oleh: Zakirman Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Pascasarjana UNP |
Dimensi keterampilan capaian lulusan dalam BAB II menurut Permendiknas No 20 Tahun 2016 di antaranya memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1. Kreatif
2. Produktif
3. Kritis
4. Pemecahan masalah
5. Mandiri
6. Kolaboratif
7. Komunikatif
Salah satu capaian yang tertuang dalam Bab II Permendiknas No. 20 tahun 2016 adalah untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Keterampilan pemecahan masalah merupakan salah satu top skill pada tahun 2020 yang perlu dikembangkan dan dimiliki oleh siswa (Anealka, 2018).
Dalam memecahkan masalah diperlukan keterampilan bernalar untuk menemukan solusi. Pemecahan masalah penting bagi siswa karena memungkinkan siswa tersebut melakukan kontrol terhadap lingkungan. Pentingnya keterampilan pemecahan masalah didasarkan pada beberapa alasan berikut ini:
1. Pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan abad 21 dan menjadi salah satu keterampilan dasar dalam pendidikan di era revolusi industri 4.0.
2. Pemberi solusi aktif: Pemecahan masalah dapat memungkinkan siswa terbiasa untuk mengajukan solusi terhadap sebuah permasalahan sehingga memungkinkannya menjadi active problem solver di masa depan.
3. Sikap Positif: keterampilan pemecahan masalah akan mendukung untuk terciptanya sikap positif anak seperti percaya diri, kerjasama, jujur, dan lain-lain.
4. Mendukung skill akurasi, dan berlogika serta penalaran.
5. Pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar untuk memperbaiki.
6. Pemecahan masalah memberi siswa mekanisme untuk mengidentifikasi suatu hal, mencari tahu mengapa sesuatu perlu diperbaiki dan menentukan tindakan untuk memperbaikinya (Anealka, 2018).
Jika dikaitkan dengan Indonesia, kesimpulan terhadap hasil penilaian keterampilan pemecahan masalah siswa dapat dilihat berdasarkan hasil TIMSS. Observasi mengenai hasil TIMSS tahun 2015 khususnya untuk penilaian pada jenjang SD, menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi 4 terbawah (Nizam, 2016).
Berdasarkan hasil TIMSS 2015, dapat disimpulkan bahwa keterampilan pemecahan masalah siswa masih berada pada kategori rendah.
Rendahnya keterampilan pemecahan masalah siswa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Rendahnya motivasi dan partisipasi siswa dalam mengungkap masalah
2. Kurangnya buku atau aktivitas tentang penyelesaian masalah dalam pembelajaran
3. Kurangnya praktik pemecahan masalah selama kelas
4. Latihan yang tidak memadai pada unit masalah (Vijaya, 2017).
Untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa, diperlukan model pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalahnya. Salah satu desain pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa adalah model pembelajaran Play-Think-Pair-Share (Bermain-Berpikir-Berpasangan-Mengkomunikasikan).
Pokok utama dalam pembelajaran berbasis model PTPS adalah adanya kegiatan bermain yang dilaksanakan pada awal kegiatan pembelajaran dan memuat konten untuk melatih keterampilan siswa dalam memecahkan masalah.
Pada tingkat SD, siswa cendrung aktif belajar apabila ada penyisipan kegiatan bermain dalam pembelajaran tersebut (Novan, 2012). Pembelajaran berbasis kegiatan bermain efektif diterapkan di tingkat SD karena secara aktif melibatkan pelajar.
Selain itu, ada bukti yang menekankan pembelajaran berbasis kegiatan bermain sebagai kolaborasi antara siswa dan guru yang mengarah pada hasil akademik yang positif (Angela Pyle, 2016).
Bermain menawarkan banyak keuntungan seperti mengasah kemampuan menyelidiki, mengendalikan dan karenanya sangat disarankan sebagai jalan untuk menumbuhkan keterampilan intelektual anak-anak (Santrock, 2005).
Melalui permainan anak-anak mempelajari informasi dan memperoleh keterampilan yang penting untuk perkembangan kognitif mereka. Bermain memberikan anak-anak kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, dua elemen penting dari perkembangan kognitif.
Bermain dapat memiliki peran penting dalam pengembangan kemampuan kreatif anak. Melalui permainan, anak-anak belajar bagaimana bekerja sama dengan orang lain, membantu anak-anak memahami dan menghargai sesama (Ahmad, 2016).
Bermain merupakan bagian penting dalam proses perkembangan anak, kendaraan yang dengannya anak-anak mencari tahu tentang lingkungan, memahami diri mereka sendiri serta orang lain. Bermain membantu anak-anak untuk mengetahui tentang hal-hal baru, menjadi sarana mendasar yang dengannya mereka mempelajari keterampilan baru dan keterampilan manajemen serta mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (Ahmad, 2015).
Penerapan model PTPS dalam pembelajaran di tingkat SD memberikan hasil yang baik untuk peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa. Siswa yang belajar menggunakan model PTPS memiliki keterampilan pemecahan masalah yang lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar secara konvensional. Adanya sintaks bermain dapat melatih keterampilan pemecahan masalah siswa serta menghilangkan efek jenuh dan bosan bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran (Gee, 2008).
Kegiatan bermain memungkinkan siswa untuk menyusun sebuah strategi penyelesaian masalah agar dapat memenangkan kompetisi yang sedang berlangsung dalam proses pembelajaran (Gee, 2005).
Peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa didukung oleh jenis permainan yang dipilih oleh guru (Ventura, et al. 2013).
Jenis permainan berbasis tantangan adalah jenis permainan yang paling direkomendasikan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran. Melalui permainan berbasis tantangan, siswa terbiasa untuk gigih dan terampil menyusun strategi dalam melakukan suatu tujuan (Blumberg, 2008). Dengan adanya tantangan yang diangkat dalam proses pembelajaran, siswa menjadi termotivasi, terbiasa dan terlatih untuk memecahkan masalah. Dalam menyelesaikan permainan berbasis tantangan, siswa juga dilatih untuk mampu berpikir cepat, bertindak dengan cepat dan bijaksana dan melatih karakter gotong royong (Clark, et al., 2016).
Temuan saat dilaksanakannya kegiatan penelitian, siswa yang belajar dengan model PTPS terlibat aktif secara keseluruhan. Semua siswa dalam setiap kelompok saling berbagi dan mengkomunikasikan solusi dalam pemecahan masalah yang terdapat pada tahapan kegiatan bermain pada model PTPS.
Setiap siswa berlomba-lomba mencobakan solusi yang dianggap paling efektif dalam memenangkan permainan. Selama proses pembelajaran, guru memantau dan melakukan konfirmasi mengenai solusi yang dipilih dalam melaksanakan kegiatan bermain. Ide dan solusi pemecahan masalah dari siswa lebih bervariasi dan kreatif. Kegiatan mencoba menjadi wadah untuk menguji ide-ide yang telah dikemukakan siswa dalam setiap kelompok.
Setelah dilakukan pengujian dalam skala luas dengan melibatkan sampel pada 6 SD di Kabupaten Padangpariaman, dapat disimpulkan bahwa model PTPS terbukti efektif untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa.
Keberhasilan penerapan model PTPS ikut didukung oleh kemampuan mengingat siswa yang baik, dapat melakukan pekerjaan yang menantang, kreatif dan imajinatif, pengamat yang hebat, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Aspek penting yang juga perlu diperhatikan guru saat mengimplementasikan model PTPS adalah: keheterogenan kelompok, pemantauan diskusi siswa dalam kelompok kecil (Pair) serta keaktifan siswa memberikan tanggapan pada kegiatan Share.
Hasil penelitian dalam artikel ini ditulis berdasarkan disertasi untuk penyelesaian S-3 pada Prodi Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Padang, dengan tim promotor Prof. Dr. Lufri, M.S. dan Dr. Khairani, M.Pd.