Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kabut Asap Sampai ke Pariaman, Kebakaran Hutan Menggila

26 Februari 2014 | 26.2.14 WIB Last Updated 2014-02-26T15:44:04Z
   Image Ilustrasi www.pekanbaru.co



Kabut asap di Pariaman yang dikeluhkan banyak warga adalah akibat kebakaran hutan di Provinsi Riau. Jarak pandang efektif dari pantauan kami siang tadi adalah kurang dari 500 meter (efektifitas tangkapan tajam) Untuk berita selengkapnya silahkan simak ulasan berita dari Inilah.com dibawah ini.

Petugas pemadam kebakaran kewalahan menanggulangi kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau yang terus meluas. Mereka mengharapkan pemerintah segera melakukan modifikasi cuaca untuk hujan buatan.

"Pemadaman konvensional tidak lagi efektif, kami sekarang butuh hujan buatan untuk memadamkan kebakaran secara menyeluruh," kata Kasie Penanganan Kebakaran Hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Isbanu, di Pekanbaru, Rabu (26/2/2014).

Menurut dia, sebanyak 150 personel tim pemadam kebakaran Manggala Agni hingga kini terus berjibaku memadamkan kebakaran di empat kawasan konservasi dan lahan masyarakat.

Tim Manggala Agni selama ini terlatih memadamkan kebakaran lahan dengan metode penyuntikan gambut. Namun kondisi angin yang berhembus kencang dan cuaca kering membuat kebakaran terus meluas.

Metode tersebut, lanjut dia, cukup efektif mematikan bara api di bawah permukaan lahan gambut namun memakan waktu cukup lama, sebab radius air hanya sekitar satu meter dalam setiap penyuntikan air selama 10 menit.

Isbanu mengatakan pemadaman dengan bom air lewat helikopter juga tidak akan berpengaruh signifikan karena hanya memadamkan permukaan saja.

Hal serupa diutarakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bengkalis M. Jalal. Dikatakan, pengaruh angin utara sangat menyulitkan proses pemadaman.

"Angin sangat mengerikan membawa api dan asap. Dalam kondisi ini akan sangat sulit untuk menggunakan helikopter," katanya.

Dia menuturkan penggunaan helikopter juga akan sulit dilakukan karena asap sangat pekat yang membuat jarak pandang turun drastis hingga sekitar 200 meter.

"Pemprov Riau harus cepat mengambil sikap untuk melakukan hujan buatan, karena upaya di daerah sudah sangat sulit dengan kondisi cuaca seperti ini," katanya.

Kabid Kebakaran Lahan BPBD Kabupaten Siak Irwan Priyatna mengatakan, 122 personel gabungan yang memadamkan kebakaran lewat darat sudah hampir kehabisan cara lagi untuk memadamkan kebakaran lahan yang mencapai 1.200 hektare di daerah itu.

"Lokasi kebakaran tersebar luas di empat kecamatan, dan kami sudah hampir tidak mampu lagi," katanya.

Gubernur Riau Annas Maamun, Selasa (25/2), menyatakan Status Siaga ditingkatkan menjadi Status Darurat Asap akibat kebakaran lahan meluas. Sebab sudah ada tujuh pemerintah kabupaten/kota di Riau yang menyatakan status darurat asap.

Ketujuh kabupaten/kota yang menetapkan status tanggap darurat asap antara lain Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Pelalawan, Meranti, dan Kota Dumai. Dengan kondisi darurat asap, maka Pemprov Riau bisa menggunakan anggaran tanggap darurat sebesar Rp10 miliar di APBD untuk penanganan kebakaran lahan.


Menurut catatan INILAHCOM, peristiwa kebakaran hutan sering terjadi dan terus berulang. Kebakaran ini umumnya dilakukan perusahaan yang membuka lahan baru bagi perkebunan kelapa sawit. Namun pemerintah seperti tidak berdaya mengatasinya.

Hal tersebut dibenarkan LSM yang bergerak di bidang lingkungan. Greenpeace, misalnya, mengaku beberapa bulan belakangan ini melakukan investigasi kaitan sebuah perusahaan perawatan tubuh multinasional dengan penghancuran hutan Indonesia.

Hasil investigasi yang berlangsung di Sumatera, Papua, dan Kalimantan ini Greenpeace menemui fakta yang mengejutkan. Bukti-bukti tak terbantahkan praktik perusakan hutan. Habitat hutan terancam punah oleh beberapa perusahaan pemasok termasuk perusahaan-perusahaan Malaysia yang beroperasi di Indonesia.

"Bahkan beberapa hari lalu (23 dan 24 Februari 2014 saat melakukan pengecekan terakhir, kami masih melihat dari dekat dua eskavator milik sebuah perusahaan Malaysia sedang bekerja menghancurkan hutan. Seluruh bukti-bukti memilukan ini kami dokumentasikan dengan foto dan video." Demikian diungkapkan aktivis Greenpeace, Hikmat Soeriatanuwijaya, kepada INILAHCOM. 

[ant/yeh]
×
Berita Terbaru Update