Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

[Indepth] Toko sepi pembeli karena warga Pariaman lebih memilih belanja daring untuk pakaian lebaran

11 Mei 2021 | 11.5.21 WIB Last Updated 2021-05-11T10:40:50Z

Peralihan dari belanja ofline ke online merupakan fakta tidak terbantahkan. Foto: ilustrasi/istimewa/internet

Pariaman - Masyarakat Pariaman mulai beralih belanja daring (e-commerce) untuk membeli berbagai kebutuhannya jelang hari raya Idul Fitri 1442 Hijriyah. Sejumlah cabang ekspedisi jasa pengiriman barang dipenuhi ribuan paket kiriman dari pasar daring tiap harinya.

"Tahun ini jauh lebih meningkat dari lebaran tahun sebelumnya," kata Jefri salah seorang staf di salah satu cabang jasa pengiriman di Pariaman, Selasa (11/5).

Jelang lebaran ini, kata dia, paket yang paling banyak dibeli secara daring oleh warga di berbagai wilayah Pariaman antara lain pakaian, aksesoris, sepatu dan sandal, jam tangan, hijab, dan handphone.

Menurutnya kebiasaan belanja daring warga Pariaman sudah dimulai sejak lima tahun belakangan. Namun kian tahun persentasenya naik hingga kali lipat.

"Persentase pastinya kita juga tidak tahu persis, namun yang pasti dari data pengiriman jumlahnya berkali-kali lipat. Itu baru di tempat saya," kata dia.

Yang dikatakan Jefri benar adanya. Setidaknya ada sejumlah jasa pengiriman yang selalu penuh paket siap antar tiap harinya dari berbagai e-commerce terkenal seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Aliexpress dan marketplace lain.

Sedangkan jasa pengiriman yang memiliki cabang di Pariaman antara lain, JNE, TIKI, J&T, Sicepat, Ninja Express dan lainnya. Jasa pengiriman terbesar seperti JNE, TIKI dan J&T memiliki puluhan kurir pengantar setiap hari.

Dari data 2019, pariamantoday pernah merilis setidaknya 2500 paket diantar setiap hari ke Pariaman dari berbagai e-commerce dengan nilai transaksi tiap hari mencapai Rp 300 juta atau setara Rp 9 miliar setiap bulan. Paket tersebut meliputi barang dagangan dan komsumtif. Barang yang dibeli untuk dijual kembali persentasenya sekitar 60 persen.

Meski belum ada lembaga valid di Pariaman yang menghitung jumlah berapa uang yang dibelanjakan masyarakat Pariaman di pasar daring jelang lebaran 2021 ini, pariamantoday memperkirakan nominalnya tidak kurang dari Rp 20 miliar sejak awal Ramadhan hingga memasuki Idul Fitri jika dihitung dari lebih 5000 paket yang diantar kurir jasa pengiriman setiap hari.

Warga Pariaman Tengah bernama Yanti, 35, mengatakan sejak 2018 dia lebih dominan belanja daring daripada ke toko terdekat. Ia beralasan harga dan kualitaslah yang membuat ia beralih. Di samping itu, belanja daring juga memiliki banyak pilihan dan bisa dikembalikan jika barang yang diterima tidak sesuai pesanan.

"Kita juga bisa bayar di tempat dan saat promosi dengan ongkos kirim gratis, juga kredit nol persen," kata dia.

Barang daring yang ia beli meliputi pakaian mulai dari harian hingga formal, komputer jinjing, smartphone dan kebutuhan keluarga yang beratnya di bawah 3 kilogram.

"Pakaian anak-anak, pakaian suami. Hanya pakaian dalam kadang kita beli di toko terdekat," ungkap dia.

Penasehat Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia Kota Pariaman, Oyong Liza Piliang membenarkan fenomena tersebut. OLP ia biasa disapa bilang, fenomena ini tidak bisa ditarik urung ke belakang karena bagian dari evolusi pasar.

"Kita tidak bisa melawan hukum evolusi. Teknologi dan kemajuan zaman yang melakukannya," kata OLP.

Apa yang bisa dilakukan pedagang Pariaman agar tidak kena imbas?

OLP mengaku hampir seluruh pedagang pakaian, sepatu dan aksesioris mengatakan kepada dirinya sudah lama kena imbas. Pasar mereka kian sempit karena pembeli yang datang ke toko mereka bagian dari masyarakat yang tidak melek teknologi.

"Ini akan terus menurun. Ini fakta yang tidak lagi rahasia umum. Berapa banyak toko-toko besar gulung tikar, bahkan sekelas Matahari yang memiliki ratusan cabang di Tanah Air," kata dia.

Meski begitu, kata OLP pedagang dan UMKM Pariaman bisa melakukan hal yang sama. Mereka bisa menjual dagangan mereka secara daring dengan harga bersaing. Ada juga menggunakan metode obral serba sekian ribu secara ofline.

Menurut OLP ada beberapa pedagang yang ia kenal membeli langsung dari Aliexpress - pasar daring terbesar di Asia - dan menjualnya kembali secara daring dengan keuntungan lumayan. Namun jumlah pedagang tersebut masih bilangan jari di Pariaman.

OLP juga menyebutkan sejumlah pedagang yang masih belum menyadari berkurangnya omset mereka akibat bersaing dengan pasar daring sehingga mereka menyalahkan aspek lain seperti pasar sepi, dan lainnya.

"Jika ada pedagang pakaian, aksesoris, sepatu, tas, sandal dan barang sejenisnya sepi pembeli, itu bukan karena pasar sepi, tapi pembelinya yang sudah beralih belanja daring," kata dia.

OLP tak menampik sejumlah pedagang bangkrut karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi saat ini. Padahal menurut OLP, ia bisa saja membeli harga khusus di berbagai pelapak besar dan menjualnya kembali di Pariaman dengan metode pemasaran reseller dan dropship di media sosial.

"Disebut reseller. Bisa juga dengan metode dropship," kata dia.

Dropship, kata dia sebuah model yang digunakan oleh para reseller online. Dengan cara dropship, reseller dapat memasarkan barang tanpa harus  melakukan stok barang. Semua proses packing sampai pengiriman dikerjakan oleh toko online penjual di mana reseller bermitra sebagai dropshipper.

Dengan maraknya sosial media dan e-commerce, kata dia, sebenarnya menjadi lahan bagi reseller untuk memasarkan barang. Modal mereka hanya berupa gambar produk, deskripsi dan harga. Informasi produk ini di-upload ke sosial media - e-commerce kemudian tinggal menunggu pesanan masuk. 

"Tanpa modal sama sekali," kata dia.

Untuk sosial media seperti Instagram, Facebook, jaringan teman atau followers akan mempengaruhi besaran target pasar. Semakin banyak jaringan teman atau followers semakin besar target pasar untuk produk- produk yang dijual.

"Kebanyakan dari dropshipper Pariaman saat ini masih berjualan sebagai sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Namun ada juga beberapa yang awalnya hanya sebagai sampingan namun akhirnya menjadi profesi penghasilan utama," pungkasnya. (Tim)

×
Berita Terbaru Update