Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ali Mukhni Bupati 6 Trilyun Rupiah

23 Oktober 2014 | 23.10.14 WIB Last Updated 2014-10-22T17:56:50Z
Bupati Ali Mukhni berdiskusi dengan Wali Nagari usai Seminar Se-Sumbar di Hotel Axana, Selasa (22/10)



Bupati Padangpariaman Ali Mukhni mengakui bahwa keberhasilannya dalam memimpin adalah berkat doa dan peranan masyarakat Padangpariaman, baik yang tinggal di ranah maupun para perantau. Hal tersebut dia katakan saat menjadi narasumber dalam seminar sengan tema "Menggerakkan potensi perantau kepada Wali Nagari Se-Sumbar" di Hotel Axana, Selasa (22/10)

Diceritakan Ali Mukhni, ketika baru menjabat sebagai bupati pada awal tahun 2010 adalah saat terberat dalam hidupnya. Ketika itu pasca gempa 2009 yang menghancurkan rumah, sarana ibadah, infrasturktur pendidikan, kesehatan, irigasi, jalan dan fasilitas umum lainnya. Namun, kata bupati, dengan kerja keras dan kerja ikhlas percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa berjalan dengan baik berkat bantuan seluruh elemen, baik itu donatur, media, maupun LSM dalam dan luar negeri.

"Dalam berbagai kesempatan sering saya sampaikan, pesatnya pembangunan di Padangpariaman semuanya berkat doa dan dukungan masyarakat ranah dan rantau. Kita lihat, pasca gempa tahun 2009 tingkat pertumbuhan ekonomi kami hanya 3,4 %. Namun tahun 2013 adalah yang tertinggi di Sumbar sebesar 6,67% menurut data BPS. Saya yakin pada awal 2015 akan mencapai 7%. Insya Allah, tingkat pengangguran dan kemiskinan otomatis berkurang pula," kata Alumni Harvard Kennedy School di Amerika Serikat ini.

Ali Mukhni mengatakan, budaya gotong royong yang menjadi jati diri 'Urang Piaman' adalah budaya badoncek. Badoncek ini dilakukan oleh seluruh perantau dimana pun ia berada, baik dalam mencari dana untuk pesta baralek, membangun surau, pondok pesantren, MTQ, Alek Nagari maupun kegiatan yang menyangkut kepentingan umat lainnya.

"Budaya badoncek adalah budaya sato sakaki, yang menjadi jati diri urang Piaman. Ketika ada yang pesta, maka ada budaya badoncek agar tuan rumah tidak rugi pestanya. Ketika ada anak nagari yang tidak punya biaya kuliah, perantau pun ikut badoncek. Apalagi pembangunan surau, pesantren, MTQ, Alek Nagari dan lain-lain, juga diadakan badoncek. Jadi badoncek ini menumbuhkan rasa memiliki kecintaan terhadap nagari," lanjutnya.

Disegi pembangunan, Ali Mukhni mengakui peranan perantau juga sangat membantu. Katanya, jika menemui kendala terhadap lobi suatu kegiatan skala nasional, maka ia melibatkan perantau yang mempunyai jaringan dan disegani oleh kalangan elit, diantaranya adalh Letjen (Purn) Azwar Anas.

"Pembangunan mega proyek di Padangpariaman, perantau sangat berandil besar untuk mewujudkanya. Seperti pembangunan asrama haji, BP2IP Tiram, MAN Insan Cendikia, jalan lingkar Duku-Sicincin dan lain-lain. Selain bersama gubernur, kita juga mendapat dukungan perantau diantaranya Ayahanda Azwar Anas," kata Bupati didampingi Kabag Humas Hendra Aswara.

Pada kesempatan itu, Ali Mukhni juga  menggambarkan kepedulian perantau untuk membangun infrastruktur maupun investasi di tanah kelahirannya. Seperti yang dilakukan oleh H. Azwar Wahid (Haji Sagi) asal Aua Malintang,  H. Jamaris asal Sintuk Toboh Gadang dan H. Basrizal Koto asal Limau Puruik.

"Pak haji yang sering kami sapa mak aciak sagi ini sangat luar biasa perhatiannya kepada kampuang halaman. Kontribusinya antara lain adalah membangun Mesjid Istiqomah, MAN, dan SMK Negeri untuk dimanfaatkan oleh anak kemenakan di kampung. Begitu juga dengan Haji Jamaris di Sintuk Toboh Gadang dan Basrizal Koto di Limau Puruik. Dan masih banyak lagi perantau peduli kemajuan nagarinya," terangnya.

Seusai memaparkan materi, peserta seminar diberikan kesempatan bertanya kepada Bupati Ali Mukhni. Salah satunya dari M. Fadhly, Wali Nagari asal Kab. Agam yang menanyakan kiat sukses bupati dalam membangun Padangpariaman.

Bupati pun menjawab bahwa kunci dari pembangunan itu adalah pembebasan tanah. Ia mengakui turun langsung dalam proses pembebasan tanah yang melibatkan KAN, perantau, juga wali nagari setempat. Dia menyebut, sering kali ia mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dalam sosialisasi pembangunan untuk kepentingan umat.

"Namun dengan semangat kebersamaan maka Padangpariaman kini menjadi kabupaten terdepan di Sumatera Barat," jawabnya.

Kata dia, jadi pemimpin itu harus turun langsung ke lapangan.

"Kita tidak bisa membiarkan seorang kepala dinas, kepala kantor atau kabag sekaligus untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan. Saya bekerja siang malam, tidur pun rata-rata 3-4 jam perhari. Pak Gubernur sering menelpon saya untuk segera tuntaskan pembebasan tanah, kalau tidak dana yang sudah dianggarkan akan dialihkan."
 

"Alhamdulillah, wajah Padangpariaman telah berubah, begitu banyak mega proyek skala nasional berada di PadangPariaman. Nilai investasi diperkirakan mencapai 5-6 trilyun. Bahkan kalau seandainya kantor gubernur mau pindah, kita juga bisa menyediakan tanahnya di Lubuk alung," tandasnya.

HA
×
Berita Terbaru Update