Pertemuan ke-3 awal tahun ini dengan Jokowi, perkembangan soal mobil Esemka, tekanan membuat mobil bermesin di bawah 1.000 CC saja.
Kirab budaya Cap Go Meh 2012 di Kota Bandung berlangsung dari pukul 16.00 masih menyisakan macet panjang di Jl. Asia Afrika, kendati waktu sudah pukul 21, Sabtu 11 Februari 2012 itu.
Dari kawasan Gedung Konferensi Asia Afrika tampak kembang api membuncah langit. Di situasi jalan tak bergerak itu, saya berjalan kaki menuju lobby Hotel Savoy Homan. Sesak. Ada resepsi pernikahan. Para tamu ramai di parkiran. Mereka beradu cepat meninggalkan lokasi.
Kawasan restoran di belakang hotel juga masih penuh. Beberapa tamu memilih menyeruput kopi sembari menunggu macet-pasai usai. Di saat itulah sosok Jokowi berjalan sendiri menuju meja saya. Ia mengenakan kemeja lengan panjang berkantung dua, bersandal kamar hotel putih. Tak ada pengawalan. Tak ada ajudan. Tak tampak satupun tamu melirik kehadiran Walikota Solo ini.
“Malah jumpa di Bandung kita,” Jokowi membuka kata.
Tak menyiakan waktu saya langsung bertanya soal perkembangan mobil Esemka yang hendak diuji emisi ke Jakarta.
“Kami masih terus menguji coba kendaraan di Solo. Mengendarai jarak jauh, naik dan turun tanjakan,” katanya lagi, “Termasuk pencahayaan lampu di malam hari, apakah sinarnya fokus.”
Ia memperkirakan bahwa minggu ke-4 bulan ini membawa mobil Kiat Esemka ke Jakarta. Di tulisan saya sebelumnya berjudul Jokowi Ditipu Kukang, saya tuliskan bahwa pemerintah dalam hal ini Kapolri tidak mengeluarkan ijin tertulis membawa Esemka ke Jakarta, tepatnya ke Puspiptek, Serpong, Banten. Namun secara lisan dipersilakan.
Mengapa demikian, apakah ada progress?
Jokowi hanya tertawa, tanpa memberikan jawaban.
Ia lebih gundah justeru setelah dengar pendapat dengan DPR, selanjutnya lalu bertemu dengan pihak Kementrian Perindustrian. “Mereka mengatakan kepada kami untuk tidak melanjutkan produksi Esemka di atas 1.000 CC. Kami diminta membuat mobil di bawah 1.000 CC, 600 CC saja misalnya,“ tuturnya.
Saya mencoba menghubungi Supriyanto, Direktur Logam dan Mesin, di Direktorat sama di Kementrian Perindustrian. Namun telepon kantor tak diangkat. Dirjen yang membawahi hal ini Didi Darmadi, putera Soedjarwo, mantan Menteri Kehutanan era Presiden Soeharto. Didi bernada sama, meminta Esemka hanya memproduksi mobil kecil di bawah 1.000 CC. Saya tak paham apakah Menteri Perindustrian sama. Kuat dugaan Muhammad Hidayat, sang Menteri perindustrian yang mantan Ketua Kadin Indonesia, pun memerintahkan pada: membuat mobil mesin CC kecil saja?
Jika saya hadir dalam konperensi pers antara Presiden SBY dan kalangan wartawan pada Senin, 13 Februari malam, pastilah saya tanyakan perihal ini ke presiden: apakah Anda sebagai Presiden Republik Indonesia, juga menyuruh Esemka membuat mobil dengan mesin CC kecil saja?
Jika jawabnya, “Siapa bilang, saya tak katakan begitu?”
Nah, lho, pasti bisa-bisanya kebijakan di tingkat kementrian!
Namun mengingat Menteri adalah jabatan pembantu presiden, maka jawaban seperti di atas saya nikmati sebagai mimpi.
Menjadi pertanyaan, lantas siapa yang memerintahkan negara kita demikian?
Dari kenyatan ini, mendapat jawaban, jika selama ini tidak muncul mobil nasional, memang kebijakan pejabat negaralah biang keroknya.
Saya perhatikan wajah Jokowi. Matanya tampak lelah. Agar tak terlalu serius, saya katakan padanya di industrai animasi juga sama. Jepang, misalnya, tak akan mau mendukung industri animasi negara lain. Kalau cuma menjadikan “tukang” animasi berbayar murah mereka berlari ke Bali. Dan hingga hari ini belum ada produsen animasi lokal yang membuat 52 episode serial yang masuk ke pasar global. Padahal karakter budaya, credential asset, berjibun-jibun.
Saya mengeluarkan foto di gadget saya.
Saya perlihatkan foto pesawat Eva Air, penerbangan asal Taiwan yang sudah dua dekade. Pada penghujung 2011 mereka “menyulap” tiga badan pesawatnya dengan segala pernik Hello Kitty, mulai dari mobil towing, badan pesawat, interior, hingga kids meal, berelemen Hello Kitty.
Hello Kitty adalah karakter kucing lucu dari kelompok produsen karakter dan animasi , Sanrio, Jepang. Di kids meal Eva Air, Hello Kitty, makanan mantau, berbentuk wajah Hello Kitty.
Pokoke Hello Kitty kabeh!
Ketiga pesawat Airbus A-330-300 itu mereka beri label; Global Jet, terbang dari Taipeh ke Hongkong dan Tokyo; Magic Jet menuju Sapporo dan Guam serta Apple Jet rutin ke Soul.
Di tengah dunia yang sudah terbang mengemas segalanya menuju ke perjalanan denngan rasa tersendiri; flying experience, dining experience, negeri kita malah rusuh di langgam penerbang pada nyabu. Di tengah dunia begitu menghargai credential asset budaya, bahkan sekadar Hello Kitty menjadi ikon, sekadar satu karakter Wayang menjadi salah satu warisan budaya luhur budaya dunia tidak mendapatkan tempat di usaha jasa bangsa sendiri. Sulit menjabarkan mengapa misalnya, sosok Gatot Kaca, dari berbagai desain tidak menjadi elemen estetika Garuda Indonesia?
Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa bangsa ini seakan dibodohi oleh bangsanya sendiri. Di industri mobil, fakta itu nyata. Dengan telah 2.000 blok mesin Esemka ber CC 1.500 dirakit, lalu kini disuruh membuat mesin kecil-kecil saja, di 600 CC saja, maka Anda Pembaca bisa menjawab sendiri. Bangsa ini maju atau mundur oleh karena siapa?
Obrolan bersama Jokowi belanjut hingga pukul 00.30. Tak terasa meja-meja lain sudah kosong semua. Dinihari itu, melambungkan ide bila mobil Esemka mara Jakarta, bolehlah menempatkan elemen estika lokal, kekayaan budaya bernilai ekonomi (Credential Asset), seperti karakter wayang menghiasi body mobil itu kelak bergerak menuju Jakarta, Ibukota Nagara Republik Indonesia. Momen itu jelas, jauh bernilai kebangsaan dari pada sebuah Bentley dan atau sekadar jet pribadi milik anggota DPR kini. **
catatan Iwan Piliang