Indra J Piliang pernah menantang saya untuk menulis buku Biografi Sang Fenomenal dan sekaligus tokoh besar masyarakat Piaman Alm Kol Anas Malik, beliau mantan Bupati Pd Pariaman periode 1979-89, dan masa itu kota dan kab pariaman masih dalam satu kesatuan administratif, begitu juga dengan kepulauan mentawai.
beliau juga konon yang mendirikan PKDP (Persatuan Keluarga Daerah Piaman) , sebuah paguyuban kekeluargaan yang sangat besar dan hingga kini tersebar hampir diseluruh republik ini, berkantor pusat di Ibukota Jakarta.
kemaren, senin 15/10/2012 kebetulan sekali dipalanta samping BPD nama Alm Anas Malik jadi pembicaraan ditengah kemaruknya birokrasi dikota Pariaman ini, birokrasi yang tidak humanis, arah pembangunan yang tidak pro rakyat kecil dan isu KKN yang acap dibicarakan dipalanta tersebut.
salah seorang senior, Herman, yang dikala Alm Kol Anas Malik menjabat bupati medio th 80an tersebut masih berusia rentang 25-35 tahun punya cerita dan fakta . herman yang memanggil alm dengan sebutan Maktuan tersebut berujar bahwa setiap minggu pagi dini maktuan acap mengayuh sepedanya sendirian tanpa pengawal, berkaos putih, celana trening putih serta handuk kecil putih yang selalu melingkar dilehernya. maktuan turun langsung dari pintu kepintu guna membangunkan warga agar menunaikan sembahyang subuh kemesjid, lalu sidak kepasir-pasir pantai merazia masyarakat yang kala itu buang hajat disana, yang berakibat baunya sampai kehidung pengunjung pasar yang jaraknya tak sampai 100 meter dari bibir pantai yang kini terkenal dengan nama Pantai Gandoriah.
bagi pembuang hajat sembarangan tersebut ada konsekwensi hukumnya kata herman, ini dikenal dengan sidang cirik (tinja), mereka disidang dipengadilan negeri pariaman yang dulunya di desa kampung baru ( kantor dinas pendidikan yang dihuni sekarang). sidang tinja berupa denda dan berefek jera.herman mengatakan denda memang nominalnya tidak terlalu besar, namun dengan dimeja hijaukan menimbulkan efek jera.
juga terkenal Sidang Jemuran. Alm Kol Anas Malik seorang yang sangat tegas! meski kepada sanak famili serta keponakannya sendiri beda betul dengan pemimpin era sekarang ini yang bermental KKN. Maktuan kata herman seorang yang sangat mencintai kebersihan, tak jarang beliau menampar bila melihat orang buang puntung rokok sembarangan, perihal jemuran yang "dipajang" didepan rumah juga ditindak tegas, warning, bila membandel akan disidang pula.. maka terkenalah istilah sidang jemuran. didenda biar jera..
masyarakat pariaman yang hobi memelihara kambing mustilah punya kandang agar tidak berkeliaran dijalan raya dan tidak memakan tanaman tetangga.terapan disiplin tersebut juga beliau pertegas bila masyarakat yang telah beliau sosialisasikan sebelumnya membandel, kambing ditangkap, sipemilik juga disidangkan dan didenda.. terkenallah istilah sidang kambing. bahkan dalam suatu kesempatan maktuan tak segan-2 menembak kambing yang berkeliaran dijalan raya, ini dikenal dengan istilah razia kambing.
perjuangan Alm Kol Anas Malik sarat dengan perjuangan dan pengorbanan. beliau acap dihujat oleh masyarakat karena dinilai terlalu tegas. kata herman, beliau pernah dikirimi penyakit guna-guna semacam biriang dll, namun maktuan yang berjuang dan merasa itulah solusi untuk Pariaman saat itu hanya percaya kepada Allah SWT,tidak memperdulikan hal tersebut, beliau orang yang sangat logis dan rasional, tidak percaya tahyul.
dalam menjabat selama dua periode sebagai bupati Pd Pariaman alm tidak menumpuk materi, setelah tak menjabat lagi beliau kembali kerumah dinas beliau dijakarta, perumahan Mabes Abri. tak ada harta yang beliau tinggalkan untuk sanak familinya, beliau murni membangun pariaman ini..beliau tetap hidup dalam kesederhanaannya hingga ajal menjemput Sang Pahlawan kami ini, sekarang beliau dikenang.. jasa-2nya tak akan pernah kami lupakan.. semoga arwah beliau mendapat tempat yang layak disisi ALLAH..Amien..
catatan Oyong liza Piliang