Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mukhlis Yang Tidak Pernah Memuji

25 Februari 2016 | 25.2.16 WIB Last Updated 2016-02-25T03:20:03Z




Gelombang mutasi besar-besaran di lingkungan Pemerintahan Daerah Kota Pariaman, Rabu kemarin, dari eselon V hingga eselon II adalah sesuatu yang lumrah. Tidak patut diperdebatkan apalagi hingga dipertanyakan.

Bagi saya pribadi, kutipan pernyataan Walikota Mukhlis Rahman saat melantik pejabat yang menyebut siap untuk tidak populer sebagaimana pimpinan Piaman dahulunya mengusik kesadaran daripada substansi mutasi ratusan pejabat itu. Hampir dipastikan pemimpin yang siap tidak populer dalam mengambil kebijakan yang dia maksud adalah almarhum Kolonel Anas Malik, bupati legendaris Padangpariaman medio 1980 s/d 1990.

Mukhlis secara pribadi dikenal dekat dengan Anas Malik. Dia pernah menjabat Kabag Humas dan Sespri kesayangan Anas Malik. Mukhlis yang saya kenal tidak suka mengumbar isi hatinya tersebut, dengan sedikit pernyataannya itu jelas sudah bahwa Anas Malik sedikit banyak membentuk kepribadiannya dalam memimpin, terutama perihal prinsip dan ketetapan hati dalam mengambil sebuah keputusan.

Jabaran kutipan kalimat Mukhlis, hemat saya, sebuah kebenaran belum tentu bisa diterima secara spontan oleh masyarakat. Hanya waktu yang akan mengujinya sebagaimana yang kita rasakan sebagai warga Piaman atas jasa dan kebijakan Anas Malik yang saat itu dianggap masyarakat sangat tidak populer cenderung otoriter.

Apa yang dilakukan Anas Malik saat itu, kinilah baru kita rasakan manfaat besarnya. Dia teladan bagi siapapun, baik oleh orang yang pernah dekat dengannya bahkan orang yang tidak mengenalnya sama sekali sebagaimana diri saya sendiri dan ribuan generasi muda lainnya.

Merunut periode pertama hingga kedua Mukhlis menjabat walikota, apa yang dia sebutkan ada benarnya perihal siap untuk tidak populer itu. Berbagai kebijakan dia jalankan acap pula mendapat perlawanan dari berbagai pihak. 


Dari kritikan hingga hujatan tidak bijaksana pernah dia terima selaku walikota. Ketika dia menang untuk periode kedua yang tidak disangka-sangka jika merunut hasil survey kala itu, banyak orang menyebut Tuhan sayang kepada Mukhlis atau Pariaman dikehendaki Tuhan dipimpin Mukhlis.

Saya teringat saat gempa 2009 meluluhlantakan Pariaman dan hampir semua daerah di Sumbar. Saat itu Kota Pariaman yang pertama mendirikan posko utama darurat bencana di halaman balaikota. Balaikota saat itu tidak bisa difungsikan lagi akibat kerusakan serius.

Di halaman posko utama itu, lebih acap saya melihat Mukhlis lalu lalang dari siang hingga malam dari pada para Kepala SKPD. Dia tiap hari memantau posko yang dipenuhi oleh tenda-tenda darurat relawan dalam dan luar negeri. 


Tanggap darurat bencana Kota Pariaman dinilai paling sukses dibanding daerah lain kala itu. Perihal tidak pernah memuji diri sendiri, itu yang saya salutkan dari dirinya. Dia tidak pernah mengatakan apapun yang dia lakukan saat gempa 2009 itu.

Kini timbul pertanyaan, kemanakah Mukhlis setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 2018 nanti? Pertanyaan masyarakat itu saya wakili dan sampaikan langsung kepada dia suatu ketika. Saya bahkan menyarankan dia mewakili warga Pariaman di legislatif pusat sebagaimana saran masyarakat lainnya kepada saya.

Jawaban yang saya terima dari Mukhlis saat itu sangat sederhana dan tidak pernah terduga.

"Saya ingin tenang dan jadi pengurus mesjid. Mesjid Agung Pariaman," kata Mukhlis.

Mesjid yang dia maksud adalah mesjid terapung yang diseinnya sudah rampung namun belum juga jelas kapan akan dibangunnya.

Catatan Oyong Liza Piliang

×
Berita Terbaru Update