siapa yang akan berkantor disini nantinya?
hal ini seringkali jadi topik pembicaraan diwarung2 kopi... "sudah dipiliahnyo,lah jadi ndak tau jo awak lai... katiko pamilu bamuluik manih,kaco oto tabukak, dima baralek dan kamatian nyo tibo. sudahtu? kadang disapo inyo purak2 ndak kenal jo awak! jan lai kabaralek nyo tibo di undang tibo.. tiok hari otonyo silang siuah lalu disiko mangalason jo indak doh! baladang ruponyo inyo dipungguang awak". ini bukan rekaan saya . saya yang mendengar langsung kalimat tersebut dari seorang teman. hal ini dipicu ketika dia mengundang pejabat. undangan ekslusive khusus untuk mereka dibuat khusus pula.namun tak seorangpun yang diundang itu yang datang ketika pesta helat digelar! siapa yang tidak sedih.. wajar dia bicara demikian,
pemimpin tipe demikian tidaklah bagus karier politik mereka kedepannya.orang sundah benci kepadanya.dan jika pemilu lagi hampir bisa dipastikan dia akan tereliminasi,. kenapa para pemimpin setelah jadi tidak tambah akrab dengan konstituennya? itu sudah modal awal yang besar bukan?dia tidak sadar jika dia sudah tidak ditampuk lagi harga dirinya akan jatuh dimata masyarakat. bahkan orang yang dulupun dekat dengannya sebelum dia mencalon dulu akan jaga jarak. politik santun haruslah kita terapkan bila politik adalah pilihan karier kita. sudah banyak contoh positif politisi yang selalu sukses dan meningkat terus kariernya.malahan mereka bukan anak petinggi parpol atau pejabat yang punya modal politik besar. kita ambil contoh politisi nasional ganjar pranowo,irman gusman,am.fatwa dan masih banyak lagi yang masih eksis hingga kini.lalu mengapa dipariaman jarang sekali sejak pemilu dipilih langsung oleh rakyat politisi jarang yang sampai dua periode. bukan tidak ada, tapi persentasenya sangat kecil hanya 3 orang.
begitu juga dan sama aplikasinya dengan kepala daerah,jika mereka merakyat niscaya akan sulit incumben dikalahkan.incumben periode lalu hanya satu putaran untuk mengalahkannya,padahal kandidat ada 5 pasang. kenapa dia bisa kalah? jawabannya sama dengan diatas yaitu menyia nyiakan modal politik yang begitu besar! begitu juga untuk pilkada yang akan datang jika wako sekarang menyadari modal politiknya sangat besar sebagai incumben tentulah harus dia aplikasikan langsung. dengan network yang luas pula gampang kantong2 suara diraihnya, caranya sangat mudah.. tidak perlu klise atau bermanis2 muka, tapi lebih mempererat tali jaringan yang telah ada. itupun kalau tali tersebut tidak terputus2..karena menyambung sesuatu yang putus ukurannya akan lebih pendek dari ukurannya semula.
bagaimana peluang para penantang di ajang pilkada nanti? apakah peluangnya bagus? tunggu dulu.. siapa penantangnya, apa visi dan misinya.jejak rekamnya akan ditilik orang bagaikan memasukkan benang kelubang jarumnya. penantang sesungguhnya harus membawa visi perubahan kedepan, tentunya bukan dengan janji2 tapi dengan paparan program2 yang bisa diterima masyarakat.karena menurut saya dan ini sebatas perjalanan saya yang singkat dan suka pula bertanya2 kebanyakan masyarakat belum menjatuhkan pilihan dihatinya. tidak menyangkut rupanya dihati mereka, bagi mereka jika ada yang lebih baik apa salahnya pindah haluan! nah pertanyaannya sudahkah ada calon yang lebih baik itu?? kita tunggu tanggal mainnya!
catatan oyong liza piliang