Pariaman - Tiga rumah warga di Desa Marunggi, Kecamatan Pariaman Selatan, mengalami kerusakan berat akibat abrasi Sungai Batang Mangor yang dipicu banjir besar beberapa hari lalu.
Satu rumah hanyut terbawa arus, sementara dua lainnya mengalami kerusakan parah pada bagian dapur, menurut tinjauan langsung Pemerintah Kota Pariaman, Rabu sore (10/12).
Wali Kota Pariaman Yota Balad bersama Wakil Wali Kota Mulyadi memimpin peninjauan lapangan, didampingi jajaran organisasi perangkat daerah termasuk BPBD, Dinas PUPRP, dan Satpol PP & Damkar. Mereka berinteraksi langsung dengan pemilik rumah yang terdampak sambil menilai tingkat kerusakan dan potensi risiko lanjutan.
“Ada tiga rumah amblas akibat abrasi sungai yang disebabkan banjir besar yang melanda Kota Pariaman. Satu rumah hanyut terbawa arus, sementara dua rumah lainnya rusak berat,” kata Yota Balad di lokasi kejadian.
Ia menyebut kerusakan bantaran sungai mencapai lebih dari 10 meter ke arah permukiman, membuat rumah yang sebelumnya berjarak aman menjadi langsung berada di tepian arus sungai yang deras.
BPBD Kota Pariaman menyebut pergeseran tanah di sepanjang bantaran Batang Mangor terjadi cepat setelah hujan ekstrem meningkatkan debit air sungai. Meski kerusakan material cukup besar, pemerintah memastikan tidak ada korban jiwa.
Yota mengatakan pemerintah daerah akan melakukan penanganan darurat sekaligus mempertimbangkan relokasi bagi rumah yang berada pada zona risiko tinggi.
“Kondisinya tidak lagi aman untuk dihuni tanpa penanganan struktural. Pemerintah akan mengkaji opsi terbaik, termasuk penguatan tebing dan langkah mitigasi jangka panjang,” ujarnya.
Ia menegaskan perlunya percepatan intervensi teknis dari dinas terkait, termasuk penilaian struktur tanah, pemasangan bronjong darurat, serta pembatasan aktivitas warga di titik rawan. Selain itu, pemerintah juga tengah menginventarisasi kerugian dan kebutuhan bantuan bagi keluarga terdampak.
Kepala Desa Marunggi, Syaiful Bahri, mengatakan warga mulai resah karena jarak antara sungai dan rumah mereka terus menyempit dalam beberapa tahun terakhir, namun kerusakan kali ini dianggap yang paling parah.
“Banjir kemarin menghanyutkan tanah dengan cepat. Kami berharap pemerintah segera memberi penanganan permanen,” ujarnya.
Pemerintah Kota Pariaman menekankan bahwa penguatan mitigasi di sepanjang aliran sungai kini menjadi prioritas menyusul meningkatnya frekuensi banjir dan erosi.
Pemerintah juga mengimbau warga bantaran sungai tetap waspada terhadap potensi abrasi susulan jika hujan lebat kembali terjadi. (*)