Jakarta 18 Mei 2025 - Di tengah padatnya Jakarta, Cipulir mendadak terasa berbeda. Suasana berubah hangat dan akrab saat ratusan warga asal Limo Koto Kampung Dalam dan sekitarnya berkumpul dalam acara halal bihalal tahunan yang diselenggarakan oleh IK LIMKOS. Di antara gedung-gedung beton dan riuh lalu lintas ibu kota, acara ini menjadi ruang pulang secara emosional--tempat merawat ingatan, identitas, dan solidaritas sesama perantau.
IK LIMKOS, singkatan dari Ikatan Keluarga Limo Koto Kampung Dalam dan Sekitarnya, bukan sekadar organisasi paguyuban. Ia tumbuh menjadi komunitas yang hidup, saling menopang, dan berperan aktif dalam menjaga nilai-nilai kebersamaan di perantauan.
Dalam kesempatan ini, Ketua DPRD Kabupaten Padang Pariaman, Aprinaldi, S.Pd, M.Pd, AIFO, hadir secara langsung. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya hubungan dua arah antara ranah (kampung halaman) dan rantau. Menurutnya, kemajuan daerah tak bisa hanya diserahkan kepada mereka yang tinggal di kampung. "Jejaring dan pengalaman perantau juga sangat penting untuk mendorong perubahan nyata,” ujarnya.
Kiprah para tokoh perantau menjadi bukti nyata dari hubungan ranah-rantau yang hidup. Ada Haji Bujang Davidco, pengusaha garmen yang dikenal dermawan, aktif mendukung berbagai kegiatan sosial di lingkungan IK LIMKOS. Ada pula Haji Musril Koto, seorang eksportir dan pengusaha yang tak hanya sukses di rantau, tapi juga berinvestasi di kampung halaman. Kedua tokoh ini menjadi contoh bahwa cinta kampung tak harus bersifat simbolik—ia bisa hadir dalam bentuk nyata: lapangan kerja, bantuan pendidikan, dan komitmen jangka panjang untuk pembangunan daerah asal.Salah satu nilai yang terus dijaga oleh IK LIMKOS adalah tradisi badoncek—penggalangan dana secara sukarela untuk keperluan bersama. Di tangan generasi baru, tradisi ini dimodernisasi dengan sistem yang lebih transparan dan terstruktur. Mulai dari bantuan pendidikan, kegiatan sosial, hingga pembiayaan pesta adat, semuanya berjalan atas dasar gotong royong.
Kini IK LIMKOS telah memiliki kantor dan aula tetap di Cipulir, dilengkapi fasilitas pendingin udara. Fungsinya beragam: tempat pertemuan rutin, lokasi resepsi pernikahan, hingga rumah singgah bagi perantau baru yang butuh tempat menetap sementara. Bagi para anggota, keberadaan fasilitas ini adalah simbol kemajuan organisasi--hasil kerja keras kolektif, bukan bantuan satu-dua orang saja.
Di bawah kepemimpinan Ismet Jaya Piliang sebagai Ketua Umum, IK LIMKOS menunjukkan arah baru yang lebih inklusif dan strategis. Ia berhasil mengajak tokoh-tokoh lintas profesi--dari pedagang, ASN, akademisi, hingga politisi--untuk terlibat aktif. Semua bergerak dalam satu tujuan: memperkuat jaringan sosial yang saling menguatkan, bukan hanya untuk nostalgia, tetapi juga untuk kepentingan masa depan paguyuban.
Kehadiran anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, Hendra Halim, serta anggota DPR RI, Arisal Azis, menambah bobot acara ini. Mereka datang tidak hanya sebagai tamu kehormatan, tetapi juga sebagai bagian dari jejaring yang sedang dibangun antara para pengambil kebijakan dan komunitas perantau.
Dalam sambutan penutupnya, Aprinaldi menyampaikan harapan agar komunitas perantau berperan aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. “Pendidikan adalah aset. Kalau kita ingin kampung halaman maju, perubahan itu harus dimulai dari cara kita menghargai ilmu,” tegasnya.
Acara halal bihalal ini bukan hanya tentang temu kangen. Di dalamnya ada denyut kebersamaan yang nyata—berkelindan antara semangat menjaga budaya, membangun solidaritas, dan menjawab tantangan zaman.
Bagi banyak orang, ini adalah momen penting untuk mengisi ulang semangat, memperkuat simpul-simpul sosial, dan memastikan bahwa walau jauh dari kampung, nilai-nilai yang dibawa tetap hidup dan terus menggetarkan. (OLP)