Di usia 55 tahun, dia hidup membujang, tanpa istri, anak ataupun pacar. Rumah tidak punya. Dompet selalu cekak. Hobby berjudi dia yang sudah demikian parah membuat posisi kaki hidupnya tinggal selangkah untuk menjadi gembel.Mobil cicilannya ditarik bank lantaran tidak sanggup bayar. Sudah 3 bulan John naik bis setiap hari bagai pekerja imigran yang super melarat di Las Vegas sini.
Kemarin John meminta antar saya ke rumah temannya di Lake Mead Boulevard. Dalam mobil dia mengemis memelas minta dipinjamin uang. Bosan sebenarnya memberi utang Yahudi bloon ini. Tapi kepalang tanggung saya beri juga setengah dari yang dia minta. Saya tidak yakin duit itu bakalan kembali.
John saya pikir tidak akan pernah bertemu saya kembali mulai minggu nanti. Dan merasa itu saat terakhir saya bertemu John, saya ceramahi dia tentang bagaimana agar menjalani hidup enteng tanpa dibebani kebencian. Sebab selama ini John hidupnya penuh benci. Dia tidak suka dengan Alia, Fernandez,Sam yang bekerja di kantor depan. Dia benci dengan Ben, Fred,Josh bahkan dengan seorang sekuriti gedung yang sebenarnya sangat baik dan sopan bernama Debby.
Tanpa berusaha sok bijaksana seperti seorang kakek penuh petuah, saya bilang ke John. Di kantor ataupun dimanapun saya hidup, saya hampir tidak pernah membenci orang.Dalam kehidupan sosial ( berbeda dengan kehidupan internetan ), selalu Habe berusaha untuk akur dan berusaha untuk tidak melukai perasaan orang. Sebab membenci orang itu adalah menyiksa diri sendiri. Energi yang dibuang adalah sebuah kemubaziran. Semakin cuek objek yang kita benci, semakin sakit hati diri ini. Lalu kebencian yang dalam akan membuat neuron kita bereaksi secara tidak sehat. Benci seperti cemburu dan iri akan membuat kita cepat tua dan cepat mati.
John mungkin adalah Yahudi bebal. Tidak mempan rasanya segala nasehat saya ke dia. Setelah mendrop dia di rumah temannya di daerah yang serem dekat Martin Luther King Boulevard, saya berpikir sambil ditemani lagu jazz " A Little Bumpin' " Lee Ritenour di dalam mobil. Ada yang salah dengan mindset orang yang tidak bisa hidup berdampingan dengan orang lain.
Kesalahan mereka mungkin adalah mereka hidup di panggung atau frame yang mereka ciptakan dengan standar dan ukurannya sendiri. Orang yang dianggap tidak satu level atau sepemikiran dianggap sebagai tidak memenuhi syarat untuk dijadikan teman. Mereka adalah sutradara, semua orang harus berlakon seperti apa yang di imajinasi telenovela sintingnya sendiri. Di luar itu semua adalah musuh. Gejala schizophrenic yang bisa anda temui di semua wilayah konflik dimanapun di muka bumi.
Seperti menjawab kegelisahan saya, mesjid itu secara lucunya berdampingan lokasinya dengan sebuah gereja Baptis yang ukurannya bagaikan pelawak Ateng bersisian dengan Yao Ming. Sebuah gereja yg gedungnya bekas rumah tua tahun 50 an tanpa nilai seni dan kelihatan miskin. Ajaib di negara yang bermayoritas nasrani, mesjid bisa sebesar ini sebelah menyebelah dengan gereja yang paling banyak bisa menampung 100 jemaat yang kemungkinan besar adalah orang orang non perlente.
Saya membayangkan betapa cute dan indahnya hidup jika semua orang memiliki kesanggupan yang sama untuk bisa hidup dalam damai dan toleran. Arab memeluk dan memanggil orang Israeel sebagai brother dan sohib. India mentreat orang Pakistan sebagai their lost brothers .
Sintingnya ketika saya sedang berpikir seperti ini CD di dalam mobil seperti janjian entah dengan siapa membuat hati saya makin melankolis. Lagu " We're in this love together " AL Jarreau berputar seperti paduan suara sejumlah malaikat yang membikin angan angan saya makin menggila. Bah saya tidak pernah secengeng begini sumpah terus terang saja. Dan bukanlah kebiasaan Habe mengutip buku buku tenar, petuah orang terkenal atau menuliskan lirik lagu ke dalam tulisan.
Tapi membayangkan Hamas dan IDF, Shia dan Suni,Cokin dan Arab, muslim dan nasrani, muslim dan hindu, muslim dan budhist, theis dan atheis,orang yang rajin bangun pagi dan yang telatbangun,Osama dan Bush, orang yang normal dan wiro sableng, Habe dan Dewandaru, berdampingan pegangan tangan sambil menyanyi ikut lantunan lirik Al Jarraeau :
We're in this love together.
We got the kind that lasts forever.
We're in this love together
And like berries on the vine,
It gets sweeter all the time.
dan akhirnya berpelukan dengan erat dalam sebuah persaudaraan di keluarga humanity. Saya mau mengaku walaupun sebenarnya rada malu…ada juga sedikit air mata yang keluar dari sudut mata orang gendeng,murtad dan narsis macam saya ini.
Salam Habe , Las Vegas , Nevada