Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Edra Lina Melawan Covid-19: Hari-hari di Ruang Isolasi

29 Mei 2020 | 29.5.20 WIB Last Updated 2020-05-29T06:26:58Z

Virus corona menjadi musuh yang harus dilawan bersama. Dalam mengatasi masalah ini, pemerintah tak bisa bekerja sendiri dan harus bekerja sama dengan berbagai kalangan masyarakat. 

Petugas medis menjadi garda terdepan untuk menghadapi Covid-19 ini, semakin banyaknya kasus dan pasien yang terinfeksi corona, semakin berat juga perjuangan para pahlawan medis ini.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai garda terdepan tidak tertutup kemungkinan dan bahkan berpeluang besar bagi para medis untuk terpapar virus corona ini. 

Salah satu garda terdepan yang terpapar Covid-19 yakninya tenaga medis dari RSUD Padang Pariaman Ns. Hj. Edra Lina, S.Kep yang pada saat ini menjabat sebagai Kasi Pelayanan RSUD Padang Pariaman.

Edralina diduga terpapar Covid-19 pada saat melakukan tugasnya sebagai tenaga medis dimana pada tanggal 25 April 2020 beliau kontak langsung dengan pasien positif Covid-19 saat pengambilan swab pasien tersebut. Setelah pengambilan swab tersebut pada tanggal 2 Mei 2020 beliau melakukan tes Swab meskipun tidak ada gejala namun ia tetap menjalani tes tersebut sesuai protokol kesehatan Covid-19.

“Setelah pengambilan swab terhadap pasien positif Covid-19, saya juga melakukan tes swab meskipun pada saat itu tidak ada gejala yang dirasakan namun saya tetep menerapkan protokol kesehatan hingga pada tanggal 3 Mei 2020 keluar hasilnya dan dinyatakan positif,” tuturnya, Jumat (29/5).

Ia menuturkan menambahkan pada 4 Mei 2020 ia langsung dikarantina ke  Balai Pelatihan Kesehatan  (Bapelkes) di Gunung Pangilun dan pada hari tersebut juga dilakukan tes swab berikutnya,  pada 5 Mei 2020 dan dinyatakan positif lagi.

“Saat mengetahui hasil tes swabnya positif lagi, saya sempat merasa down dan bertanya-tanya apakah ini akhir dari semua? Namun setelah mendapat dukungan dari orang-orang terdekat terutama keluarga saya mencoba untuk bangkit kembali dan saat karantina saya selala memotivasi diri dengan mensugesti diri sendiri bahwa virus dilawan dengan imun yang bagus dengan terus berprasangka baik kepada Allah SWT yang telah memberikan cobaan dan gembira untuk terus meningkatkan daya tahan tubuh,”sambungnya.

Istri dari Dasril Hemansyah, A.Md ini juga menceritakan pertama kali dinyatakan positif sebenarnya bisa dengan karantina dirumah saja,  namun stigma masyarakat yang belum paham akan Covid-19 masih mengganggap ini aib dan harus dijauhi bahkan keluarga dari perawat ini juga sempat dikucilkan, sehingga perlu untuk memberikan edukasi lebih kepada masyarakat agar masyarakat paham terhadap Covid-19 ini.

ASN yang diangkat pada tahun 2000 ini juga mengatakan sebagai tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19, ketika terpapar Covid-19 ini sudah menjadi resiko sebuah pekerjaan terutama tim medis yang harus rela bertaruh nyawa demi menyelamatkan nyawa yang lain dan tidak ada yang harus disesalkan. Semua yang terjadi ini merupakan kehendak Allah SWT dan akan ada hal yang baik dibalik semua rencanaNya .

“Selama proses karantina di Bapelkes dalam ruangan tersebut hanya saya sendiri tidak ada teman untuk mengobrol dan berkomunikasi, beruntungnya para petugas di Bapelkes tersebut memberikan  pelayanan sangat baik dan sesuai dengan protokol kesehatan, serta mereka terus mendukung penyembuhan dengan ngobrol dan selalu memberikan semangat,” ucapnya.

Ibu tiga orang anak  ini juga melanjutkan selama berada dikarantina hal yang paling sulit untuk dijalani harus berpisah dengan keluarga dan anak-anaknya terutama anak yang paling kecil baru berusia 3,5 tahun, namun dengan dukungan yang diberikan keluarga terutama suaminya yang selalu berkomunikasi pada waktu berbuka dan waktu sahur  semakin mendorong beliau untuk berusaha melawan Covid-19 ini hingga dinyatakan sembuh.

 “Pada tanggal 13 Mei 2020 kembali dilakukan pengambilan tes swab dan hasinya dinyatakan negatif, namun harus menunggu swab selanjutnya hingga dinyatakan benar-benar sembuh, pada tanggal 16 Mei 2020 Swab terakhir dan hasilnya negatif sehingga saya diperbolehkan pulang, kurang lebih 21 hari selama berada di karantina banyak yang saya rasakan dianataranya hanya tinggal sendiri tanpa ada teman didalam kamar yang berukuran 3 tiga kali 4  dan harus menanggung rasa sakit saat pengambilan swab yang dilakukan beberapa kali tersebut,” terangnya

Ia memberikan pesan kepada seluruh lapisan masyarakat  jika menjadi pasien terpapar Covid-19 janganlah bersedih dan teruslah berprasangka baik kepada Allah karena akan ada anugrah dibalik musibah serta terus memotivasi diri dan yakin harus sembuh,  terus menambah pengetahuan terhadap Covid-19, terus konsumsi vitamin C dan E, Kalau bakteri dilawandengan anti biotik. Dan untuk Tenaga Kesehatan jika sudah memilih pekerjaan itu harus siap menerima risiko dan harus menerima risiko tersebut, disiplin mengunakan protokol kalau tidak sama dengan bunuh diri. (AWT)
×
Berita Terbaru Update