Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Indra Jaya Piliang : Mengapa Saya Maju via Jalur Perseorangan?

11 April 2013 | 11.4.13 WIB Last Updated 2013-04-13T03:18:06Z



Bismillahirrahmanirrahim. Insya Allah, siang ini, tanggal 10 April 2013, saya bersama Joserizal Mandai, mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum Kota Pariaman sebagai calon walikota dan wakil walikota Pariaman. Keputusan ini kami ambil setelah melihat perkembangan perolehan tanda-tangan dukungan dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang diperoleh. Alhamdulillah, dalam waktu yang singkat, sekitar 2 minggu, para relawan berhasil mengumpulkan syarat minimal sebanyak 6.500 dukungan tanda-tangan dan fotokopi KTP. 


Banyak pertanyaan, kenapa saya mengumpulkan KTP? Jujur, sejak awal memutuskan untuk maju dalam pilkada Kota Pariaman, saya menggunakan jalur partai politik, terutama Partai Golkar dan termasuk Partai Amanat Nasional. Hanya saja, sampai hari ini, saya belum mendapatkan kejelasan tentang keputusan resminya. Saya mendaftarkan diri ke Partai Golkar, lalu ke Partai Amanat Nasional, guna mengikuti proses yang terbuka dalam kedua partai tersebut. Setelah mendaftar pada bulan Oktober tahun lalu, sedikit sekali informasi yang saya peroleh. 

Saya punya hubungan historis dengan PAN, mengingat menjadi salah seorang pendiri di Kabupaten Tangerang. Selain itu, saya juga pernah menjadi kader utama, fungsionaris dan pengurus Dewan Pimpinan Pusat PAN di bawah pimpinan Prof Dr Amien Rais. Walau hanya sebentar di PAN, setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Januari 2001, saya merasa memiliki hubungan emosional. Informasi dari PAN sudah saya gali dari daerah sampai ke pusat. 

Lain halnya dengan Partai Golkar. Saya memang mempersiapkan diri maju lewat Partai Golkar. Saya sudah menyusun rencana dan program pemenangan, dari A sampai Z. Karena yakin bahwa Partai Golkar bisa maju sendiri dan saya hanya perlu untuk menang dari seluruh potensi kader yang mendaftar, maka saya lebih banyak melakukan pelatihan relawan di setiap desa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penetrasi langsung di akar rumput. Saya sama sekali tidak melakukan kegiatan pencitraan yang masif, guna meningkatkan popularitas, likeabilitas ataupun elektabilitas. 

Contohnya bisa dilihat dengan gamblang. Baliho atau spanduk yang saya edarkan sama sekali tidak berisi foto atau bahkan nama saya. Tagline “Iko Jaleh Piaman” yang saya usung, dengan maksud menunjukkan apa-apa saja yang ada di Kota Pariaman. Serial tulisan “Iko Jaleh Piaman” di website ini juga menunjukkan usaha saya untuk memetakan masalah-masalah yang ada di Kota Pariaman. Satu-satunya baliho saya di simpang tabuik, hanya memuat gambar saya dalam wajah yang kabur.

***

Saya sadar bahwa politik adalah proses kerja marathon, bukan lomba lari 100 meter. Bagaimanapun, saya sudah terlibat dalam proses politik dalam tubuh Partai Golkar hampir lima tahun, tepatnya sejak memutuskan bergabung pada tanggal 6 Agustus 2009. Saya langsung terjun sebagai calon anggota DPR RI dengan Daerah Pemilihan Sumbar II. Walau hanya mendapatkan suara 26.599, angka itu jauh lebih banyak dari angka yang diperoleh beberapa anggota DPR RI yang mewakili Provinsi Sumatera Barat. Saya juga berjibaku dalam proses pemilihan umum presiden dan wakil presiden RI, serta tampil di depan. 

Tapi rupanya, apa yang saya lakukan belum cukup. Partai Golkar mengambil keputusan tanpa pemberitahuan. Bahkan, apa program-program saya, bagaimana tim yang saya bentuk, seperti apa pembiayaannya, serta yang lainnya, sama sekali tidak ada yang memeriksa. Saya merasa seperti orang asing di dalam partai sendiri. Padahal, saya bergerak ke banyak daerah di Indonesia melakukan pembinaan, baik secara intelektual, mental, ideologi sampai semangat. 

Baiklah, saya sudah banyak belajar. Dan kini, saya terus belajar. Tiba-tiba saja, muncul informasi bahwa Partai Golkar sudah mengambil keputusan. Keputusan itu mengejutkan saya, karena Partai Golkar lebih memilih untuk mengusung kader partai lain sebagai Calon Walikota dan secara tersirat hanya mengajukan Calon Wakil Walikota dari unsur internal. Padahal, Partai Golkar bisa mengajukan sendiri pasangan calon, tanpa harus berkoalisi.

Saya mencoba menghubungi Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Sumatera I, Bang Andi Ahmad Dara. Saya juga menghubungi Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bang Cicip Soetardjo. Saya berdiskusi dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bang Aburizal Bakrie. 

Ada banyak yang saya tidak pahami, mengingat perbandingan dengan pilkada di daerah-daerah lain. Kalau tujuannya kemenangan, kenapa tidak bertanya bahwa saya punya program itu? Kalau saya lebih dibutuhkan di tempat lain, katakanlah sebagai anggota DPR RI, paling tidak ada komunikasi juga. Kalau elektabilitas saya rendah, berapa persen angkanya? Dan memang, sejak awal saya belum punya program ke arah itu, sebelum bulan Maret dan April tahun 2013 ini.

Ada apa? Tak banyak yang bisa saya pikirkan. Yang saya lakukan adalah bagaimana menyelamatkan proses pencalonan saya, sebagaimana rencana yang sudah saya susun. Apalagi, banyak relawan saya yang menangis ketika mengetahui bahwa Partai Golkar tidak mengusung saya. Kepada relawan saya ajukan pertanyaan dan sekaligus pernyataan: “Keputusan di tangan kalian. Kalau kalian bilang saya maju, Bismillah. Kalau kalian putuskan saya berhenti, Alhamdulillah.” Relawan saya mengatakan: “Maju!” Bismillah.

***

Untuk maju via jalur perseorangan tidak mudah. Pertama sekali, harus ada pasangannya, sebelum tanda-tangan dukungan diminta ke masyarakat, beserta Kartu Tanda Penduduk. Kebetulan, saya pernah bertemu sekali dengan Joserizal Mandai, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pariama. Dibandingkan dengan pejabat lain, Joserizal menonjol karena memiliki akun twitter. Saya sudah beberapa bulan memfollow akun Joserizal dan sesekali mengintip apa yang ditulisnya. Pertemuan kami yang pertama kali itu adalah ketika Tabuik Piaman digelar bulan Oktober 2012 lalu. Diskusi singkat dengan Joserizal meyakinkan saya tentang isi pikirannya. 


Saya hubungi Joserizal via backberry messenger, mengingat saya sama sekali tidak memiliki nomor ponselnya. Done! Joserizal bersedia menjadi Calon Wakil Walikota saya. Segera, tim bergerak. Saya mengirimkan instruksi dari Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara. Saya memberi waktu selama 10 hari untuk mencari minimal 7000 Kartu Tanda Penduduk. Kalau itu berhasil dipenuhi, berarti syarat utama pencalonan bisa dilakukan. Di luar itu, tim memang saya anggap siap tempur, walau sama sekali belum masuk tahapan itu. 

Perkembangan berikutnya adalah proses yang berantakan. Sedikit sekali KTP yang bisa didapatkan. Soalnya, sudah banyak KTP warga Kota Pariaman yang diambil kandidat walikota yang lain. Apalagi, modal yang saya keluarkan untuk mendapatkan KTP ini hanya Rp. 1.000,- per KTP, sudah termasuk ongkos fotokopi dan biaya relawan, ditambah dengan uang makan Rp. 5.000,- per hari. Karena tidak memuaskan, biaya pencarian ditingkatkan menjadi Rp. 1.500,- per KTP, Rp. 2.000,- per KTP, lalu terakhir Rp. 2.500,- per KTP. 

Pelan, namun pasti, hasil-hasil pencarian sudah bisa dicek. Ada proses naik-turun secara grafik. Hanya keyakinan yang membuat saya memutuskan untuk melakukan Deklarasi pada tanggal 31 Maret tahun 2013, padahal jumlah KTP belum sampai sepertiga dari syarat minimal. Beban dan semangat tim meningkat. Dan alhamdulillah, hasil akhir bisa diraih, walau masih minimal. Toh masih ada jalan keluar, bahwa jumlah KTP bisa ditambahkan selama proses verifikasi, kalaupun ada yang dianggap tidak berlaku lagi.

***

Begitulah. Saya maju via jalur perseorangan sama sekali tanpa perencanaan dan persiapan. Ini hanya berdasarkan proses politik yang terjadi. Sampai saat pencalonan ini, dan sampai bulan Mei nanti, saya masih terbuka untuk didukung oleh partai-partai politik, terutama oleh Partai Golkar. Tapi mengingat Partai Golkar sama sekali belum mengeluarkan sepucuk suratpun buat saya, saya maju via jalur perseorangan lebih sebagai upaya untuk menyelamatkan proses pencalonan ini. Bahkan dengan hitungan terburukpun, 20 kursi DPRD Kota Pariaman bisa mengantarkan sekitar 6 pasangan calon. Sampai kini, belum satupun yang mendeklarasikan diri. 


Saya bersyukur memiliki anggota tim yang sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri. Tim yang masih lugu, kurang berpengalaman, masih belajar, serta terkadang galau dan bingung sendiri. Alhamdulillah, makin hari kemampuan yang mereka miliki semakin baik, profesional dan rapi. Masing-masing anggota tim menunjukkan keahliannya, tanggungjawabnya, serta dedikasinya. Berada di tengah mereka seperti memberikan tenaga tiga ekor kuda ke dalam diri saya. Saya saksikan mereka tertidur di mana saja, kelelahan, tapi jarang sekali yang mengeluh. Bahkan, mereka juga masih saja bekerja walaupun sakit. 

Proses pencalonan ini saya persembahkan kepada mereka, para relawan. Proses ini juga saya persembahkan kepada saudara Joserizal yang dengan cepat bisa menjadi bagian dari tim. Dan yang terutama sekali, proses ini saya persembahkan kepada warga Kota Pariaman yang memberikan KTP. Kalau dibandingkan antara KTP yang kami peroleh dan jumlah pemilih masing-masing partai politik, jumlah dukungan KTP yang kami dapatkan di atas perolehan masing-masing partai-partai politik di Kota Pariaman pada pemilu 2009. PAN, misalnya, memperoleh 5.118 suara. Partai Golkar memperoleh 3.484 suara. Partai Demokrat meraih 3.000 suara.  PKS meraih 2.711 suara. Dan seterusnya. 

Saya berterima kasih kepada warga Kota Pariaman. Insya Allah, inilah koalisi spontan Partai Rakyat Badarai. Dengan kekuatan inilah, kita memulai sebuah langkah panjang, tepat lima bulan sebelum pilkada Kota Pariaman digelar pada hari Rabu, tanggal 4 September 2013, sekitar 147 hari lagi. Dengan modal inilah kami bergerak, sekaligus dengan modal ini juga kita menjalankan proses politik yang berliku, bergairah, sekaligus dengan semangat kebahagiaan yang tinggi di Kota Pariaman. Wallahu’alam

Catatan Indra J Piliang
×
Berita Terbaru Update