Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Hidup Bersisian

23 Mei 2013 | 23.5.13 WIB Last Updated 2013-05-23T13:36:46Z

 John Cherniak teman kerja saya di kantor minggu depan kemungkinan besar dipecat. Gayanya yang sok tahu dan omongannya yang sering merendahkan orang lain mengundang friksi dan kebencian antara dia dan sekitar 5 orang rekan kerja. John yang keturunan Yahudi adalah orang Yahudi paling bloon yang pernah saya kenal di Amerika. Hidupnya penuh drama, kebanyakan anti sini dan sana. Tabungan dia kosong, masa depannya nampak melompong. 

Di usia 55 tahun, dia hidup membujang, tanpa istri, anak ataupun pacar. Rumah tidak punya. Dompet selalu cekak. Hobby berjudi dia yang sudah demikian parah membuat posisi kaki hidupnya tinggal selangkah untuk menjadi gembel.Mobil cicilannya ditarik bank lantaran tidak sanggup bayar. Sudah 3 bulan John naik bis setiap hari bagai  pekerja imigran yang super melarat di Las Vegas sini. 

Kemarin John meminta antar saya ke rumah temannya di Lake Mead Boulevard. Dalam mobil dia mengemis memelas minta dipinjamin uang. Bosan sebenarnya memberi utang Yahudi bloon ini. Tapi kepalang tanggung saya beri juga setengah dari yang dia minta. Saya tidak yakin duit itu bakalan kembali.

John saya pikir tidak akan pernah bertemu saya kembali mulai minggu nanti. Dan merasa itu saat terakhir saya bertemu John, saya ceramahi dia tentang bagaimana agar menjalani hidup enteng tanpa dibebani kebencian. Sebab  selama ini John hidupnya penuh  benci. Dia tidak suka dengan Alia, Fernandez,Sam yang bekerja di kantor depan. Dia benci dengan Ben, Fred,Josh bahkan dengan seorang sekuriti gedung yang sebenarnya sangat baik dan sopan bernama Debby.

Tanpa berusaha sok bijaksana seperti seorang kakek penuh petuah, saya bilang ke John. Di kantor ataupun dimanapun saya hidup, saya hampir tidak pernah membenci orang.Dalam kehidupan sosial ( berbeda dengan kehidupan internetan ), selalu Habe berusaha untuk akur dan berusaha untuk tidak melukai perasaan orang. Sebab membenci orang itu adalah menyiksa diri sendiri. Energi yang dibuang adalah sebuah kemubaziran. Semakin cuek objek yang kita benci, semakin sakit hati diri ini. Lalu kebencian yang dalam akan membuat neuron kita  bereaksi secara tidak sehat. Benci seperti cemburu dan iri akan membuat kita cepat tua dan cepat mati.

John mungkin adalah Yahudi bebal. Tidak mempan rasanya segala nasehat saya ke dia. Setelah mendrop dia di rumah temannya di daerah yang serem dekat Martin Luther King Boulevard, saya berpikir sambil ditemani lagu jazz " A Little Bumpin' " Lee Ritenour di dalam mobil. Ada yang salah dengan mindset orang yang tidak bisa hidup berdampingan dengan orang lain. 

Kesalahan mereka mungkin adalah mereka hidup di panggung atau frame yang mereka ciptakan dengan standar dan ukurannya sendiri. Orang yang dianggap tidak satu level atau sepemikiran dianggap sebagai tidak memenuhi syarat untuk dijadikan teman. Mereka adalah sutradara, semua orang harus berlakon seperti apa yang di imajinasi telenovela sintingnya sendiri. Di luar itu semua adalah musuh. Gejala schizophrenic yang bisa anda temui di semua wilayah konflik dimanapun di muka bumi.

 Mencari jalan pintas di Desert Inn untuk pertama kalinya selama saya tinggal di kota judi yang tenar dengan nama Sin City ini, saya kaget ketika berpergokan dengan sebuah mesjid di jajaran kiri. Saya pernah mendengar selentingan kabar memang bahwa ada mesjid besar di Las Vegas. Tapi baru pertama kali ini saya melihat sosok ukurannya yang ternyata memang jauh dari mini. Pikiran tentang orang orang seperti  John Cherniak, atau orang Palestine terhadap Yahudi,orang Turki dengan Armenia atau Kurdi, orang Islam dan Kristen di Poso atau Ambon yang tidak bisa akur dan saling membenci masih menemani saat saya menghentikan mobil dan memarkir di bahu jalan di dekat Jamia Masjid. 

Seperti menjawab kegelisahan saya, mesjid itu secara lucunya berdampingan lokasinya dengan sebuah gereja Baptis yang ukurannya bagaikan pelawak Ateng bersisian dengan Yao Ming. Sebuah gereja yg gedungnya bekas rumah tua tahun 50 an tanpa nilai seni dan kelihatan miskin. Ajaib di negara yang bermayoritas nasrani, mesjid bisa sebesar ini sebelah menyebelah dengan gereja yang paling banyak bisa menampung 100 jemaat yang kemungkinan besar adalah orang orang non perlente.

 Pintu mobil masih terbuka lebar dan cd jazz saya masih mendendang ketika saya turun dan memotret motret. Senang rasanya bisa melihat rumah ibadah rukun bersisian. Sepenggal hari lebih terasa berarti gara gara hal sepele begini. 

Saya membayangkan betapa cute dan indahnya hidup jika semua orang memiliki kesanggupan yang sama untuk bisa hidup dalam damai dan toleran. Arab memeluk dan memanggil orang Israeel sebagai brother dan sohib. India mentreat orang Pakistan sebagai their lost brothers .

Sintingnya ketika saya sedang berpikir seperti ini CD di dalam mobil seperti janjian entah dengan siapa membuat hati saya makin melankolis. Lagu " We're in this love together " AL Jarreau  berputar seperti paduan suara sejumlah malaikat yang membikin angan angan saya makin menggila. Bah saya tidak pernah secengeng begini sumpah terus terang saja. Dan bukanlah kebiasaan Habe mengutip buku buku tenar, petuah orang terkenal atau menuliskan lirik lagu ke dalam tulisan. 

Tapi  membayangkan Hamas dan IDF, Shia dan Suni,Cokin dan Arab, muslim dan nasrani, muslim dan hindu, muslim dan budhist, theis dan atheis,orang yang rajin bangun pagi dan yang telatbangun,Osama dan Bush, orang yang normal dan wiro sableng, Habe dan Dewandaru, berdampingan pegangan tangan sambil menyanyi ikut lantunan lirik Al Jarraeau :

We're in this love together.
We got the kind that lasts forever.
We're in this love together
And like berries on the vine,
It gets sweeter all the time.


dan akhirnya berpelukan dengan erat dalam sebuah persaudaraan di keluarga humanity. Saya mau mengaku walaupun sebenarnya rada malu…ada juga sedikit air mata yang keluar dari  sudut mata orang gendeng,murtad dan narsis macam saya ini.

Salam Habe , Las Vegas , Nevada
×
Berita Terbaru Update