Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bondet, George Soros dan Irjen Djoko Susilo

13 Maret 2013 | 13.3.13 WIB Last Updated 2013-03-13T15:04:06Z
13631696751582798560
Gambar diambil dari : lintas-patroli.com

Dulu ketika masih mahasiswa dan kost di sebuah rumah kost khusus mahasiswi, saya dan teman-teman patungan berlangganan koran demi memenuhi kebutuhan kami akan informasi. Sebagai arek-arek Suroboyo, kami berlangganan Jawa Pos yang jadi koran terbesar di Surabaya. Berhubung yang kost lebih dari 20 orang sedang korannya cuma satu, membacanya harus bergantian. Mereka yangkuliah siang/sore, kebagian giliran membaca pagi hari. Membacanya pun tak bisa dimonopoli 1 orang, biasanya 3-4 orang baca koran bersamaan, yang satu pegang lembar yang ini, yang lain membaca lembar berikutnya, dst. Kalau ada tulisan yang bersambung ke halaman lain, terpaksa saling menunggu dan bertukar halaman.

Kadangkala, ada yang agak kurang bertanggung jawab urusan baca koran begini. Korannya di bawa ke dalam kamar dan lupa dikeluarkan untuk diletakkan di tempat nongkrong  bareng di samping musholla. Akibatnya, mereka yang sedari pagi sampai sore kuliah dan belum sempat baca koran, harus teriak-teriak menanyakan siapa yang bawa koran hari itu. Sesibuk-sibuknya dengan urusan kuliah, rasanya ada yang kurang kalau belum baca koran. Bukan soal beritanya, tapi ini soal BONDET! Yang tak sempat baca pun biasanya sambil mengambil makanan di dapur atau sambil melipat mukenah di musholla, minta diceritakan soal kabar Bondet hari itu.

Siapa Bondet kok sampai segitunya bikin penasaran penghuni kost?! Bondet hanyalah nama rekaan redaksi Jawa Pos. Waktu itu ada rubrik “segar” yang sebenarnya kabar di rubrik itu adalah berita nyata yang terjadi di masyarakat. Biasanya isi beritanya seputar penipuan atau pencabulan bahkan konflik rumah tangga, dimana si korban sangat percaya karena pelaku pandai meyakinkan korban melalui penampilan atau bualannya. Kisah-kisah nyata “tak penting” inilah yang ditulis di rubrik Bondet, dengan menyamarkan nama pelaku menjadi si Bondet. Dengan gaya penulisan yang kocak, pembaca seolah sedang membaca dongeng bukan kabar memprihatinkan.

13631699591787061031
George Soros dan Adriana Ferreyr (foto : www.johnhartrealestate.com)

Misalnya si Bondet yang berhasil memperdaya si calon mertua dengan iming-iming akan membelikan ini-itu, atau akan memberikan mas kawin berupa perhiasan. Sayangnya, tatkala anak gadisnya yang cantik sudah diserahkan, si Bondet kabur dan melupakan janjinya. Atau si Bondet pada awal berkenalan dengan gadis manis, dia mengenakan pakaian aparat TNI atau Polri lengkap dengan tanda-tanda pangkat – yang orang awam tak paham betul pangkat apa – lalu mengaku dinas di kesatuan ANU dengan pangkat apalah. Ketika si gadis sudah terkiwir-kiwir, Bondet merayunya hingga kegadisan diserahkan, ujung-ujungnya si Bondet kabur. Sering pula kisah si Bondet mengaku masih perjaka tulen, ketika sigadis sudah kepincut dan pesta pernikahan sudah digelar, datanglah istri sah si Bondet membuyarkan segalanya. Begitulah kronika si Bondet yang diakhir cerita selalu mengundang tawa sekaligus rasa kasihan pada si korban yang karena keluguannya percaya begitu saja gombalan si Bondet.

Tadi pagi, saya baca berita di Yahoo, George Soros – pialang ternama yang pernah bikin geger negara-negara Asia dan dituduh penyebab krisis moneter di sejumlah negara Asia – dituntut seorang gadis muda yang tak lain seorang artis Brasil, Adriana Ferreyr. Soros diminta membayar ganti rugi US$ 50 juta lantaran mengkhianati janji membelikan apartemen senilai US$ 1,9 juta. Janji manis itu dilontarkan saat Soros masih mesra dengan Ferreyr, selama lima tahun. Entah mungkin Soros kecantol yang lebih aduhay, Ferreyr pun tersingkir pada 2010. Ketika itu, Ferreyr yang jelita itu berusia 27 tahun, sementara Soros sudah 80 tahun.

Setelah berpaling ke lain hati, janji membelikan apartemen pun diingkari. Ferreyr pun berang, gugatan pun melayang. Akhirnya Soros dan Ferreyr salin g tuding soal melakukan kekerasan fisik dan saling menyakiti. Tapi bagi Soros, “ini hanya soal uang dan apartemen.” Bukannya merealisasikan janji gombalnya, Soros malah memutuskan bertunangan dengan wanita berusia 40 tahun, Tamiko Bolton. Danseperti dilansir New York Post, Bolton-lah yang dibelikan apartemen. Bisa dibayangkan seperti apa sebalnya Ferreyr.

1363170219164082672
George Soros dan Tamiko Bolton (foto : monetarilyspeaking.com)

Usai membaca berita itu, saya tak bisa menahan tawa dan ingatan saya langsung melayang ke Bondet. Ternyata, sosok super sukses dan multi milyarder sekaliber Soros pun bisa berkelakuan seperti Bondet. Mengobral janji manis pada gadis muda jelita, ketika sudah menikmati manisnya, sepah dibuang dan janji manis pun tinggal janji gombal belaka. Bedanya cuma status sosial. Tokoh-tokoh Bondet di Jawa Pos umumnya dari kalangan masyarakat kelas menengah bawah, level pendidikannya tak tinggi apalagi kemampuan finasialnya. Itu makanya dia mem-bondet-in korbannya karena ogah keluar modal. Kalo bisa dapet gratisan, ngapain kudu berbayar?

Lalu, apa hubungannya dengan Irjen Djoko Susilo? Jendral Polisi berbintang dua ini memang tidak menipu korbannya dengan ingkar janji membelikan barang-barang atau memberikan mas kawin. Justru bapak yang satu ini tergolong royal, membagi-bagikan asset rumah dan tanah serta tempat usaha, juga mobil mewah kepada istri-istrinya yang masih muda kinyis-kinyis. Malah sang Jendral yang sudah berumur 48 tahun (saat itu) berhasil menikahi seorang gadis umur 19 tahun penyabet gelar Putri Solo, sampai-sampai sang putri rela mengundurkan diri dari aktivitas Putri Solo dan tak melanjutkan ke jenjang Putri Indonesia, demi menikah dengan pria yang usianya 29 tahun lebih tua darinya. Konon kata sebuah majalah, mas kawinnya Rp. 15 milyar di tahun 2008! WOW!

1363170447816613401
Djoko Susilo dan Dipta Anindita, beda usia 29 tahun tak masalah (foto : fantasianara.blogspot.com)

Kesamaannya dengan Bondet : sama-sama suka menyamarkan identitas, Irjen Djoko Susilo ketika menikahi istri-istrinya resmi di KUA lho! Soalnya status beliau sudah di-LAJANG-kan dulu, jadi semua istrinya statusnya “istri pertama”. Tak hanya mengubah status jadi PERJAKA, kata Karni Ilyas di acara ILC semalam, Irjen DS ini juga suka memanipulasi umurnya, dibikin 10 tahun lebih muda. Mungkin pak Jendral tak sadar wajah dan rambut di kepalanya berbicara lebih banyak ketimbang bilangan usia yang dikorupsi 10 tahun.

Bukan cuma pintar membohongi istri-istri mudanya dengan mengubah status dan umur, Irjen Djoko juga pandai mengkadalin instansinya yang di masyarakat justru terkesan “menakutkan” : Kepolisian! Bukti, ketika ditanya kenapa Polri diam saja menyikapi poligami Djoko Susilo yang jelas melanggar kode etik Kepolisian RI, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Polisi Boy Rafli Amar justru menjawab : “Kami belum menerima laporan dari istri pertamanya”. Nah lho?! Ya jelas istri pertamanya juga gak bakalan berani melaporkan suaminya. Memangnya mau kehilangan jatah warisan milyaran rupiah? Kalo gadis-gadis muda itu saja dinikahi dengan mas kawin 15 milyar, apalagi “ibunya anak-anak” yang sah, pasti uang tutup mulutnya lebih gede lagi.

1363170538760752053
Mahdiana (www.tempo.co)

Yah, ternyata se-level Jendral bintang dua atau sekaya George Soros pun kelakuannya tak mau kalah dari Bondet. Tapi kalo jendral yang berbondet ria, KPK-lah yang mengungkap. Kalo Bondet yang di Jawa Pos biasanya berakhir digebukin massa atau dikeler ke kantor Polsek, kalo Bondet berpangkat Jendral, Kapolri saja belum tentu berani menindak. Bondet…, oooh… Bondet!

catatan Ira Oemar Freedom Writers Kompasianer
×
Berita Terbaru Update