Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pariaman, Laut Asin Tak Bergaram

3 Februari 2014 | 3.2.14 WIB Last Updated 2014-02-03T14:58:35Z




Pesisir pantai sumatera barat terkenal dengan tingkat kelembapan yang tinggi bersebab uap laut yang mengandung kadar keasinan yang sangat tinggi pula. Kadar garam yang tinggi dalam airlaut juga berpengaruh pada rasa ikan yang hidup diperairan tersebut. Ikan laut kita jauh lebih gurih rasanya dibandingkan ikan hasil tangkapan nelayan di kepulauan riau, karena tingkat keasinan air laut kita jauh lebih tinggi dari daerah tersebut. Itu pasti tak terbantahkan. Saya pernah tinggal selama setahunan di Tanjung Pinang Kepri medio 1990an sehingga dapat membedakannya.

Sebetulnya rasa asin pada air laut berasal dari daratan. Pada saat terjadi hujan di daratan, air akan meresap dalam tanah dan sedikit demi sedikit akan keluar lagi melalui sungai-sungai dan akhirnya mencapai laut. Nah pada saat perjalanan menuju ke laut tersebut air dari daratan juga membawa garam-garam mineral sehingga laut dipenuhi garam-garam mineral.

Kita mengetahui laut mempunyai permukaan yang sangat luas sehingga hal ini menjadi salah satu faktor penguapan yang cukup besar. Pada saat air laut menguap, yang menguap hanyalah H2O (air) sedang garam2 mineral yang tadi mengendap di lautan. Begitulah, sehinggga air laut rasanya asin. Kadar keasinan air laut ini dipengaruhi oleh faktor suhu, biasanya semakin panas daerah tersebut, air lautnya semakin asin.

Lalu kenapa air di danau itu tidak berasa asin padahal airnya juga dari daratan? Jawabanya karena permukaan air danau tidak cukup luas sehinggga penguapannya tidak begitu besar. Maksudnya, air yang menguap dengan air yang masuk ke danau masih balance (seimbang) dan sumber mineralnya sangat terbatas, beda dengan laut yang sumber mineralnya dari berbagai penjuru dunia menjadi satu.

Dahulu kala, Pariaman dikenal sebagai penghasil garam. Pendahulu kita tersebut adalah penanak garam bukan petani garam semacam daerah Madura dan Cirebon. Dahulu, para tetua kita yang berkepala sulah dapat dikenali sebagai penjual garam. Mereka menjujungnya dari Pariaman ke Padangpanjang untuk dibarter dengan sayur-mayur semasa itu, akibat acap menjujung garamlah rambut dikepala mereka menjadi rontok.

Orang Pariaman dahulunya tidak mengenal istilah tambak garam. mereka menanaknya dengan cara sangat sederhana. Mereka menyaring airlaut terlebih dahulu sebelum dimasukan kedalam panci untuk menyisihkan kotoran pasir. Lalu merebusnya hingga mendidih sambil diaduk-aduk hingga tersisa sekitar 10% dari isi panci tersebut. Kemudian setelah dingin mereka memindahkan isi panci tersebut kedalam wadah, lalu ditutup rapat selama 3-5 hari pada suhu teduh. Sesekalinya mereka mengaduk isi wadah tersebut sehingga terjadi proses penguapan. Setelah semua air menguap dan kering, maka akan menyisakan garam di dalam wadah tersebut. Garam yang dihasilkan dengan proses ini tidak sehalus garam yang dijual di toko dan kita temukan sekarang ini.

Sedangkan Petani/penambak garam yang ada di Madura dan Cirebon mempunyai cara yang lebih efektif sejak zaman dulunya. Proses pembuatan garam dibagi dalam empat tahap yaitu:

1. Penyiapan lokasi penggaraman
2. Alat dan bahan
3. Lokasi penggaraman
4. Proses pembuatan garam

Proses pembuatan garam yang sederhana adalah menguapkan air laut sehingga mineral-mineral yang ada di dalamnya mengendap. Hanya saja mineral-mineral yang kurang diinginkan sedapat mungkin hanya sedikit yang dikandung oleh garam yang diproduksi.


                            Petani Garam dan garam yang dihasilkan

Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat,sehingga dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki.

Dalam proses pengendapan, penggelingan atau penggeledekkan lahan sangat mutlak diperlukan untuk mengurangi kebocoran baik akibat gangguan binatang ataupun retakan permukaan kolam.


                          menyeka, memisahkan garam ketika proses kristalisasi

Dalam proses pengendapan atau kristalisasi garam karbonat dan oksalat mengendap dahulu, menyusul garam sulfat, terakhir bentuk garam kloridanya.


                         Garam Cirebon di ekspor ke luar-negeri
 
Prinsip dasar dari proses pembuatan garam yang dilakukan adalah menghasilkan garam yang kualitasnya lebih baik. Untuk itu, diperlukan studi lapangan yang menunjang  kualitas garam antara lain kondisi lahan yang digunakan, kemiringan, uji laboratorium, termasuk kondisi iklim dan
sebagainya, sehingga dihasilkan garam sesuai kualitas yang diharapkan.

Pemerintah Kota Pariaman dan Kabupaten Padangpariaman seyogyanya sedari kini memikirkan Sumber Daya Alam Garam yang belum dikelola hingga kini. Hingga sekarang pasokan garam kita di datangkan dari pulau jawa dan madura, padahal, jika merunut sejarahnya, garam Pariaman dikenal berkualitas. Selagi ada air laut, selama itu pula kita bisa memproduksi garam dan menjualnya ke daerah lain. Penduduk pesisir pantai sudah selayaknya diberi pelatihan untuk itu.

Catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update