Di perlintasan sebidang tanpa palang itu, sering terjadi kecelakaan. Warga Dusun Subarang juga membangun pos penjagaan tempat warga berteduh kala menanti kereta datang melintasi rel tersebut.
Salah seorang bocah penjaga perlintasan sebidang bernama Yoga, 13 tahun, menyebut ia bersama enam teman lainnya mengaku kerap menjaga perlintasan sebidang saat pulang sekolah.
Ia bersama temannya sering berkumpul di posko yang telah disediakan oleh pemuda setempat untuk tempat berjaga-jaga menunggu kereta api yang akan datang melintasi lokasi itu.
“Karena di sini sering terjadi kecelakaan dan terakhir terjadi bulan puasa lalu. Korbannya meninggal,” kata Yoga.
Hendri sebaya dengan Yoga mengatakan bahwa mereka tidak ingin lagi melihat korban akibat kecelakaan kereta api di perlintasan yang tidak berpalang itu. Penjagaan mulai mereka lakukan saat bulan suci lalu.
Sumiarti, warga sekitar, mendukung niat baik anak-anak itu. Ia mengaku bangga anak-anak mereka punya kepedulian untuk menjaga keselamatan orang lain.
Sumiarti mengatakan penjagaan bukan hanya dilakukan anak-anak, tetapi juga dilakukan bergantian oleh warga sekitar.
Ia berharap apa yang dilakukan oleh anak-anak, pemuda, dan warga sekitar tidak berhenti sampai di situ saja, tapi bisa secara terus menerus.
Kecelakaan kereta api dengan pengendara di perlintasan sebidang tanpa palang kerap terjadi di Kota Pariaman. Selusin perlintasan sebidang di Kota Pariaman tidak memiliki palang. Lebih dari sepuluh peristiwa kecelakaan terjadi dalam kurun waktu enam tahun belakangan. (Desi/OLP)