Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pentingnya Nilai Lingkungan untuk Pembangunan yang Berkelanjutan

1 Januari 2015 | 1.1.15 WIB Last Updated 2015-01-01T04:24:54Z
                                           Oleh Dr. Genius Umar, S.Sos, M.Si


Dalam suatu acara sarasehan Sekolah Adiwiyata tanggal 22 Desember 2014 di Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan RI, juga dihadiri oleh Menteri Pendidikan Nasional Anies Baswedan. Diskusi menarik dari Menteri Anies adalah tentang bagaimana kita melakukan penilaian (apresiasi) terhadap lingkungan.

Nilai lingkungan adalah cara kita mengapresiasi lingkungan, semakin tinggi kita menilai lingkungan maka semakin tinggi kemauan untuk menjaga lingkungan. Sebaliknya semakin rendah nilai lingkungan kita, semakin tidak ada kemauan untuk menjaga lingkungan.

Di Bali, rumah yang memiliki view laut atau sawah akan memiliki harga yang tinggi dibanding dengan rumah yang tidak memiliki view alam yang indah. Pantai dan sawah ini akan dijaga dengan baik oleh masyarakat karena memiliki nilai lingkungan yang tinggi. Restoran yang terletak dekat sawah akan bersedia membayar sewa “view sawah” kepada pemilik sawah agar sawah tersebut tidak di alihfungsikan. Bali mampu melakukan peningkatan kapasitas masyarakat untuk meningkatkan nilai lingkungan melalui mekanisme pasar yang rasional.

Masyarakat Singapura (termasuk anak-anak sekolah) malu membuang sampah ke jalan karena sadar bahwa mengotori jalan akan membuat kota akan rusak. Masyarakat negara tersebut mengapresiasi nilai lingkungan yang tinggi.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menghargai lingkungan? Masih banyak warga membuang sampah di got, sungai, danau, laut. Masih banyak orang dewasa membuang puntung rokok di jalan yang menyebabkan pemandangan kotor, contoh perilaku sebagian orang dewasa yang tidak dapat diteladani oleh anak-anak.

Hal lain yang patut kita renungkan adalah berapa banyak dari kita yang secara sadar menanam pohon yang dapat memperbaiki oksigen di bumi. Mungkin kita lebih banyak menebang pohon daripada menanam pohon disekitar kita? Bahkan kita juga mendiamkan orang lain menebang pohon dan tidak memahami bahwa menebang pohon tersebut akan merusak lingkungan (menyebabkan panas). Ini juga contoh nilai lingkungan kita yang rendah.

Bagaimana dengan anak anak kita, apakah sudah memandang lingkungan hidup itu penting? Kita masih banyak melihat anak-anak membuang sampah jajanannya dijalan, kita juga jarang melihat anak-anak kita membersihkan halaman rumahnya, apalagi secara sukarela memungut sampah yang ada disekitarnya.

Banyak yang kita lihat adalah anak-anak menendang botol atau sampah lainnya untuk bermain. Lagi lagi kita menemukan bagaimana anak-anak kita menilai rendah terhadap lingkungan.

Pendidikan lingkungan di Sekolah

Untuk memberikan apresiasi yang tinggi terhadap lingkungan diperlukan pendidikan lungkungan bagi semua pihak, baik orang dewasa maupun anak anak sekolah. Anak-anak sekolah merupakan pilihan yang paling efektif untuk mendidik masa depan bangsa. Melihat rendahnya apresiasi anak-anak sekolah terhadap lingkungan seperti, anak-anak begitu gampangnya membuang sampah ke jalan, merusak bunga dan perilaku environment destructive (perusalan lingkungan), maka anak-anak memerlukan pendidikan.
 

Solusinya adalah menjadikan sekolah sebagai kawah cadradimuka dalam mengembleng kepribadian anak-anak. Sekolah dijadikan media proses “pembiasaan” anak untuk mencintai lingkungan. Kita ajarkan anak-anak untuk menanam pohon demi fungsi masa depan, kesejukan alam, dan reservoir (penyimpan air). Buah-buahan yang ditanam sekarang akan dinikmati dimasa depan atau secara umum bahwa sikap kita terhadap lingkungan sekarang adalah cerminan “keramahan” alam kepada kita dimasa depan.

Organisasi Pramuka di sekolah, saya pandang sebagai media yang tepat bagi anak anak untuk mencintai alam atau memberikan nilai tingi kepada lingkungan. Media Pramuka ini mengajarkan anak-anak untuk bersikap “ramah” terhadap alam.

Sikap anak anak yang ramah lingkungan ini diharapkan akan dibawa ke rumah masing-masing, sehingga akan ditiru juga oleh keluarganya. Kalau ini terjadi maka akan semakin banyak rumah tangga yang sadar akan nilai penting lingkungan.

Dari sisi kurikulum, perlu dipastikan bahwa kurikulum tersebut memberikan media kepada anak-anak untuk lebih dekat dengan alam. Perlu ada kesempatan kepada anak-anak melakukan proses belajar mengajar (PBM) di alam. System PBM di Ingris misalnya, pada satu hari dalam satu minggu memberikan kesempatan belajar tentang biologi, lingkungan, secara spesifik menyangkut tanaman, peran tanaman bagi alam, aktifitas camping ground dan lain lainnya langsung dilapangan atau di taman kota. Dengan demikian anak akan lebih memiliki apresiasi yang tinggi tentang lingkungan. Beberapa sekolah swasta di Jakarta dan sekitarnya sudah mulai menerapkan PBM seperti ini.

Nilai Budaya dan Kearifan Lokal

 
Dalam Agama dipesankan juga untuk selalu menjaga alam, menanam pohon dan menyakatan bahwa “kebersihan adalah sebahagian dari iman”.

Namun kita kadang lupa dengan pesan tersebut. Pesan tersebut perlu disosialisasikan kembali kepada berbagai kalangan terutama masyarakat melalui tokoh adat, ulama, dan pemimpin di lingkungan nagari, desa. Masyarakat Minangkabau sendiri telah memiliki kearifan local misalnya ikan larangan, hutan larangan yang memberikan nilai tinggi kepada lingkungan.

Ikan larangan adalah melarang masyarakat menangkap ikan pada sungai tertentu dalam waktu tertentu yang telah disepakati bersama, sehingga ikan akan terjaga dan ketika dibuka/panen bersama mampu memberikan nilai ekonomi (uang) yang bisa dipakai untuk pembangunan infrastruktur nagari. Hutan larangan di beberapa desa melarang orang untuk menebang di kawasan hutan tertentu.

Nilai-nilai ini perlu kembali direvitalisasi kedalam kehidupan masyarakat, sehingga semakin menjadin kelestarian lingkungan.

Revitalisasi hukum adat dalam apresiasi terhadap lingkungan sekarang dapat dilakukan misalnya dengan mengelarkan peraturan desa/peraturan nagari hukuman adat bagi orang yang menebang pohon pelindung, atau hutan, merusak sungai dan alam lainnya.

Pemerintah daerah dan Kebijakan Lingkungan

Sekarang sudah mulai banyak pemerintah daerah yang memandang penting lingkungan. Pemerintah Kota Surabaya menjadikan seluruh kota menjadi taman kota yang tersusun rapi dan rindang. Demikian juga Pemerintah Kota Pariaman dengan visi menjadikan Kota Pariaman sebagai kota tujuan wisata yang islami, berbudaya dan berwawasan lingkungan.
Secara jelas wawasan lingkungan sudah merupakan visi kota. Beberapa hal yang telah kami lakukan adalah sedang dilakukan penataan taman kota disepanjang jalan-jalan utama kota, penataan sungai ditengah kota (tahun 2015), kelanjutan penataan kawasan eko wisata dan kawasan penangkaran penyu, pembuatan zonasi kawasan konservasi di pesisir Kota Pariaman termasuk kawasan pulau-pulau kecil di depan Pariaman (Pulau Kasiak, Pulau Angso, Pulau Tangah, Pulau Ujuang).

Penantaan kawasan alam tersebut adalah dalam rangka pembangunan pariwisata dengan mengedepankan aspek lingkungan hidup.

Sekarang ini kami tengah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang nilai penting dari lingkungan yang nantinya sangat bermanfaat kepada ekonomi masyarakat. Dalam arti kata harus ada trade off (keseimbangan) antara aspek ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial bahwa pembangunan lingkungan (ekologi harus mampu memberikan dampak kepada perbaikan ekonomi masyarakat dengan tetap memperhatikan kondisi kearifan local dan social budaya masyarakat setempat.

Misalnya pembangunan kawasan penyu di Pariaman sekarang ini sudah mulai dikembangkan kerajinan-kerajinan dengan motif penyu yang dibuat oleh masyarakat dan bisa dijual di kawasan konservasi penyu. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam program eko wisata (konservasi penyu) menjadi penting.
Mainstreaming (peng-arus-utamaan) lingkungan merupakan suatu metode untuk membangkitkan cara pandang kita tentang lingkungan hidup yang merupakan sumber kehidupan.

Arena itu keterlibatan berbagai pihak dalam menjaga lingkungan sangat diperlukan seperti pemerintah, kalangan pendidikan dan anak, masyarakat, kalangan swasta, kelompok agama dan lain-lainnya. (***)
×
Berita Terbaru Update