Cafe Sawah milik BUMDes Sumber Sejahtera Desa Pujonkidul begitu mempesona. Foto/OLP |
Mereka menuju Malang, Banyuwangi dan Bali guna belajar tata kelola badan usaha milik desa (BUMDes) serta penguatan peran desa adat dalam membangun sumber daya manusia.
Majunya sebuah kota atau kabupaten dimulai dari desa dan kelurahannya. Dari tingkat pemerintahan paling rendah. Banyak contoh daerah yang telah sukses akan hal tersebut.
Desa Penglipuran, Bangli, Pulau Bali sudah ada sejak abad ke-13 dan masih mempertahankan keasriannya. Foto/OLP |
Contoh paling ideal adalah desa-desa di provinsi Bali. Bali terkenal dengan desa adatnya yang disebut Pakraman dan Banjar yang memiliki "otoritas penuh" akan wilayah kenagariannya. Mulai dari pendidikan anak sejak dini di Banjar (balairung desa) yang mengajarkan adat, bahasa Inggris, tari-tarian, ilmu bela diri, budaya dan agama, tata krama dan sebagainya. Kemudian mengedukasi etika hubungan antara sesama manusia, manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan sang Pencipta yang menjadi pegangan hidup masyarakat Hindu Bali.
Para wisatawan biasanya berfoto di pintu Pura Desa Penglipuran yang dibangun pada tahun 1.200-an tersebut. Foto/OLP |
Dari desa yang memiliki otoritas itu, ciri sebuah desa adat tidak hilang meski telah digempur oleh ragam pembangunan skala modern. Di Bali, masih banyak terdapat desa yang masih mempertahankan keasliannya hingga kini. Mereka samasekali seakan tak pernah disentuh oleh kemajuan zaman. Desa-desa tersebut bahkan menjadi destinasi wisata budaya yang selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun manca negara seperti Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Pulau Bali.
Desa heritage Unesco tersebut merupakan desa terbersih di dunia. Ia masih asri sejak abad ke-13. Bangunan-bangunan rumah yang dihuni 120 KK tersebut, semuanya beratap bambu, persis sejak desa itu dihuni pada abad ke-13. Desa Penglipuran menganut anti poligami dan poliandri. Jika ada warganya yang mengindahkan aturan tersebut akan dipindahkan ke lahan kosong yang telah disediakan oleh desa adat. Faktanya, lahan kosong yang disediakan tersebut tetap saja masih kosong. Sejak abad ke-13 - perihal poligami dan poliandri - hampir satu milenium dipatuhi oleh warga Desa Penglipuran.
Setiap destinasi wisata sohor di Bali, tertancap erat kuku-kuku kekuasaan desa adat. Desa adat juga memiliki otoritas ekonomi yang terus berlaku hingga kini. Penghasilan dari wisata - antara desa adat dan pemerintahan daerah - adil pembagiannya.
Pariwisata di Bali memang telah mapan. Salah satu yang terbaik di dunia. Pembauran ragam kebudayaan yang dibawa wisatawan asing ke Bali, tidak merusak tatanan masyarakat asli Bali. Masyarakat Bali terus sibuk dengan upacara-upaca adat dan ritual keagamaan harian mereka.
Selain Bali dengan desa adatnya, di kabupaten Malang dan kabupaten Banyuwangi, lain lagi. Desa-desa di sana bisa unggul dengan pemanfaatan dana desa membangun unit usaha desa. Mereka membuat BUMDes yang memiliki omset hingga miliaran per tahun.
Dari dana desa, mereka memberdayakan kampung. Membuka destinasi wisata, perbankan desa, unit kerajinan, penyedian air bersih, parkir, permodalan petani, hingga TPST sampah.
Berhawa sejuk, Cafe Sawah Desa Pujonkidul dikunjungi ribuan wisatawan setiap harinya. Foto/OLP |
Berdiri sejak 2014, namanya BUMDes Sumber Sejahtera milik desa Pujonkidul, kecamatan Pujon, kabupaten Malang. Desa yang dikenal dengan Cafe Sawah tersebut, telah menjadi tolok ukur bagi BUMDes se Indonesia. Pendapatan asli desanya (PADes) saja bahkan mampu menciptakan berbagai unit usaha baru dan membuka lapangan pekerjaan bagi desa yang berpenduduk 4.400 jiwa tersebut.
Di desa berhawa sejuk seluas 330 hektare itu, dikunjungi ribuan wisatawan tiap minggunya. BUMDes desa Pujonkidul yang mengelola pariwisata Cafe Sawah dan 5 unit usaha lainnya, mampu mempekerjakan 150 warga desanya dengan gaji rerata Rp1,5 juta per bulan. Desa yang dipimpin oleh Udi Hartoko itu, merupakan desa ber-PADes terbesar di Indonesia. Bayangkan, penghasilan BUMDes dengan sejumlah unit usahanya tersebut, mampu meraup Rp7 miliar setahun.
Rombongan kepala desa se Pariaman Timur tak berhenti berdecak kagum saat Kepala Desa Pujon Kidul Udi Hartoko melakukan ekspose dengan lugasnya. Udi Hartoko runut menceritakan suka dukanya dalam membangun BUMDes. Ia saat itu merekrut warga desa yang benar-benar mau mengurus, bukan untuk diurusi. Ia merekrut warga yang memiliki semangat tanpa pamrih hingga BUMDes Sumber Sejahtera menjadi yang terbesar di Indonesia saat ini.
Ketika BUMDes sudah besar, seluruh masyarakat desa menikmati. Seiring perkembangan BUMDes, masyarakat desa yang sebelumnya pesimis, baru menyadari pentingnya arti kebersamaan dalam membangun desa.
"Sejalan dengan itu (membangun BUMDes) kita terus memberdayakan masyarakat desa. Kita punya alokasi dana Rp201 juta (untuk membangun sumber daya masyarakat desa) per tahun," ujar pria 40 tahun itu.
Kepala Desa Batang Kabuang Pariaman Timur, Kamili, mengatakan resep BUMDes Desa Pujonkidul bisa dibawa ke Pariaman meski beda karakter masyarakat. Peran dari seluruh masyarakat desa, rasa saling memiliki harus ditumbuhkan dulu sebelum membentuk BUMDes di Pariaman. Membangun mental masyarakat yang selalu ingin instan, perlu dirubah.
"Kepemimpinan, peran serta masyarakat, kekompakan, semangat gotong-royong warga merupakan kunci sukses desa Pujonkidul. Setelah hal tersebut ditumbuhkan, pemerintah desa dengan mudah memfasilitasi badan usaha milik desa yang cocok," kata Kamili.
Ia menilai sepulang dari Desa Pujonkidul akan banyak kepala desa yang terinspirasi. Ia menyebut sudah saatnya lahan-lahan terlantar di Pariaman dikelola menjadi produktif.
"Rasa tanggungjawab dan rasa memiliki daerah, kebersamaan, sikap terbuka terhadap tamu, saya perhatikan menjadi kunci sukses desa Pujonkidul menjadi salah satu desa wisata terbaik di Indonesia saat ini," ungkapnya.
Wakil Walikota Pariaman Genius Umar foto bersama dengan 15 kepala desa se kecamatan Pariaman Timur di Mal Pelayanan Publik Banyuwangi. Foto/OLP |
Membangun daerah selain melalui pemerintahan terkecil, juga diperlukan koordinasi yang harmonis antar satuan perangkat daerah. Tiap dinas tidak boleh egois. Hal tersebut telah dicontohkan oleh Pemkab Banyuwangi.
Saking harmonisnya, hanya di Banyuwangi satu-satunya daerah di Indonesia yang memiliki Mal Pelayanan Publik. Bukan mal perbelanjaan.
Mal Pelayanan Publik Banyuwangi terdiri dari tiga lantai dan terdapat ratusan jenis perizinan di dalamnya. Foto/OLP |
Di Mal Pelayanan Publik tersebut, semua satuan organisasi perangkat daerah Pemkab Banyuwangi melayani. Di samping milik pemkab Banyuwangi, ada juga pelayanan kepolisian, urusan agama, imigrasi dan berbagai instansi vertikal lainnya membaur di sana. Jika masyarakat Banyuwangi mengurus perizinan, cukup datang ke Mal Pelayanan Publik tersebut.
Wakil Walikota Pariaman Genius Umar yang sempat hadir di Banyuwangi bersilaturahmi dengan Bupati Abdullah Azwar Anas, bahkan menginstruksikan seluruh kepala SOPD Pemko Pariaman belajar selama satu minggu penuh setelah ia dilantik menjadi walikota defenitif 20 Desember 2018 mendatang.
"Di sini setiap dinas saling support. Dinas yang satu dengan yang lainnya saling berbagi anggaran. Anggaran di Banyuwangi semuanya adalah milik daerah, bukan milik dinas. Jadi, jika demi keperluan daerah semua dinasnya kompak berbagi anggaran," kata Genius.
Sejak dipimpin bupati Abdullah Azwar Anas, Banyuwangi berubah total 180 derajat dari kota berjuluk 'Santet' menjadi daerah wisata dengan pertumbuhan paling mencengangkan di Pulau Jawa.
Banyuwangi yang dibatasi selat dengan Pulau Bali, menjadi daerah limpahan wisata kedua pulau Bali setelah Lombok. Di daerah berjuluk Spirit of Java itu, hampir setiap minggu menggelar festival guna mengundang wisatawan berkunjung ke ujung paling timur pulau Jawa itu.
Untuk Pariaman sendiri, memang harus banyak belajar ke daerah lain. Meski dalam 5 tahun belakangan perkembangan wisatawan Pariaman cukup menjanjikan, diperlukan inovasi-inovasi baru. Pariaman yang sukses mengangkat sektor wisata pantai dan pulaunya, perlu sarana penunjang seperti keberadaan hotel berbintang agar wisatawan tak sekedar berkunjung saja tanpa menginap. (OLP)