Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Biography Jasmin si Raja Bacan (Pra buku Bagian Dua)

3 Juni 2015 | 3.6.15 WIB Last Updated 2015-06-12T02:43:31Z

Sejak kedatangan pertamanya, Amin kemudian bolak balik ke Pulau Bacan. Pulau Kasiruta pusat tambang  batu Bacan sudah seperti kampungnya sendiri. Di tahun 2005, Amin bertemu dengan seorang bos batu Bacan bernama Haji Amiruddin yang dikenal oleh masyarakat lokal dengan nama Haji Palamea. Sang Godfather Palamea tersebut memiliki dua istri dalam satu rumah. Tubuhnya tinggi kekar. Matanya teduh. Bicara tenang dan beribawa.

Amin bersama Haji Amiruddin alias Haji Palamea, Mei 2015.


Haji Palamea kemudian jadi bapak angkatnya di Desa Palamea, Kecamatan Kasiruta. Haji Palamea saat itu punya tambang galian batu Bacan yang dikenal dengan tambang Bacan Palamea galian kiri dan galian kanan. Disebut kiri dan kanan bersebab dua bukit tambang dibelah sebuah sungai, yang sebelah barat disebut kiri, timur disebut kanan. Galian kiri produksinya cukup melimpah dan kualitasnya termasuk batu Bacan kristal kualitas super. Haji Palamea dan pemain batu Bacan menyebut batu galian kiri batu Bacan super one-one.

Karena sudah percaya pada Amin, Haji Palamea lalu meminta Amin untuk memasarkan batu Bacan Palamea  galian kiri di Jakarta. Amin lalu membawa bahan batu Bacan Palamea galian kiri itu ke Jakarta. Oleh Amin, batu Bacan Palamea super kristal seukuran jempol bisa dijual Rp3 juta di Jakarta. Amin adalah orang luar Maluku Utara pertama yang menginjakkan kakinya di Pulau Kasiruta bermain Batu Bacan sebagaimana pengakuan Haji Palamea dan Amin Dullah.

Seisi penduduk asli Kampung Palamea dan Doko yang dulunya hanya beberapa puluh Kepala Keluarga mengenalnya. Amin sangat jujur. Berapa hasil penjualan kemudian dilaporkan dan diserahkan sepenuhnya kepada Haji  Palamea. Haji Palamea terkejut, karena Amin berhasil menjual batu Bacan Palamea galian kirinya dengan harga tinggi. Karena kejujuran Amin, Haji Palamea tambah percaya kepadanya.

Setelah itu, Haji Palamea memberikan batu Bacan Palamea galian kirinya untuk dipasarkan oleh Amin. Selain kepada Amin, Haji Palamea juga memasok bahan untuk bos besar Amin Dullah. Karena mendapat kepercayaan Haji Palamea, Amin lancar membawa bahan batu Bacan. Berton-ton bahan batu Bacan dia bawa.




Sampai akhirnya, Amin dibantu teman lamanya Awal saling bahu membahu memperkenalkan dan memasarkan jenis Batu Bacan di Pasar Rawa Bening. Amin dan temannya Awal sempat diklaim oleh sesama pedagang batu Rawa Bening telah gila karena mengatakan batu Bacan bisa berubah warna dari hitam menjadi hijau.

Amin dan temannya Awal ditertawakan oleh teman-temannya yang berjualan di Rawa Bening. Semua orang  waktu itu tetap tak percaya kalau Batu Bacan itu adalah batu hidup dan warnanya bisa berubah atau  berproses. Ditertawakan Amin dan Awal tenang-tenang saja.

Tak lama setelah itu, hal mengejutkan terjadi. Ada seorang juragan toko emas yang awalnya membeli  bahan batu Bacan masih proses kepada Amin, oleh si bapak itu bahan batu itu disimpan begitu saja. Tiga bulan kemudian si bapak toke emas menyaksikan bahwa bahan batu Bacan warna masih sedikit hitam yang  dia beli dari Amin, warnanya telah berubah menjadi hijau bagus.

Apa yang dia saksikan, kemudian dilaporkan kepada Amin dan kepada para bos batu di Rawa Bening. Jagad  batu akik di Rawa Bening tiba-tiba saja gempar. Satu persatu para bos Rawa Bening mulai angkat topi kepada Amin dan Awal. Ternyata apa yang dikatakan Amin bahwa batu Bacan itu adalah batu berproses  adalah benar. Sejak itu, Bacan mulai dicari dan diserbu oleh para juragan batu Rawa Bening.

Melihat pangsa pasar batu Bacan yang mulai terbuka, Amin kemudian membuat konter batu pertama di  Ternate. Tepatnya di tahun 2005. Tak satupun konter batu akik ada disana waktu itu. Ternate dipilih karena merupakan pusat ibukota provinsi dan kotamadya. Kalau dibuka di Bacan, Bacan sendiri waktu itu relatif masih sangat sepi.

Jadilah Amin membuka konter pertamanya di Ternate. Di konter tersebut Amin selain membuka pemasaran batu Bacan, juga  memproduksi dan memasarkan batu akik jenis lain dari nusantara.


Amin bersama Buyung, di Ternate, Mei 2015


Di konternya di Ternate, dia memperkerjakan seorang urang awak bernama Asep alias Buyung. Buyung  awalnya adalah penambang batu Bacan di Palamea. Sebelumnya Buyung penambang emas di berbagai daerah di Indonesia. Setelah bertemu dengan Amin, diajak bergabung di usaha batu  akik. Buyung jadi anak buah pertamanya di Kota Ternate.

Bisnis batu akik jenis Bacan berjalan sukses. Bahkan, Buyung yang dulunya diajari Amin mengasah dan  memasarkan batu, belakangan naik tingkat, sudah bersaing pula dengan Amin jadi bos batu Bacan. Kini, Buyung sudah punya 5 konter pula di Ternate.

Bisnis Bacan yang dijalani Buyung kian hari kian menjadi-jadi. Sekarang, Buyung telah jadi bos besar  batu Bacan yang sangat terkenal di Ternate. Omset usahanya kini sudah milliaran pula. Amin cukup bangga bisa mendidik Buyung. Buyung sendiri sampai sekarang sangat
hormat kepada Amin.

Amin sendiri merasa berhutang budi kepada Buyung. Buyung pula yang pernah membantu Amin membawa  berton-ton bahan batu Bacan dari Pulau Kasiruta ke Jakarta menggunakan kapal perang. Berbulan-bulan  ribuan potong dan berton-ton bahan Bacan tersebut dibawa hingga sampai ke Jakarta. Di Jakarta bahan  tersebut kemudian disimpan dengan cara ditanam di tanah di suatu tempat. Ditambah 5000an butir batu Bacan siap asah yang dia depositokan disebuah brankas.

Meski sudah punya stok bahan batu Bacan dalam jumlah banyak, Amin bukannya berpangku tangan, dia terus  saja mengumpulkan dan membeli serta membantu memasarkan batu Bacan bosnya Haji Palamea dan membantu bos Amin Dullah di Pulau Bacan. Amin terus menstok bahan Bacan.

Stok berton-ton bahan batu akik jenis Bacan itulah yang kemudian mengatarkan Amin berubah menjadi  seorang pebisnis tangguh batu akik dan menjadi milliarder. Dari usaha batu akik, Amin kemudian mencoba merambah bisnis lain. Amin kemudian mendirikan pabrik ikat dan gagang cincin di rumahnya di Pondok  Kopi. Usahanya itu kemudian
mempekerjakan puluhan tenaga kerja yang mayoritas dia datangkan dari Garut.

Mendidik Anak Istri dan Keluarga jadi Pengusaha

Deraan hidup miskin dan keras yang dijalani Amin sejak kecil di kampung halaman sampai ke perantauan, membuat sikap mentalnya dalam berusaha begitu keras. Anak-anaknya dididik bagaimana berusaha dan bekerja keras. Anak-anaknya sejak kecil sudah dikenalkan bagaimana cara mengasah dan memproduksi batu  akik di rumah. Saat mengasah, Amin meminta anaknya memperhatikannya.

Sampai sekarang, anaknya yang paling besar Intarna Ramadhan namanya, buah perkawinan dengan Teh Dadar warga Garut kini telah menjadi salah seorang generasi penerus Amin. Intarna dalam usia 23 tahun, sudah dipercaya oleh Amin menjalankan bisnis pabrik ikat dan gagang cincin di Pondok Kopi dan menjalankan  beberapa konter batu akik di Rawa Bening, Jati Negara, Jakarta.

Intarna kini menjelma menjadi sosok pengganti Amin. Anak sulungnya itu kini telah menjalankan usaha  batu akik berikut usaha pabrik ikat dan gagang cincin berbahan stainless steel beromset puluhan miliar. Anaknya yang perempuan Aci dan suaminya kini juga bergelut di bisnis batu akik.

Amin punya keinginan, kedepan bisa punya jaringankonter batu akik di seluruh kota di 33 provinsi di Indonesia.  Saat ini konter milik jaringan keluarganya sudah tersebar di beberapa kota besar. Antara lain 4 konter  di Ternate, 3 di Rawa Bening, di Bandung, di Bogor, Batam,
Padang dan di Pariaman dan beberapa tambang batu akik di Garut.

Amin optimis, dibantu oleh anaknya Intarna niatnya membangun jaringan usaha batu akik dan pemasaran  ikat dan gagang cincin dari usaha pabriknya di seluruh kota di Indonesia bisa tercapai. Apalagi jiwa pengusaha anaknya Intarna dan Aci bersama menantunya sangat memberi peluang.

Kini, Amin dan Intarna anaknya punya progress memperluar jaringan usaha pabrik ikat dan gagang cincin.  Dia ingin membangun beberapa pabrik lagi di beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya akan dibangun  di Pariaman. Prospek produk ikat dan gagang cincin sangat terbuka. Saat ini pemesan inden di  pabriknya.

Selain progres punya konter batu akik dan pabrik di seluruh Indonesia, Amin juga punya keinginan  membangun jaringan usaha batu akik di luar negeri. Rencananya Amin akan membuka konter batu akik dan pemasaran ikat cincin di Guangzou Cina. Tujuannya untuk menjaga kestabilan usaha di Indonesia.

Usaha konter di Guangzou diharapkan bisa dikelola oleh salah seorang anaknya yang kini masih kecil bernama Palame Kasiruta (9). Rencananya anaknya itu setelah tamat SMA akan dikuliahkan di Guangzou, sembari dididik menjalankan  usaha konter batu akik dan pemasaran ikat dan gagang cincin.




Amin bersama Teh Imun dan dua buah hatinya Palamea Kasiruta dan Koka Ismail di Garut


Selain tiga anak dari hasil pernikahannya dengan Teh Dadar, Amin juga memilik tiga anak dari dua istri berbeda. Istri kedua Amin bernama Munaroh disapa Imun kelahiran 1985. Gadis Desa Ciberem, Bungbulang, Garut, yang dia nikahi tanpa sepengetahuan Dadar. Dari rahim Imun, Amin memiliki dua anak, satu perempuan satu laki-laki. Anak perempuan Amin yang sekarang berusia 8 tahun juga diberi nama Palamea Kasiruta senama dengan anak bungsu laki-laki hasil perkawinan Amin dengan Teh Dadar. Imun sekarang berdomisili di Ternate. Empat konter di Ternate, Imunlah juragannya. Kinoi, begitu sapaan sayang Amin kepada Imun.

Istri ketiga Amin bernama Rika. Rika asli orang Pariaman. Gadis manis bertubuh subur kelahiran 1989 ini dia nikahi pasca gempa 2009. Dari rahim Rika, Amin memiliki seorang putri berusia 4 tahun. Putrinya tersebut dinamai Quenna Adam Arthanta. Rika juga bos dari tiga konter batu akik. 1 di Pariaman, 1 di Padang dan satunya lagi di Kota Batam. Caim, begitu Rika disapa Amin.




Selain anak-anak dan istrinya, Amin juga mendorong adik-adiknya untuk melakoni usaha konter batu akik. Hampir  seluruh adiknya kini telah punya konter batu akik sendiri di berbagai kota di Indonesia. Ada yang di Jakarta, ada di Bangka Belitung dan kota-kota lainnya.

Amin menginginkan, seluruh anak, istri, adik dan keluarganya punya usaha yang dijalankan sendiri. Sehingga, kedepan mereka tak saling bertengkar ingin mendapatkan harta warisan Amin. Semuanya sudah diberi modal oleh Amin dan mereka semua kini giat berusaha. Amin ingin semua usaha keluarganya berjalan lancar.

Kini, di usia 44 tahun, Amin terus berusaha mengembangkan potensi usaha baru, sembari membantu  menjalankan usaha yang kini sebagian besar telah dilakoni oleh anak, istri, adik dan keluarga besarnya. Amin yang suka tantangan baru, kini terus mencari dan menjajaki peluang usaha baru untuk dikembangkan.

Menurutnya, jika tak ada tantangan baru, hidupnya terasa akan hampa. Bahkan, dalam benaknya tiap hari  yang ada hanya bagaimana membuka usaha-usaha baru. Kini, dia berusaha bagaimana bisa membuka lebih banyak lagi usaha, sehingga bisa pula membantu para pencari kerja mendapatkan lapangan pekerjaan.

Amin yang sempat terbuang dari kampung halamannya di Pariaman karena ulah mamaknya yang menjual tanah  dan harta pusaka, kini ingin kembali dikenal sebagai orang Pariaman. Tanah pusaka yang dulu dijual mamaknya, kini telah dibeli kembali oleh Amin dan dijadikan tanah pusaka bersama keluarganya.

Kini, Amin punya keinginan untuk membangun kampung halaman dengan cara membuka usaha pabrik ikat dan  gagang cincin di Pariaman.  Niat untuk membuka usaha tersebut kini terus dijajaki. Dia telah  menyiapkan berbagai hal untuk mewujudkan niatnya membangun pabrik, termasuk persiapan mesin dan  peralatan. Ia ingin pabrik tersebut komplek dan bisa memproduksi dalam kapasitas besar.


Bersambung...

Biography Jasmin si Raja Bacan (Pra buku Bagian I)

Biography Jasmin si Raja Bacan (Pra buku Bagian Tiga)


Tim/OLP
×
Berita Terbaru Update