Pariaman - Suasana haru bercampur bangga menyelimuti Masjid Az-Zubaidah di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mughny, Desa Pauh Barat, Pariaman Tengah. Delapan santri menutup perjalanan tiga tahun mereka di tingkat Wustho dengan mengenakan salempang kelulusan yang langsung dipasangkan oleh Wali Kota Pariaman, Yota Balad, Kamis (9/10/2025).
Dalam acara kelulusan perdana itu, Wali Kota yang datang bersama istrinya, Ketua TP-PKK Ny. Yosneli Balad, menegaskan bahwa pendidikan agama dan moral menjadi fondasi penting dalam membangun karakter generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi.
“Kelulusan ini bukan sekadar perayaan. Ini bukti komitmen pesantren dalam memperkaya anak-anak kita dengan ilmu dan akhlak. Pemerintah Kota Pariaman akan terus mendukung gerakan Pariaman Risalah, kota yang beriman, saleh, dan berakhlak. Kami ingin gerakan ‘satu rumah satu hafiz’ benar-benar terwujud,” ujar Yota Balad dalam sambutannya.
Menurutnya, pesantren memiliki peran strategis dalam memperkuat ketahanan spiritual masyarakat. Ia juga berpesan kepada para santri untuk menjadikan ijazah sebagai pijakan awal dalam menempuh pendidikan lebih tinggi.
“Lulus dari pesantren bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang. Jadikan nilai-nilai Islam dan ajaran Al-Qur’an sebagai kompas hidup,” katanya.
Sementara itu, Mukhlis Rahman, pendiri sekaligus pembina Yayasan Al-Mughny, menyebutkan bahwa delapan santri pertama yang lulus menjadi tonggak sejarah bagi pesantren yang berdiri di kawasan Pauh Barat tersebut. Empat di antara mereka melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di Pariaman, sedangkan empat lainnya memilih meneruskan ke jenjang berikutnya di Al-Mughny.
“Mereka adalah generasi pertama yang menandai lahirnya lulusan Al-Mughny. Tiga tahun bukan waktu singkat — para santri telah ditempa dalam ilmu agama, kedisiplinan, dan kemandirian,” ungkap mantan walikota Pariaman dua periode ini.
Ia menambahkan bahwa pondok pesantren saat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat mengaji, tetapi juga pusat pembinaan karakter dan benteng nilai-nilai moral di tengah tantangan zaman.
Di bawah kepemimpinan Yota Balad, Pemerintah Kota Pariaman gencar mendorong pendidikan berbasis agama sebagai bagian dari identitas lokal dan arah pembangunan manusia. Melalui visi Pariaman Risalah, kota ini berupaya menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan pembinaan spiritual, dengan cita-cita agar setiap rumah di Pariaman melahirkan seorang penghafal Al-Qur’an.
Bagi para santri yang lulus hari itu, upacara di Masjid Az-Zubaidah bukan sekadar perpisahan, melainkan awal dari tanggung jawab baru, membawa cahaya ilmu dan iman ke masyarakat luas. (*)