Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Watri Sang Ibu Sejati

15 Juli 2016 | 15.7.16 WIB Last Updated 2016-07-15T16:18:32Z
Putra 11 tahun memukul kepalanya dengan keras


Manusia dan kemanusian mahzab dalam kehidupan sosial. Satu sama lain saling terkait, baik oleh ikatan persaudaraan maupun ikatan emosional. Ikatan persaudaraan adalah ikatan tali darah semacam kakak beradik, mamak kemenakan, anak cucu secara vertikal dan horisontal.


Andi lumpuh total dengan kelenjer di leher


Sedangkan ikatan emosional terjadi akibat hubungan interaksi berazas hukum sebab akibat. Ikatan emosional semacam pertemanan, karib, rasa sepenanggungan, kesamaan ideologis bahkan hingga senasib, terkadang ikatannya lebih kuat dibanding ikatan persaudaraan.

Manusia sebagai makhluk sosial dianugerahi rasa empati atau kepedulian yang datang dari dalam diri seseorang. Tidak dibuat-buat. Semakin tinggi rasa empati seseorang semakin halus dan berbudi hatinya. Mereka calon orang baik yang akan menebar benih cinta di muka bumi.

Melihat dua anak Watriwanti (36) warga Dusun Dua Desa Palak Aneh Pariaman Selatan yang cacat secara fisik dan mental, Andi (13) putra sulung yang lumpuh total dan Putra (11) yang menderita kelainan mental yang suka memukul-mukul kepalanya sendiri, menyentak rasa kemanusian. Anak Watri ketiga meninggal saat berumur 16 hari, empat tahun silam melengkapi kenestapaannya. Watri adalah ibu sejati. Wanita yang tegar. Gestur Watri tunjukan tabah sabar seorang ibu.

Bayangan terlintas di kepala bagaimana rutinitas kehidupan sehari-hari sang ibu dalam merawat kedua anaknya tersebut, seperti memandikan, memberi makan, menjauhkan tangan putra yang memukul kepalanya sendiri bahkan mengganggu kakaknya dan anak sebaya. Waktu bekerja yang dia miliki sebagai tukang jahit orderan di rumah tentu menjadi tidak sepenuhnya terlaksana karena mesti mengawasi kedua anaknya tersebut dengan ketat.

Keluarga Watri adalah potret sosial masyarakat terpinggirkan oleh nasib yang sesungguhnya tepat di mata kita. Mungkin itu sudah garis tangannya, hanya Allah SWT yang maha tahu. Nasib baik telah lama membuat jarak dengan mereka. Kedua anaknya sangat susah untuk disembuhkan secara medis walau berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli.

Dalam beberapa hari terakhir ini pasca kemunculan potret kehidupan Watri dan kedua anaknya tersebut di media sosial menggugah beberapa pihak mengunjungi keluarga tersebut. Mereka melihat langsung kondisi terkini kedua anak tersebut dan membantunya (semoga dengan penuh keikhlasan).

Sedangkan di pihak lain adapula yang saling menyalahkan tanpa ada melakukan apapun pada keluarga tersebut. Saling salah menyalahkan tidak masuk dalam hukum aksi dan reaksi. Salah menyalahkan tidak masuk dalam ranah tindakan.

Syahdan, perang opini pun berlangsung hingga kini. Bagi saya pribadi siapapun yang membantu keluarga Watri, dulu dan kini, dari lubuk hati paling dalam sangat mengucapkan ribuan terima kasih karena keluarga tersebut adalah saudara kita juga. Dua anak itu adalah titipan buat kita semua sebagai makhluk sosial.


Apapun motif mereka dalam membantu dua bocah malang itu jangan menjustifikasi (menjatuhkan hukuman sendiri). Biarlah Tuhan yang tahu. Melihat keadaan mereka saat ini kita diingatkan betapa beruntungnya kita hidup sebagai manusia yang hidup sezaman dengannya. 

Alhamdulillahirabil Alamin.. Puji Syukur kehadirat Allah SWT telah Engkau berikan hamba, keluarga hamba dan sahabat-sahabat hamba hidup yang lebih baik dan layak.

Rumah sangat sederhana berlantai tanah beralas potongan baliho tersebut saksi dari hari-hari kelabu dua anak manusia yang tidak mengecap bangku pendidikan karena cacat yang mereka derita. Mereka tidak bicara, tidak menuntut seperti anak kebanyakan yang minta dibelikan ini dan itu. Mereka hidup dalam dunia mereka sendiri. Ibu bapak mereka yang berpenghasilan kecil sebagai penerima upah jahit tidak mengabaikan dua tugas berat titipan Ilahi kepada mereka berupa Andi dan Putra yang mereka cintai.

Potret keluarga Watri pembelajaran bagi kita tentang nikmat syukur. Pembelajaran bagi kita tentang betapa berharganya apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita di kehidupan yang kita arungi saat ini yang tidak mereka miliki. Marilah kita santuni mereka dengan apa yang bisa kita berikan dengan penuh keikhlasan.

OLP
×
Berita Terbaru Update