Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Belajar tatap muka mulai 2 Juni, walimurid keluhkan nilai anaknya merosot: integritas guru dipertanyakan

19 Mei 2021 | 19.5.21 WIB Last Updated 2021-05-19T06:57:50Z

Ilustrasi kendala belajar daring sebabkan turunnya nilai siswa. Foto: ilustrasi/sinarharapan/istimewa

Pariaman - Proses belajar mengajar tatap muka di sekolah usai libur lebaran Idul Fitri 1442 Hijriyah di Kota Pariaman, ditunda dari tanggal 21 Mei menjadi 2 Juni 2021.

"Namun mulai 21 hingga 31 Mei belajar mengajar daring (dalam jaringan/online) dan luring (luar jaringan/offline) diberlakukan," kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pariaman, Kanderi di Pariaman, Rabu (19/5).

Kebijakan tersebut kata dia, merujuk pada surat keputusan tiga menteri yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Pelaksanaan Belajar Mengajar di masa pandemi Covid-19.

Saat belajar mengajar tatap muka diberlakukan di sekolah pada 2 Juni mendatang, kata dia, akan diiringi dengan pengetatan protokol kesehatan di masing-masing sekolah dengan menggunakan masker, cuci tangan dan menjaga jarak.

Rina, 43, salah seorang walimurid yang dua anaknya sekolah di Pariaman mengatakan tidak masalah dengan keputusan tersebut karena sudah terbiasa dan pernah diberlakukan sebelumnya.

"Anak-anak juga sudah terbiasa belajar daring," kata dia.

Yang tidak dia pahami adalah kenapa nilai anaknya jauh turun saat belajar tatap muka dengan belajar daring. Saat belajar tatap muka sebelum pandemi Covid-19 seorang anaknya meraih ranking tiga di sekolah. Namun sejak pandemi nilainya jauh menurun hingga di luar sepuluh besar.

"Padahal anak-anak tiap hari belajar. Guru-guru juga killer dengan memberikan nilai tak masuk akal tanpa melihat situasi pandemi," kata dia.

Menurut dia, ia dan suami tiap hari bekerja yang tentu saja tidak maksimal bisa membimbing anaknya belajar daring. Di samping itu para guru sering ia lihat membebani siswa dengan soal-soal dan tugas-tugas, bukan pemahaman.

"Saya lihat ada sebagian guru memanfaatkan situasi pandemi. Dengan hanya memberikan soal ia terbebas dari tugas utamanya membimbing peserta didik," kata dia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan selama pandemi Covid-19, pembelajaran jarak jauh dan daring di seluruh Indonesia memang berdampak pada penurunan nilai akademis siswa.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumeri menyebut dari hasil evaluasinya, banyak sekali keterbatasan.

Hal tersebut diungkapkan dia dalam Talkshow MNC Trijaya Network yang disiarkan secara daring di kanal YouTube MNCTrijaya, Sabtu 23 Januari 2021 lalu dan dikutip oleh berbagai media.

Selama 10 bulan, kata dia, secara akademis ada penurunan hasil belajar siswa, karena bagaimanapun guru-guru memberikan materi secara total namun materinya jauh di bawah situasi normal ketika anak-anak belajar tatap muka.

Pihaknya menyadari hasil dari pembelajaran tatap muka dengan daring/luring akan berpengaruh terhadap nilai akademis siswa. Sebab, saat belajar tatap muka saja, pemahaman siswa masih banyak kurang. Apalagi secara daring.

Kemudian, kata dia juga ada keterbatasan. Belajar daring dan luring itu sebetulnya butuh peran aktif orang tua, keluarga, dan masyarakat setempat.

"Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan orang tua karena harus sambil bekerja, atau orang tua tidak mampu membimbing anak-anaknya dari materi-materi tertentu atau keterbatasan masyarakat setempat," ungkapnya. (Desi/OLP)

×
Berita Terbaru Update