Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Biography Jasmin si Raja Bacan (Pra buku Bagian Tiga)

5 Juni 2015 | 5.6.15 WIB Last Updated 2015-06-05T05:58:59Z



Amin orangnya dikenal lucu, lugu, jujur dan tidak mudah melupakan jasa orang. Siapa saja yang pernah berbuat baik dan  menolongnya, pasti selalu teringat dan terekam betul dalam memori perjalanan hidupnya. Amin masih ingat, siapa saja orang-orang yang pernah berjasa dalam hidupnya. Baik itu dalam bisnis maupun teman yang sama-sama berusaha dan berjuang baik dikala susah maupun dikala senang bersamanya.

Sejak tambang batu akik di Kecamatan Caringin dan Bungbulang Garut tutup sekitar awal tahun 2.000-an lalu, Amin sudah sangat jarang  datang ke Garut. Bahkan, dia hampir tak pernah lagi bertemu dengan mantan-mantan bosnya maupun dengan orang-orang yang pernah berjasa membesarkan namanya di negeri dimana airnya selalu mengalir dari pegunungan, membasahi sawah ladang, kolam-kolam hingga bak mandi warga di dua kecamatan itu.

Mulai dari pak Ali, pak Lurah, pak Edong bos pemilik tambang batu Pancawarna Garut Edong yang amat terkenal maupun rekan-rekannya sesama pengrajin batu akik lainnya. Kabar yang dia dengar, sejak tambang tutup bos-bos besar itu telah banyak bangkrut dan hidup jatuh miskin. Pak Lurah bahkan sempat menjual pintu rumahnya untuk biaya hidupnya sehari-hari. Pak Lurah juga hingga bercerai dengan istrinya karena susahnya ekonomi. Begitulah hidup. Uang sangat menentukan perilaku manusia.

Pak Edong yang namanya sangat masyur di kalangan pencinta batu akik nusantara hingga ke mancanegara, mantan bosnya yang batu akiknya sampai sekarang masih sangat terkenal, Amin dapat  kabar bahwa beliau telah dikabarkan meninggal dunia. Amin, tak mempercayai hal itu. Akhirnya, Amin baru-baru ini (Mei 2015) berusaha melacak keberadaan pak Edong menyambangi rumahnya nun jauh di pedalaman Desa Sukarame, Caringin, Garut.

Amin dibantu pak Lurah terus mengumpulkan informasi, kemudian mendapatkan kepastian keberadaan pak Edong dan bertemu beliau yang masih dalam keadaan sehat wal'afiat meski sedikit flu. Pak Edong sekarang berusia 85 tahun, renta, jauh tak setegap dulu. Namun, kehidupan mantan bos pemilik lahan tambang batu akik Pancawarna Garut Edong
tersebut sangat memiriskan. Pak Edong ditemani istrinya kini hidup miskin, kesepian, sesunyi letak rumahnya di ujung jalan rumputan dikelilingi hutan dan semak belantara Desa Sukarame, Caringin.

Padahal, jika dirunut ke bawah, di ranah logika, dulunya batu akik khas galian Bukit Kencana yang jumlahnya ton-tonan milik pak Edong itu konon salah satunya melingkar dijari Pangeran Charles dari Inggris, dipakai oleh keluarga kerajaan Dubai dan oleh para petinggi dan pesohor di negeri ini. Orang pastilah menyangka Pak Edong seorang berkecukupan. Waktu itu batu akik pancawarna jenis Edong harganya sangat selangit. Batu akiknya king of kingnya Garut punya merek.

Sesampai di sana, Amin sangat terenyuh melihat kondisi kehidupan pak Edong mantan bos
batu Garutnya itu. Amin bahkan, berniat akan memberangkatkan pak Edong untuk menunaikan ibadah Umrah ke tanah suci Mekkah sebagai bentuk balas jasa pada pak Edong juga sebagaimana harapan pak Edong sebelum tutup usia.

Kehidupan tak jauh berbeda juga dialami oleh pak Lurah alias Abdul Qodar mantan bos yang memperkenalkan Amin dengan seluk beluk bisnis batu asal Garut dulu di pertengahan tahun 90-an. Pak Lurah kini juga hidup miskin. Pak Lurah bangkrut sejak tambang Garut tutup awal tahun 2000-an. Pak Lurah sekarang sangat kontras dengan Abdul Qodar di zaman kejayaannya dahulu.

Saat kedatangannya ke Garut itu, Amin langsung menjadi saksi nikah mantan bos pak Lurah dengan seorang janda beranak lima asal Bungbulang, Garut.

Bahkan, sebagai bentuk balas jasa dan balas gunanya kepada pak Lurah, Amin telah membeli sebuah tambang batu akik di wilayah Bungbulang, Garut bersebelahan dengan tambang milik Darson yang namanya mulai naik daun itu dan menyerahkan pengelolaannya kepada pak Lurah. Tak sampai disitu, Amin juga menyediakan segala kebutuhan peralatan dan biaya tambang termasuk pekerjanya.

Amin ingin pak Lurah serius menjalankan bisnis baru mengelola dua tambang galian batu akik miliknya di Garut itu. Ia berharap pak Lurah bisa bangkit dan kembali bergairah menjalankan bisnis batu akik dari lahan tambang tersebut. Ia ingin pak Lurah kembali berdaya ekonominya.

Selain melakukan perjalanan ke Garut, Amin juga menelusuri sisa-sisa jejak bisnis batu akiknya sampai  ke Pulau Kasiruta, Kepulauan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Amin mencari kembali jejak mantan-mantan bos batu Bacan, orangtua angkat, dan sejawat yang pernah berjasa dalam hidupnya.

Di Desa Palamea, Kasiruta, Amin kembali bertemu dengan mantan bos pemilik lahan tambang batu Bacan Haji Amiruddin alias Haji Palamea dan Amin Dullah di Amasing Kota, Labuha, Bacan. Amin Dullah mantan bos besar batu Bacan itu hidupnya kini jatuh miskin. Bisnis batu Bacannya kini bangkrut. Dia hidup sangat pas-pas-an.

Amin menceritakan, begitulah perjalanan kehidupan bisnis batu akik. Sebanyak yang sukses, sebanyak itu  pula yang akhirnya jatuh bangkrut. Pemain-pemain lama banyak bertumbangan, pemain baru ada pula mulai maju. Hanya mereka yang punya kemampuan bertahan dan berkembang dalam berusaha yang akhirnya bisa konsisten dan bertahan hidup.

Dari dulu sampai sekarang, tak sedikit orang tiba-tiba kaya raya dari bisnis batu akik. Namun, tiba-tiba pula kembali jatuh ke titik nadir. Mereka yang dulu banyak punya aset, tak sedikit pula yang  akhirnya harus rela kehilangan seluruh asetnya untuk menutupi hutang bisnis batu akik.

Jasmin alias Amin disinilah hebatnya, dia mampu safety dalam melakoni usaha batu akik, karena tak sepenuhnya mengandalkan usaha batu akik sebagai tiang utama hidupnya. Amin menyangga usaha batu  akiknya dengan usaha lain. Dia memiliki strategi pertahanan dalam berbisnis.

Selain bisnis batu akik, Amin juga membuka usaha lain, seperti usaha pabrik ikat dan gagang cincin serta investasi properti sebagai penopang. Tak lupa, Amin juga terus berupaya memperluas akses dan jangkauan konter usaha batu akiknya sampai ke seluruh pelosok
negeri.

Jasmin bukanlah orang yang tiba-tiba sukses di batu Bacan. Dia mendepositkan batu Bacannya karena pengalaman pernah gagal. Amin banyak belajar dari bisnis batu akik sebelumnya, seperti saat bisnis batu Garut. Saat usaha  sedang maju, pasokan bahan baku tambang mandek bahkan berhenti total. Usaha yang baru saja berjalan  baik, tiba-tiba harus bangkrut akibat tak ada bahan baku untuk diolah dan dijual lagi. 


Bersambung..


Biography Jasmin si Raja Bacan (Pra buku Bagian Dua)

 

Biography Jasmin si Raja Bacan (Pra buku Bagian I)


Tim/OLP
×
Berita Terbaru Update