ABAB (bhs jawa) itu kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah aroma nafas yang dihembuskan keluar melalui mulut seseorang. Nah,masalahnya kita tidak membicarakan ABAB dalam konteks arti diatas,tetapi menggunakan bahasa Jawa untuk menyentil Aburizal (Ical) Bakrie yang gencar mengiklankan diri di sebuah TV Swasta yang menjadi miliknya,yaitu TV-One.
Sampai-2 ada orang geregetan atau kesal atas iklan yang “narsis” itu…! Usaha Ical untuk supaya dikenal luas oleh publik Indonesia memang patut di apresiasi,mungkin tidak ada orang di Indonesia yang se-nekad itu setelah Prabowo Subianto pada tahun 2009 yang lalu juga berusaha untuk dikenal dan ternyata gagal menjadi Wapres 2009-2014.
Mustinya Ical belajar dari kegagalan Prabowo Subianto tersebut,apalagi nama Ical juga mempunyai reputasi kurang baik dan dikait-kaitkan dalam masalah lumpur Lapindo. Daripada membangun imej dengan cara mengiklankan diri seperti itu,lebih baik Ical turun ke daerah-2 dan memberikan sumbangan-2 ke rakyat kecil,siapa tahu mereka tertarik untuk mencoblos Ical ?
Dengan iklan yang terlihat sangat narsis itu justru membuat rakyat pemilih muda dan berpendidikan malah risih melihat wajah Ical yang dibuat semanis-manisnya….! Orang berpendapat,kalau emas tetap akan emas walau berkubang di lumpur,tetapi kalau loyang?
Oleh karena itu,iklan itu malah menyemburkan hembusan aroma kurang sedap (abab-e mambu,bhs.Jawa) ,berdampak hanya meningkatkan popularitas tetapi nilai keterpilihan bisa jadi jeblok. Orang yang aroma nafasnya baunya busuk sangat dikenal dimana-mana,tetapi untuk didekati…? Nanti dulu…! Mungkin seperti itulah effek iklan Ical,bahkan ada istilah yang menjadi guyonan orang Jawa, “asal dudu ABAB…!” Maksudnya ya “Asal Bukan Aburizal Bakrie” ….begitu maksudnya.
Bagaimana dengan anda? Mungkin Lembaga Survei tertarik untuk mensurvei lagi
catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer
