Waktu era Orba dulu,kalau ada keluarga atau sanak saudara Soeharto masuk ke dunia politik dan menduduki jabatan-2 tertentu di pemerintahan atau Golkar waktu itu,maka para “anjing penjilat” yang mau mendekati Soeharto akan memanfaatkan sanak saudara di keluarga Soeharto supaya bisa memperoleh kedudukan politik atau kecipratan proyek-2 besar yang memang pada waktu itu “wajib” hukumnya menggandeng sanak saudara Soeharto ; Kalau tidak,maka jangan harap bisa menang tender,dll. Cerita itu sepertinya akan menjadi cerita usang di era Reformasi,namun kenyataannya tidak demikian.
Rezim boleh saja berganti,tetapi hawa nafsu kekuasaan dan KKN masih saja tercium di era Reformasi. Walaupun secara hukum,menjadi hak individu Warga Indonesia untuk dipilih dan memilih seta dilindungi oleh Undang Undang,namun seharusnya keluarga atau sanak saudara penguasa seyogyanyalah mengaca atau bercermin terlebih dahulu,apakah dirinya pantas atau mempunyai kapasitas dan kompetensi di dunia kekuasaan politik? Karena pada kenyataannya mereka hanya dipasang atau ikut-ikutan karena didorong oleh para “anjing penjilat” seperti halnya era Soeharto dulu.
Para “anjing penjilat” atau biasa dikenal sebagai politikus oportunistik seringkali memanfaatkan sanak saudara penguasa untuk memberi kesan dirinya sebagai loyalis ; Padahal banyak sekali diantara mereka sebenarnya adalah politikus bertopeng yang bila sang penguasa jatuh akan menginjak tuannya terlebih dahulu. Para “Brutus” itulah yang mengakhiri Pemerintahan Soeharto pada Mei 1998 yang lalu.
Kondisi menjelang Pemilu 2014 pun kembali tak ubahnya seperti era Orba dulu. SBY sebagai ikon Partai Demokrat juga dikelilingi oleh para politikus oportunistik yang memanfaatkan sanak saudara SBY untuk menjadi Caleg. Jangan heran kalau satu persatu Caleg dari keluarga Cikeas bila ditanya tentu akan mengakatakan bahwa dirinya pantas dipilih dan memilih,juga mempunyai kapasitas serta kompetensi di dunia politik ; Kalau tidak percaya,silahkan nanti dilihat apakah rakyat akan memilih mereka atau tidak….! Itulah gaya “politikus Karbitan” yang selalu muncul di sekitar penguasa…!
Mereka mencoba menutupi rasa malunya dengan tanpa malu untuk mengatakan mempunyai kapasitas dan kompetensi di dunia politik. Bila dilihat jam terbang-nya pun mungkin orang akan kaget,kalau mereka sebenarnya bukan berasal dari latar belakang politikus tulen seperti halnya Akbar Tanjung,Anas Urbaningrum,dsb.
Cobalah lihat daftar keluarga Cikeas yang menjadi Caleg Partai Demokrat. Mungkin rakyat atau pengamat politik akan mengetahui latar belakang mereka. Juga barangkali yang mencalonkan diri mereka sampai menjadi Caleg.
Berikut adalah nama-nama caleg yang merupakan kerabat dekat keluarga Cikeas;
1. Edhi Baskoro Yudhoyono (anak SBY) Dapil Jatim VII
2. Sartono Hutomo (sepupu SBY) Dapil Jatim VII
3. Hartanto Edhi Wibowo (adik ipar SBY) Dapil Banten III
4. Agus Hermanto (adik ipar SBY) Dapil Jateng I
5. Nurcahyo Anggorojati (anak Hadi Utomo yang juga ipar SBY) Dapil Jateng VI
6. Lintang Pramesti (anak Agus Hermanto) Dapil Jabar VIII
7. Putri Permatasari (keponakan Agus Hermanto) Dapil Jateng I
8. Dwi Astuti Wulandari (anak Hadi Utomo) Dapil DKI Jakarta I
9. Mexicana Leo Hartanto (keponakan SBY) Dapil DKI Jakarta I
10. Decky Hardijanto (keponakan Hadi Utomo) Dapil Jateng V
11. Indri Sulistiyowati (keponakan Hadi Utomo) Dapil NTB
12. Sumardani (suami Indri Sulistiyowati) Dapil Riau I
13. Agung Budi Santoso (keluarga Hadi Utomo) Dapil Jabar I
14. Sri Hidayati (adik ipar Agung BS).
15. Putut Wijanarko (suami Sri Hidayati) Dapil Jatim VI
(Sumber : inilah.com)
Politik Nepotisme memang sangat meresahkan di Indonesia. Sepertinya tidak ada lagi orang yang berbobot di negeri ini untuk bisa menjadi Caleg atau pemimpin bangsa ini. Mereka sepertinya sedang membangun dinasti politik seperti zaman feodalisme,kekuatan mereka adalah semangat nepotisme yang diusung oleh para politikus “anjing penjilat”….!
Mudah-2an rakyat Indonesia semakin cerdas untuk memilih,sebab kalau tidak maka negeri ini setiap 5 tahun sekali sebenarnya berganti “Raja” dan bukan seorang “Presiden” …!
catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer