Semakin mendekati hari H rencana kenaikan BBM yang akan diputuskan oleh Pemerintah dan DPR,parpol oposisi (PDIP) dan “pecahan” parpol koalisi pemerintah yaitu PKS semakin lantang menentang kenaikan BBM dan BLSM,begitu juga dengan para aktivis yang terdiri berbagai komponen mahasiswa mulai turun ke jalan lagi.
Pendapat rakyat pun terpecah menjadi dua,sebagian mendukung kenaikan BBM,teti sebagian lagi juga menolak. Mereka semua punya argumentasi masing-2 yang menurut mereka valid,bahkan ada yang berdebat membawa-bawa nama tokoh-2 ekonom yang pro dan kontra tentang kebijakan tersebut.
Sedangkan rakyat kecil yang tidak mengerti untung-rugi kenaikan BBM (kebanyakan strata sosial dan pendidikannya rendah) cuman bisa diam saja menyaksikan debat kusir tersebut,tetapi kalau ditanya “apakah setuju dengan kenaikan BBM…?” mereka secara lugas pasti menjawab “…untuk bertahan hidup sekarang ini saja sudah susah,apalagi kalau BBM naik…?” ; Tetapi bila mereka diberitahu bahwa akan ada BLSM,semacam bantuan langsung tunai yang akan diberikan kepada rakyat miskin,maka yang menjawab “….bantuan diterima,tetapi harga-2 juga naik,sami mawon (sama saja)….!” tidak sedikit…Lho…?
SBY pun tidk mau kehilangan akal,dengan bahasa khas-nya menyampaikan bahwa kenaikan BBM juga untuk menolong Pemerintahan atau Presiden terpilih mendatang (2014) supaya tidak dibebani oleh subsidi BBM dan anggaran yang terlalu berat. Bahasa SBY ini seperti menebar maut,mau hidup atau mati sekarang ada ditangannya. Ini ibarat contoh cerita yang sudah sangat terkenal di dunia,yaitu :
Pada suatu ketika,seorang bijak I bertanya kepada seorang bijak II :
“Apakah burung yang saya pegang dan saya sembunyikan di belakang punggung saya itu hidup atau mati?”
Orang bijak II berpikir cepat dan mengatakan :
“Kalau saya mengatakan burung itu hidup,maka kamu akan memelintir leher burung itu hingga mati,tetapi bila saya mengatakan burung itu mati,sebenarnya kamu sedang memegang burung yang masih hidup”
Itulah bahasa SBY yang sekarang sedang ditebar ke masyarakat luas. Dengan mengatakan bahwa bila BBM tidak naik maka ancaman anggaran negara akan jebol bisa saja di realisasikan di akhir tahun pemerintahannya,sebab dia dan parpol pendukung pemerintahannya akan benar-2 “menghabiskan” uang negara ; Tetapi bila BBM naik,maka anggaran negara pun tetap akan jebol karena pemerintahan SBY meninggalkan utang luar negeri yang sangat besar dan akhirnya harus ditutup dengan pemasukan pajak,dan untuk menjalankan roda pemerintahan baru tetap harus dengan utang luar negeri yang baru. Akhirnya kenaikan BBM sebenarnya cuman permainan politik belaka,ujung-ujungnya adalah bagaimana parpol-2 pemerintah tersebut mau “menyuap” rakyat miskin dengan BLSM agar Pemilu 2014 dapat dimenangkan oleh parpol mereka. Parpol oposisi pun tetap akan mendapat suara segitu-segitu saja…! Sebab suara rakyat sudah dibeli dengan BLSM.
Sekarang ini hanya ada satu jalan untuk mengeluarkan anggaran BLSM di DPR,yaitu menggunakan isu kenaikan BBM…! Begitulah teorinya,tak lebih dan tak kurang,begitu kata pengamat politik dan ekonom yang berseberangan dengan politikus dan ekonom pro pemerintah.
Persoalan bangsa ini tetap tidak pernah selesai bila terus menerus menggunakan cara “kuno” seperti ini. Apalagi dari dulu sudah terbukti bahwa kenaikan BBM dan pembagian bantuan langsung tunai ke masyarakat miskin tidak menyelesaikan persoalan kemiskinan bangsa ini,kenapa terus menerus cara ini mau dipakai…? Karena hanya inilah satu-satunya “senjata” menyogok rakyat dengan uang rakyat. Sebab para politisi ini juga tidak mau rugi bila pakai uang hasil keringatnya sendiri untuk “menyogok” rakyat…! Ini juga salah satu bentuk konspirasi terjahat agar “kue” negara ini hanya dibagi ke para politisi dan parpol korup supaya mereka tetap bisa bertahan dan tidak masuk penjara…! Bila jatuh ke politisi dan parpol yang bersih ,bisa jadi mereka semua akan kehilangan pekerjaan,order /pesanan yang terus mengalir,Penerimaan hasil suap dan korupsi . Bahkan bisa-bisa sel penjara pun siap menanti…!
Konspirasi politik inilah yang sekarang sedang dicermati oleh rakyat yang merindukan sosok pemimpin yang bersih dan jujur dan berjiwa Nasionalisme. Sebab momen 2014 akan menjadi momen titik balik apakah Indonesia bisa bangkit dari masalah korupsi atau akan bertambah parah bila rakyat salah memilih parpol dan pemimpin. Tidak heran pertarungan untuk menaikkan BBM kali ini akan sangat seru sekali,kali ini rakyat berhadapan dengan parpol (plus) pemerintah.
Siapa yang menang…? Tunggu tanggal mainnya…!
Catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer