Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Strategi JKA Menentukan Ketua KONI Padang Pariaman

12 Mei 2025 | 12.5.25 WIB Last Updated 2025-05-12T13:00:51Z



Oleh: Oyong Liza Piliang 


Di balik perebutan kursi Ketua KONI Kabupaten Padang Pariaman, sedang berlangsung permainan catur politik yang penuh kalkulasi. Lima nama mencuat ke permukaan: Tri Suryadi (Wali Feri), Asmadi, Maymuspi, Happy Naldy, dan Boni Akbar. 

Namun, pertanyaan utama bukan sekadar siapa yang layak, melainkan kepada siapa Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis (JKA), akan mengalihkan restunya dan apa konsekuensinya.

Nilai Tawar: Siapa Paling Berat?

Wali Feri - Wali Feri bukan hanya kandidat, ia adalah aset politik. Ketua tim sukses JKA di Pilkada 2024, sekaligus mantan calon Bupati pada 2019 dengan perolehan suara signifikan, menjadikannya figur yang tidak bisa dianggap enteng. Basis massanya militan dan terukur. 

Namun justru karena kekuatannya inilah Wali Feri juga berpotensi menjadi ancaman laten bagi JKA, terutama jika ia kembali mencalonkan diri sebagai Bupati di masa depan.

Asmadi - Asmadi adalah tim abadi JKA. Loyalis garis komando yang telah menjadi bagian dari tim sukses sejak Pileg DPR RI 2014 dan menjabat dua periode sebagai tenaga ahli di Senayan. Ia aman, terkendali, dan punya afiliasi Golkar yang sejalan. 

Tapi dalam kalkulasi real politik, kekuatannya belum menyentuh level kompetitif seperti Wali Feri. Nilai tawarnya berada pada kestabilan dan loyalitas, bukan pada kekuatan mobilisasi massa.

Happy Naldy dan Maymuspi - Keduanya punya kedekatan personal dengan JKA, tapi tak memiliki posisi strategis setara dua nama sebelumnya. Dalam konstelasi ini, mereka lebih sebagai penyeimbang wacana daripada penentu hasil.

Boni Akbar - Masih hijau dalam peta kekuatan. Meski memiliki jejaring dengan PAN dan mungkin beberapa pemilik suara dari cabang olahraga (Cabor), Boni memerlukan pembuktian lebih jauh untuk bertarung di gelanggang politik tingkat ini.

Kalkulasi JKA: Di Antara Loyalitas dan Ancaman Masa Depan

John Kenedy Azis bukan politisi baru. Ia mafhum bahwa restu kepada satu pihak berarti risiko pada pihak lain. Yang jelas, JKA tidak akan membiarkan kontestasi KONI berubah menjadi pertarungan terbuka yang bisa mencederai stabilitas politik lokal. Ia membutuhkan figur kompromi atau setidaknya kompromi yang dimenangkan secara elegan.

Jika JKA merestui Wali Feri: Ia sedang memilih kekuatan hari ini, namun membuka potensi batu sandungan esok hari. Wali Feri bisa saja kembali mencalonkan diri sebagai Bupati, menyaingi dominasi JKA. Namun secara elektoral, ini pilihan paling kuat. Ia bisa mendongkrak citra KONI sekaligus menjaga pengaruh JKA jika dikendalikan dengan baik.

Jika JKA merestui Asmadi: Ia memilih stabilitas internal dan loyalitas mutlak. Namun risiko eksternalnya besar: hubungan dengan Wali Feri bisa merenggang, bahkan berujung pembelahan kekuatan militan yang selama ini menopang basis JKA. Pilihan ini aman dalam jangka pendek, tapi bisa jadi bumerang jika tidak disertai rekonsiliasi yang cermat.

Dilema Sunyi Seorang Bupati

JKA sedang menghadapi dilema klasik: memilih loyalis yang belum kuat secara massa, atau memilih kekuatan massa yang berpotensi menjadi rival masa depan. 

Apapun pilihannya, akan lahir bias politik. Tidak akan ada keputusan yang steril dari konflik sunyi. Yang bisa dilakukan hanyalah meminimalisir getarannya.

Pada akhirnya, pertarungan ini bukan semata tentang KONI, tapi tentang siapa yang akan menguasai narasi politik Padang Pariaman dalam lima tahun ke depan. 

Dan dalam medan seperti ini, restu seorang Bupati tak ubahnya mata angin: menentukan arah, namun tak bisa menghentikan badai. (*)



×
Berita Terbaru Update