan ke media?

Itulah hebatnya SBY dalam mengelola era reformasi,selalu menjadikan media sebagai alat untuk mengalihkan pikiran rakyat agar tidak fokus kepada isu yang sedang dipikirkannya atau sedang mengancam kekuasaannya. Terlihat setelah sebagian besar rakyat mulai mencemooh dan mengeluarkan pendapat bahwa lebih baik naik harga daripada sistem 2 harga,maka Menteri ESDM Jero Wacik yang juga salah satu Pengurus Partai Demokrat mengatakan,bahwa pemerintah bermaksud akan menaikkan harga BBM dan kemudian memberikan subsidi kepada rakyat miskin dalam bentuk antara lain “Bantuan Langsung Tunai” (BLT)

Politik memainkan BLT sangat sukses ketika SBY mau maju ke Pilpres 2009. Politik bagi-bagi duit Rp.300ribu per bulan ke “rakyat miskin” waktu itu telah mendongkrak popularitas SBY dan Partai Demokrat. Nah,karena popularitas SBY dan Partai Demokrat sedang hancur,maka sekarang ini mereka mau menggunakan uang negara untuk memainkan politik BLT itu kembali menjelang Piplres 2014 dan Pemilu 2014. Tetapi untuk menuju kesana,maka “sandiwara” mengosongkan BBM pun dibuat sedemikian rupa sampai dimunculkan penerapan sistem 2 harga BBM. Tentunya reaksi rakyat yang kesal atas kekosongan BBM di beberapa daerah memunculkan kembali wacana “lebih baik naik harga dan ada BBM daripada kosong terus” ; Politik “kuno” itu dikelola dengan baik oleh Menteri ESDM dan Pemerintahan SBY hingga sekarang.

Reaksi penolakan kenaikan BBM pun mulai bermunculan. Parpol lain yang merupakan lawan politik partai Demokrat pun sudah ancang-2 untuk melakukan mobilisasi penolakan kenaikan BBM,sebab mereka pun bukan orang bodoh yang terus menerus “dikadalin” oleh SBY sejak 2009 yang lalu. Oleh karena itu,rakyat yang lain pun harus pintar,bahwa kekosongan atau tersendatnya suplai BBM akhir-2 ini bukan karena manajemen Pertamina yang buruk,tetapi memang ada skenario besar yang mengarah ke arah “Bantuan Tunai Langsung” untuk mendongkrak popularitas SBY dan Partai Demokrat.

Pertemuan beberapa petinggi buruh yang diundang ke Istana oleh SBY pada hari ini (29 Mei) dalam rangka demo “May Day” pun disinyalir untuk memuluskan rencana itu. Bila aksi buruh tidak lagi mempertentangkan kenaikan harga BBM dan bisa menerima “janji” BLT kepada para buruh yang dianggap sebagai “rakyat kecil” maka terlaksana sudah maksud dan tujuan skenario besar itu.

Sampai sekarang belum diketahui benar,siapa saja petinggi buruh yang diundang dan hadir ke Istana dan dari mana latar belakang basis politik mereka. Umumnya wartawan jeli dan mengetahui siapa saja mereka dan dari mana basis politiknya.

Gerakan demo “May Day” tgl.1 Mei besok Akan menentukan apakah rencana kebijakan kenaikan harga BBM jadi dilaksanakan atau tidak. Kalau gerakan demo “May Day” ternyata loyo dan tidak ada bobot tekanan politiknya,maka rencana SBY dan Partai Demokrat akan berjalan sangat mulus.

SBY dan Partai Demokrat boleh berkilah seribu satu alasan,tetapi lawan-2 politik mereka bukan lagi politikus yang bisa dibodohi untuk kedua kalinya. Kali ini mereka juga ingin menang….!
Itulah politik BBM ala SBY dengan skenario politik dibaliknya……!

Catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer
×
Berita Terbaru Update