Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pencipta dan Makna di Balik Logo Kota Pariaman Sabiduak Sadayuang

9 Juli 2018 | 9.7.18 WIB Last Updated 2018-07-09T12:32:40Z

Pariaman ----- 16 tahun sudah umur Kota Pariaman pada 2018. Setelah resmi menjadi kota otonom pada 2 Juli 2002 silam---seiring dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kota Pariaman di Sumatera Barat---Pariaman terus berbenah dan berpacu.

Awal terbentuk, Kota Pariaman belum memiliki lambang daerah. Begitu pula dengan pemerintahannya. Kop surat resmi pemerintah kota Pariaman dan instansi dinas, juga belum memiliki lambang resmi. Surat resmi pada awal kota Tabuik ini berdiri, masih menggunakan tulisan pemerintah Kota Pariaman saja. Kini, sebagaimana kita lihat, Kota Pariaman telah memiliki lambang/logo daerah sendiri.
   
Lambang daerah/logo Kota Pariaman yang digunakan saat ini, tidak terlepas dari sosok tokoh pemuda Kota Pariaman, Alfiandri Zaharmi. Pria berusia 42 tahun ini, merupakan perancang lambang Kota Pariaman.
   
Dalam momen peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Pariaman, Pariamantoday.com berkesempatan mengunjungi pria yang saat ini menjadi salah seorang komisioner KPU Kota Pariaman. Di ruangan kerjanya, kisah lahirnya lambang Kota Pariaman, ia diceritakan.
   
Menurut Alfiandri, rancang lambang Kota Pariman merupakan karya dirinya saat mengikuti lomba desain lambang daerah Kota Pariaman pada 2014 silam. Tepatnya, dua tahun setelah Pariaman menjadi kota otonom. Kala itu, Alfiandri dan beberapa perancang lain menjadi pemenang dalam lomba itu. Dari sekian banyak rancangan, lambang yang dibuat Andi yang terpilih menjadi lambang Kota Pariaman. Sejak itu, rancangannya menjadi lambang/logo Kota Pariaman.
   
Bagi suami Ramadiyanti ini, lambang daerah Kota Pariaman berbentuk perisal segi lima. Perisal ini memiliki makna perjuangan dalam mewujudkan berdirinya Kota Pariaman, sekaligus simbolis perlindungan agar Kota Pariaman berdiri kokoh yang berlandaskan Pancasila. Di dalam segi lima itu, terdapat sejumlah simbol lain.

Tulisan Kota Pariaman yang ada pada lambang, menandakan bahwa Pariaman adalah kota otonom. Begitu pula dengan dengan lambang kubah bewarna putih dengan bintang emas di atasnya. Simbol ini memiliki makna jika masyarakat Kota Pariaman berpenduduk muslim dan warna putih menunjukkan kesucian dan keberasihan.

Sedangkan gambar rumah adat bergonjong lima dengan satu pintu, enam jendela dan bewarna kuning, melambangkan jika warga Kota Pariaman bersikap transparan atau terbuka dan berasal dari penghulu Bodi Chaniago dan Koto Pililang.
   
Sedangkan tulisan “Sabiduak Sadayuang” bermakna jika masyarakat Kota Pariaman mementingkan kepentingan bersama (umum), dibandingkan kepentingan pribadi. Sedangkan gambar biduak bewarna hitam dengan layar merah kusumo, menandakan Kota Pariaman terletak di pesisir pantai dan masyarakatnya memiliki ketahanan terhadap hempasan dan berani.
   
Selain gambar, terdapat sejumlah warna dominan pada lambang tersebut. Dalam rancangannya, Alfiandri memaknainya masing-masing. Warna hitam berarti kepemimpinan ninik mamak atau penghulu yang ulet dan tahan uji.

Warna kuning merupakan pemaknaan dari lambang keagunggan dan kemulian. Warna merah melambangkan keberanian dan kegigihan bagi pengemban amanah-tanggung jawab, warna putih menandakan kesucian dan biru melambangkan Kota Pariaman terbentang di pesisir pantai.
   
Alfiandi tidak hanya sebatas perancang lambang daerah Kota Pariaman. Ia tercatat sebagai salah seorang pemuda Kota Pariaman yang terlibat dalam upaya pendirian kota otonom Pariaman. Sebelum Pariaman menjadi Kota otonom, sebagai Sekjen Immapar kala itu, ia kerap dipercayai menjadi koordinator lapangan (korlap) rangkaian aksi mahasiswa menuntut pembentukan kota otonom Pariaman.
   
Social movement yang terjadi kala itu, disebabkan keinginan pemerintah Padangpariaman saat itu ingin mengembalikan kotif Pariaman menjadi bagian dari induk kabupaten Padangpariaman. Keinginan tersebut ditentang masyarakat. LSM, tokoh masyarakat, dan mahasiswa Pariaman pun bergerak.

Disokong tokoh perantauan, gerakan menjadikan Pariaman sebagai kota otonom akhirnya berhasil. Lika-liku dilewati. Mulai upaya tokoh masyarakat, hingga demontrasi besar mahasiswa Immapar/LSM menduduki kantor DPRD Kabupaten Padangpariaman tiga hari-tiga malam.
   
Digunakan rancangannya sebagai lambang daerah Kota Pariaman, menjadi kebangaan tersediri bagi Alfiandri. Meskipun kelak meninggal dunia, lambang Kota Pariaman, ia sebut akan menjadi kebanggaan bagi anak dan cucunya nanti.
   
Tidak banyak harapannya untuk Kota Pariaman yang kian bertambah usia. Di tahun yang ke 16 ini, ia berharap  kota Pariaman menjadi daerah yang maju, masyarakatnya sejahtera. Begitu pula dengan perkembangan wisatanya, harus dibingkai dengan nilai keagamaan. (Nanda)
×
Berita Terbaru Update