Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sosialisasikan Pemilu, KPU Padangpariaman Sasar Pemilih Perempuan dan Pemula

19 Januari 2019 | 19.1.19 WIB Last Updated 2019-01-19T13:14:15Z
Foto: Nanda
Pariaman - Segmen pemilih perempuan dan pemilih pemula merupakan pemilih potensial yang menjadi sasaran sosialisasi kepemiliuan di wilayah Kabupatan Padangpariaman pada pemilu 2019.

Sebab, dua segmen tersebut menjadi kelompok pemilih yang jumlahnya cukup dominan dalam daftar pemilih DPTHP2 yang telah ditetapkan KPU Kabupaten Padangpariaman.

Koodinator Divisi Sosialisasi, Partisipasi dan Sumber Daya Manusia KPU Kabupaten Padangpariaman, Erik Ekstrada menyebut Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan (DPHP2) sebanyak 313.987 orang pemilih, di antaranya terdapat 158.531 orang perempuan dan 28.584 orang pemilih pemula.

"Jumlahnya cukup signifikan, karena itu dijadikan salah satu perhatian khusus untuk kita sosialisasikan dan menyampaikan informasi tentang pemilu," ujarnya di Pariaman, Sabtu (19/1).

Ditambahkannya, untuk memaksimalkan sosialisasi kepada dua segmen itu, KPU Kabupaten Padangpariaman telah membentuk relawan demokrasi (relasi) pemilu 2019. Relawan tersebut selanjutnya menjadi perpanjangan tangan KPU mensosialisasikan pemilu kepada masyarakat.

"Dari 11 basis yang menjadi sasaran sosialisasi relasi ini, dua di antaranya adalah basis pemilih perempuan dan pemilih pemula. Tentu saja relasi kita harapkan dapat bergerak maksimal sosialisasikan pemilu 2019," ulasnya.

Terpisah, penggiat pemilu Pariaman dan praktisi media, Oyong Liza Piliang menyebut pemilih perempuan dan pemilih pemula jangan hanya sebatas menjadi objek dari sosialisasi pemilu. Lebih dari itu, diberbadayakan menjadi subjek sosialisasi pemilu.

"Artinya, kita mendorong agar pemilih perempuan dan pemilih pemula itu menjadi sosialisator. Mereka menyebarluaskan informasi tentang pemilu di lingkungan mereka masing-masing. Ini akan lebih efektif," kata dia.

Ia menilai pembentukan relawan demokrasi dengan 11 basis itu, belumlah maksimal untuk menyampaikan informasi pemilu kepada pemilih. Sosialisasi yang singkat, kurang dari 3 bulan itu belum mampu membuka keinginan pemilih yang belum sadar akan pentingnya pemilu.

"Tepatnya adalah pendidikan politik harusnya dilakukan oleh parpol, NGO, pemerintah. Jika hanya sosialisasi dalam waktu singkat, itu hanya menyampaikan teknis soal pencoblosan, daftar pemilih. Kemudian, masyarakat yang tidak paham penting arti pemilu saya yakin tidak akan menggunakan hak pilih. Untuk jangka panjang, pendidikan politik sangat penting," pungkasnya. (Nanda)
×
Berita Terbaru Update