Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

[Sketsa] Calon lain tidak berpeluang, Genius-Mardison belum aman

27 Februari 2023 | 27.2.23 WIB Last Updated 2023-02-27T13:41:34Z

 


Dulu, minat orang untuk berlaga di Pilkada Kota Pariaman adalah karena faktor geologi dan populasi. Kota Pariaman hanya memiliki empat (4) kecamatan, 71 desa/kelurahan dan sekitar 65 ribu warga yang memiliki hak pilih dari 98 ribu jumlah penduduk Kota Pariaman secara keseluruhan.

Jumlah warga yang memiliki hak pilih itu berkurang pula oleh pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya saat Pilkada berlangsung. Persentase tidak memilih memungkinkan capai di atas 20 persen dari jumlah pemilih tersebut. Dengan demikian, perolehan 25 ribu suara adalah persentase angka kemenangan!

Dari segi anggaran yang dikeluarkan masing pasangan calon, Pilkada Kota Pariaman juga termasuk politik berbiaya rendah jika kita membandingkan dengan sejumlah kota lain di Indonesia yang memiliki luas dan jumlah penduduk hampir sama. Masing-masing pasangan calon cukup bermodal Rp 7 miliar, sudah bisa bergerak dengan sangat leluasa.

Hal ini menguntungkan bagi calon lokal. Bagi calon yang telah memiliki modal sosial sebelumnya seperti petahana, tokoh lokal, bahkan perantau yang memiliki reputasi baik di mata penduduk Pariaman.

Jaringan sosial arus utama bagi calon sebagai modal utama suara, bersumber dari pemilih dari kalangan keluarga, satu kampung, satu kaum, alumni yang terbina dan jaringan pemilih berdasarkan kesamaan ideologis/kepentingan (tidak lebih dari 5 persen).

Sedangkan modal suara arus kedua yang diperebutkan oleh masing calon bersumber dari suara pemilih pemula, kalangan minoritas dari suku Jawa, Batak dan pendatang yang jumlahnya kurang dari 5 persen.

Sedangkan suara dari kalangan ASN, penduduk pra sejahtera, kemungkinan besar akan masuk ke kantong petahana. ASN bahkan sudah semacam "mesin politik".paling efektif. Sementara bagi masyarakat golongan ekonomi pra sejahtera, akan lebih mudah dirangkul petahana melalui berbagai program sosial. Baik dana bergulir tahunan, bantuan langsung tunai, bedah rumah, dan tentu saja program beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana. Belum lagi Badan Amil Zakat yang selalu diasosiasikan masyarakat sebagai bukti kebaikan dari pemerintah daerah.

Atas alasan tersebut bisa disimpulkan kenapa para petahana lebih diuntungkan dibanding para penantang yang hampir tidak bisa mengakses kantong-kantong dasar suara yang dimiliki petahana. Akan sangat sukar sekali menembus benteng pertahanan suaranya karena sudah begitu kuat dan dijaga selama bertahun-tahun.

Petahana lebih diuntungkan karena dengan mudahnya menjangkau semua segmen pemilih. Mereka dapat bertatap muka dengan seluruh calon pemilih dalam rentang masa penjabatan dia karena hanya menemui sejumlah 96 ribu orang dalam 5 tahun. Keuntungan tersebut dibantu pula oleh jaringan ASN dan partai politik yang isinya tokoh-tokoh masyarakat berpengaruh di Kota Pariaman.

Ketidakberuntungan bagi para penantang untuk memenangkan Pilkada Pariaman karena terbatasnya sisa sisa kantong suara dengan jumlah yang tidak signifikan. Belum lagi di masa-masa sekarang yang belum pulih benar dari Covid-19 beserta dampak ekonominya yang telah membuat masyarakat golongan pra sejahtera semakin terikat dengan program sosial pemerintah.

Pekerjaan besar lainnya bagi calon penantang harus mampu mengejewantahkan program yang akan mereka usung lebih baik dari rezim sekarang. Mereka mesti pandai-pandai mengelola isu, jargon politik untuk menjaring simpati masyarakat.

Dan mereka (penantang) mesti ingat bahwa kultur sosial politik Pariaman adalah salah satu yang paling cerdas di Indonesia. Mereka tidak mudah diarusutamakan, mereka kritis, pintar menganalisa, dan mungkin bisa lebih cerdas dari para calon itu sendiri.

Meski demikian, modal besar bagi "orang petahana" bukan tanpa ancaman. Dalam sisa waktu jelang Pilkada Pariaman yang dihelat tahun 2024, segala kebijakan tidak populer berpotensi mengecilkan peluang mereka mendulang suara kantong arus utama terutama saat Pilpres dan Pileg Indonesia serentak akan berpengaruh besar jika mereka mendukung calon yang berseberangan dengan pilihan utama warga Pariaman.

Mayarakat Pariaman yang homogen dan egaliter dikenal "tidak bernabi" kepada orang lain, apalagi dalam pilihan politik. Mereka pemilih rasional sejak dari dalam pikirannya. Melawan arus utama pilihan orang Pariaman dalam Pilpres akan menjadi satu-satunya batu sandungan bagi petahana.

Oleh sebab itu, Pilkada Pariaman bisa dikatakan sangat beririsan dengan Pemilu serentak Indonesia 2024. Orang Minang, Pariaman khususnya, sudah menjadi rahasia umum sangat menentang kepada satu partai dan segala bentuk kerelasiannya, termasuk calon presiden yang diusungnya. (OLP)

×
Berita Terbaru Update