Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sketsa Jelang Bulan suci : Karena Tergiur Pahala-kah Kita Beribadah?

6 Juli 2012 | 6.7.12 WIB Last Updated 2012-07-06T08:18:47Z


1329990264950142947

Pagi tadi saya sedikit geli menerima pesan BBM dari teman di grup BBM eks teman-teman kuliah dulu. Begini bunyi pesannya : “Nis, Ir, (menyebut nama teman saya dan saya) ini bener gak? Tanggal 27/02/2012 kita masuk bulan Muharram. Barangsiapa puasa 2 hari di awal Muharram seakan ibadah 2 thn lamanya. Barangsiapa mengingatkan orang lain ttg ini seakan ibadah 80 thn….Enak banget yaa… Ibadah yuukk…”

Saya membalas pesan itu sambil tertawa, sebab bukankah Muharram sudah berlalu 3 bulan yang lalu? Tahun baru Islam tepat 1 Muharram bertepatan pada tanggal 25 Nopember 2011 untuk kalender Masehi. Jadi dari pesannya saja sudah keliru, belum lagi jika ditengok isinya. Kalaupun benar berpuasa di awal Muharran pahalanya seakan ibadah 2 tahun, lalu yang cuma mengingatkan saja bisa mendapatkan pahala setara 80 tahun, sama sekali tidak ballance bukan? Itu sebabnya sebelum memforward pesan itu, teman saya berusaha mengkonfirmasinya dan mencari “second opinion”

Menurutnya ia pun menerima pesan itu dari grup BBM teman SMPnya, sedang yang memposting temannya yang dia kurang dekat, sehingga segan untuk menegur, takut tersinggung.
Akhir-akhir ini, memang sering beredar pesan berantai yang disebar dan diteruskan melalui grup-grup BBM. Salah satu contoh adalah pesan panjang berikut, yang sengaja tidak saya sebarkan :

1. doa seorang isteri yg taat memiliki kekuatan 70 wali.
2. isteri yg membuatkan minum suami tanpa diminta, pahalanya 3 x khatam Al Qur’an.
3. Masakan isteri yg dilakukan scr sunah dan dimakan suami bserta keluarga pahalanya semua untuk isteri dan do’a suami yg memakan masakannya menjadi do’a yang diijabah.
4. isteri yg membangunkan suami utk shalat/ menyuruh shalat berjamaah dimasjid pahalanya 27+1.
5. Isteri yg kelelahan bangun malam krn anaknya minta susu sama dgn pahala 70 x haji mabrur.
6. Seorang ibu yg menyusui setiap tetes susunya senilai 2008 shalat khusu wal khudu dan doanya di ijabah’ (fadilah wanita).
7. burung di udara dan malaikat dilangit akan selalu memintakan ampunan kpda Allah selama isteri dlm keridhaan suami.
8. bila seorang suami pulang dengan gelisah dan isteri menghiburnya maka isteri mendapatkan 10 pahala jihad.
9. bila seorang wanita hamil shalatnya dua rakaat adalah lebih baik dari 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil.
10. bila seorang wanita hamil akan mendapatkan pahala 70 tahun shalat nafil dan 70 tahun puasa.
11. wanita yg mencuci pakaian suami dan anak-anaknya akan mendapat 1000 kebaikan dan akan diampuni kesalahannya, bahkan segala sesuatu yg disinari matahari memintakan ampun baginya dan Allah SWT mengangkat derajatnya 1000 tingkat.
12. Wanita yang menyusui anaknya, mk setiap tetesan air susu tersebut akan mendapatkan 1 pahala dan apabila cukup 2 tahun menyusui maka malaikat dilangit akan mengabarkan berita bahwa SURGA WAJIB BAgINYA.
13. Apabila sorang wanita kedatangan haid maka haidnya akan menghapus dosa2nya.
14. apabila ia membaca pd hr pertama haid “Alhamdulilahi ala kullu halin wa astagfirullaha min kulli zambi” mk ALLAH akan membebaskannya dr jahanam, shirat & adzab.
15. Setiap hr haidnya ALLAH tinggikan dia dng pahala 40 org mati syahid apabila ia berdzikir.

13299904661911905905

Mungkin tidak 100% dari 15 butir pesan itu salah, seperti juga tidak 100% benar. Hanya saja, yang menyangkut tentang pahala wanita hamil dan menyusui kemudian “dieksploitasi” oleh seorang teman kantor saya yang – maaf – kebetulan dia baru beberapa bulan lalu usai melahirkan anak hasil dari hubungan gelapnya dengan seorang pria beristri. Inilah yang kemudian memicu perdebatan dengan salah seorang teman kantor kami lainnya. Kebetulan karyawati itu meski sudah dikeluarkan, dia tetap tergabung dalam grup BBM karyawan kantor kami.

Kutipan yang disebar lewat BBM itu seolah menjadikan pahala sebagai tujuan akhir dari suatu ibadah. Sehingga kemudian pahala ibarat “profit” yang harus dikejar atau jumlah pelanggan yang ditargetkan harus diperoleh oleh seorang marketer. Seakan-akan keutamaan seseorang dimata Allah dihitung dari banyaknya tabungan pahala. Karena itu kita kemudian tergiur melakukan amalan yang konon katanya pahalanya dilipatgandakan sekian puluh kali lipat atau dihargai setara dengan sekian tahun beribadah. Bahkan kemudian hitungan pahala itu menjadikan kita terlupa pada bagaimana kita menjaga keridhoan Allah.

Jika benar Allah melipat-gandakan pahala dari amalan-amalan sunnatullah (alami), maka tentu Allah menjadi tidak adil dalam perspektif mereka yang kebetulan tidak mengalaminya. Haid, hamil, melahirkan, menyusui anak, merawat anak yang sakit, semua itu menjadi tugas alami yang akan dijalani oleh wanita yang Allah beri kesempatan menjadi seorang ibu. Lalu bagaimana dengan mereka yang karena takdir Allah tidak berkesempatan menjadi ibu? Bukankah mereka merugi karena gagal mendapatkan pelipatgandaan pahala? Kalau begitu Allah tidak adil pada hambaNYA yang bahkan Allah sendiri mentakdirkannya tak punya anak? Astaghfirullah.., tentu Allah jauh dari sifat-sifat semacam itu.

Kembali ke BBM teman saya di atas, salah satu teman dengan sinis menyindir : “Lalu bagaimana dengan wanita yang hamilnya di luar nikah? Bagaimana dengan wanita yang memiliki anak dari hasil hubungan zinah?” Pertanyaan ini sangat tepat diajukan. Sebab jika pahala adalah tujuan kita, maka untuk mencapai tujuan itu segala cara bisa dihalalkan. Termasuk karena ingin menjadi ibu, seorang wanita boleh saja hamil setelah melakukan hubungan dengan laki-laki yang bukan suaminya. Na’udzubillah…! Tentu yang begini adalah pemikiran sesat.

Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana. DIA lah yangMaha Tahu apa yang ada di lubuk hati hambaNYA. IA pula yang menilai niat dari seseorang. Dari dari niatnya itu pula Allah akan memberikan pahala. Adalah rahasia Allah pula sebanyak apa pahala yang akan diberikan. 1000 orang yang melakukan amalan yang sama persis, belum tentu pahalanya sama, karena niatnya dan keikhlasannya pun bisa jadi berbeda.

1329990562399390945

Adapun soal apakah nanti akan masuk surga atau neraka, bukan semata-mata sekedar dihitung dari banyak-banyakan pahala saja. Bagi ummat Islam, kita bisa masuk surga semata karena rahmat Allah dan syafa’at dari Rasulullah. Jika Allah tak merahmati kita, maka belum tentu kita bisa mencium bau surga. Karena itu, menjaga diri agar ridho Allah tetap tercurah bagi kita dan syafa’at dari Rasulullah bisa kita terima di ahari akhir, tentu lebih penting ketimbang sibuk berhitung berapa pahala yang akan kita dapat.

Allah tentunya tak akan ridho jika kita melakukan zinah. Jadi sangatlah naif jika memahami bahwa wanita hamil dan menyusui otomatis pahalanya dihitung seperti sebuah rumusan deret ukur dalam ilmu matematika. Allah juga tak akan ridho menerima amalan membangun masjid dan menyantuni anak yatim, jika uang itu diperoleh dari jalan kotor semisal merampok dan korupsi.

Sebaliknya, dengan berpayah-payah mengais rejeki halal, kepanasan kehujanan, bahu berat memikul, kaki penuh luka menapaki jalanan terjal, hanya demi beberapa lembar ribuan rupiah sekedar cukup untuk makan sehari anak dan istri, Allah justru menjanjikan akan menghapuskan dosa-dosa yang tak bisa hapus dengan amalan ibadah umumnya. Orang yang berjuang seperti ini dan menjaga diri dari perbuatan haram, asalkan dia ikhlas menjalaninya, lebih dijamin dihapuskan dosanya oleh Allah, tanpa iming-iming pahala berlipat ganda.

Semoga kita tidak melakukan suatu amalan atau ibadah hanya karena tergiur iming-iming pahala yang dijanjikan dilipatgandakan. Sebab saya pernah membaca : siapa yang beribadah karena mengharapkan imbalan pahala semata, maka itulah ibadahnya seorang bermental budak. Sedangkan siapa yang beribadah hanya karena takut neraka, maka itulah ibadahnya seorang bermental pesakitan.

Saya ingat lagu almarhum Chrisye yang judulnya “Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada”.

Apakah kita semua benar-benar tulus menyembah padaNYA?
Atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan inginkan surga?
Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau sujud kepadaNYA?
Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau menyebut namaNYA?
Bisakah kita semua benar-benar sujud sepenuh hati,
Karena DIA memang pantas disembah, pantas dipuja.

13299906021024689521
Allahu a’lam!

catatan ira oemar freedom writers kompasianer
×
Berita Terbaru Update