Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bertabur Eyang Subur

10 April 2013 | 10.4.13 WIB Last Updated 2013-04-11T06:37:31Z




Selasa petang kemarin di Café Victoria, Plaza Senayan, Jakarta Selatan, penuh terisi. Di sebuah pojok kami menikmati singkong goreng. Saya tak menduga akan mendapatkan cerita ihwal perklenikan, pengalaman nyata sosok penulis Bagus Loetfi Sujiwo, 39 tahun. Kami pernah bertemu Juni 2010 di tvone, ketika ia menemani Sony Setiawan, aktifis gerakan Jangan Bugil di Depan Kamera. Kala itu kasus video Luna Maya dan Ariel (kala itu Peter Pan) sedang membuncah. Loetfi, kini sudah menulis 20 buku untuk orang lain, ghost writer, punya pengalaman “eyang subur” nyata.

Sambil menikmati “roti sumbu” digoreng merekah - - direbus sebelum digoreng — Loetfi menuturkan pengalamannya. Syahdan pada 2010 sebelum masuk ke dunia tulis menulis, ia memiliki usaha furtnitur. Suatu kesempatan mendapatkan order dari Spanyol. Namun pengiriman order pertama ditolak pemesan, karena finishing terlalu gelap pliturnya. Ia tidak dibayar. Dalam kepanikan nyata,  atas saran saudara, ia mendatangi “guru spiritual”.

“Oleh sang spiritual saya dibekali mantra, dibaca setelah membakar kemenyan,” ujar co writer buku Jedar, Jessica Iskandar ini.

“Saya kian percaya karena ada amalan membaca Asmaul Husna segala.”
Asmaul Husna terdiri dari 99 nama-nama kebesaran Allah SWT.

Dalam perkembangan, setelah “berdukun”, usaha Loetfi menanjak. Ekspornya lancar. Adakalanya barang belum dikirim, dia sudah menerima pembayaran di muka. Penghasilan dolar. “Dalam setahun omset saya mencapai Rp 12 miliar,” ujarnya. Karyawannya lebih dari 200 orang
Sementara ia mengaku tak terlalu banyak memberi fee ke sang dukun. Namun sang spiritualis itu kemudian mulai masuk ke ranah bisnisnya. “Dia mulai memasok kayu melalui relasinya ke perusahaan saya, “ kata Loetfi. Tak sampai hanya di situ di luar pengetahuan Loetfi, anak sang spiritual pun akhirnya ingin dijodohkan oleh sang dukun ke isterinya.

“Bukan saja bisnis saya dirongrong, tapi juga isteri saya ingin diambil untuk anak sang dukun,” katanya. Persoalan personal terjadi. Loetfi kemudian gampang marah dengan isteri, emosi, sering ribut. Perasaannya gundah. Usaha mulai tak bisa ia kendalikan. Isterinya seakan ingin mengambil alih dan dipengaruhi oleh pihak luar: jaringan sang dukun.

Dalam keadaan demikian, ia pun mencari orang pintar lain dan berharap bisa mengembalikan keadaan. “Semua yang sudah terjadi saya biarkan. Saya pasrahkan. Saya hanya berpikir ingin mengambil pabrik yang bisa menjadi modal awal jika berbisnis lagi. Nilainya Rp 3 miliar,” tuturnya. Pada 2008 usahanya ambrol. Dan 2009 digugat cerai oleh sang isteri.

Maka Loetfi mencari orang pintar lain. Tampaknya pencarian baru itu mengantarkan ke ajian yang lebih berat. Ia mengaku kepada saya sampai harus tidur di kuburan tengah malam sendiri. Bahkan berendam di laut hingga seleher di tengah malam, lalu mandi dengan kembang tujuh rupa. “ Termasuk berzina dengan wanita panggilan yang ditentukan lokasinya oleh sang dukun,” tuturnya.
Apa alasan utama mau begitu?

“Saya kecewa dengan keadaan. Isteri saya berbelok. Dukun yang dulu itu ingin saya kalahkan. Saya juga mau ambil sisa pabrik yang ada.”
Lantas apakah Loetfi berhasil?

Kegagalan berikutnya ia nikmati. Hingga uangnya lincin tandas. Perusahaan lepas, isteri hilang, bisnis lain tak ada. Sekitar Juli 2009, ia berangkat ke Jakarta meninggalkan Kudus, mencoba peruntungan dengan bermodalkan Rp 2,5 juta. Maka sejak itulah dia melangkah ke dunia tulis menulis. Hingga kini sudah 20 buku ia tuliskan untuk orang lain.

“Maka ketika saya menonton teve ada kisah Adi Bing Slamet bertutur soal Eyang Subur, wah, saya kok merasa mirip-mirip dengan pengalaman yang saya alami,” tuturnya pula, “Kalau Eyang Subur mengambil isteri orang untuk dirinya, ini yang saya alami isteri saya untuk anak sang dukun.”
Pengalaman batin itu telah menyadarkan Loetfi bahwa lakunya ke orang pintar bukanlah suatu perbuatan yang benar. Saya menjadi teringat kepada Aku Alessia yang saya temui di dalam mimpi sebagaimana ada di tulisan saya di http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/08/opini-umroh-tinggi-aborsi-tinggi-549311.html . Ia mengatakan pengalamannya di surga. Malaikat menyampaikan pesan Tuhan, bahwa laku syirik merupakan dosa yang tak terampuni. Semoga saja tobat Loetfi mengantarkannya kepada surga kebahagian yang hakiki.

Kuat dugaan saya, apa yang dialami oleh Loetfi banyak juga dilakukan banyak orang. Dan ranah klenik di negeri ini bukan saja milik Eyang Subur, tetapi bertabur  di mana-mana. Akankah bangsa kita ini berperadaban lebih baik? Padahal nyatanya di masyarakat bangsa kita dikenal agamis, setiap tahun angka jamaah naik hajji melebihi kuota di atas 220.000 orang, mereka yang Umroh rata-rata 7.000 orang perhari?

Saya hanya tak bisa melupakan kalimat Loetfi: “Karena pergi dukun saya dari miskin menjadi kaya, tapi karena dukun juga saya dari kaya menjadi lebih miskin.”

Iwan Piliang, Citizen Reporter

×
Berita Terbaru Update