Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Hadiri Maulud Nabi di Padangpariaman, Hasyim Muzadi Sebut Beda Wali Allah dengan Wali Jenggotan

18 Januari 2015 | 18.1.15 WIB Last Updated 2015-01-18T13:30:49Z




Ajaran agama Islam itu sungguh hebat. Hanya saja orang-orang Islam yang berjarak dengan ajaran Islam. Sehingga akibatnya banyak orang Islam rusak. Mereka bertentangan dengan ajaran Islam yang hebat itu.

Rais Syuriah PBNU KH Hasyim Muzadi mengungkapkan hal itu pada tabligh akbar dalam rangka peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Pakandangan, Kecamatan VI Lingkung, Kabupaten Padangpariaman, Propinsi Sumatera Barat, Minggu (18/1/2015). Menurut Hasyim ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah tidak pernah mengkafirkan orang lain. Tapi ada ulama yang dengan gampang mengkafirkan orang lain.

“Disinilah bedanya wali Allah dengan wali jenggot. Wali Allah tidak mau mengkafirkan orang lain. Jika memang ada yang kafir maka akan diajak betul ke Islam. Ini kan tidak, jika berbeda saja dengan pendapatnya langsung dikafirkan,” kata Hasyim mantan Ketua Umum PBNU ini.

Hasyim juga menyebutkan, ada kelompok bernama ISIS yang katanya menegakkan syariat Islam. Dari Indonesia mereka datang ke negara Islam, memerangi orang-orang Islam. Kalau memang menegakkan Islam seharusnya ke negara yang bukan Islam. Tapi bukan dengan cara membunuh orang lain.

“Jika ajaran Islam berbuat baik itu dengan menyantuni anak-anak yatim. Ini mereka malah memproduksi anak yatim dengan membunuh orang Islam sendiri,” kata Hasyim yang disambut tawa hadirin.  

Kenapa mereka sampai melakukan tindakan tersebut? Alasannya, saya ini Islam yang lain tidak Islam. mereka harus diperangi. Ini memang keliru sekali, kata Hasyim.

Terkait dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad Saw., kata Hasyim Muzadi, bagaimana sebagai umat Islam dapat meneladaninya. Bukan hanya mengajarkan peringatan maulud nabi ini, tapi bagaimana kita meneladani sosok Nabi Muhammad Saw. Teladan di sini bisa menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Dulu, kata Hasyim, orang belajar dari rumah ke pesantren. Dari pesantren langsung pula ke rumah. Sehingga banyak tokoh nasional lahir dari ranah Minang ini. Tapi kini orang belajar belum tentu dari rumah ke pesantren. Boleh jadi mereka dari rumah ke mall-mall. Di sisi lain,  juga terjadi putus hubungan komunikasi antara anak dengan orang tuanya.

“Konsep Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK) yang ada di Minang membuktikan Islam bisa menerima budaya lokal dalam menjalankan kehidupan beragama. Ini sesuai dengan pemahaman keagamaan Imam Syafei yang menerima budaya lokal sejauh tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadist. Artinya, bila sesuatu tidak diatur dengan tegas di dalam Al Qur’an dan hadist, ya boleh dilakukan bagaimana baiknya untuk urusan umat,” kata Hasyim menambahkan.

Sebelumnya, turut memberikan sambutan Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim, Bupati Padangpariaman Ali Mukhni, dan Ketua Yayasan Pesantren Nurul Yaqin Idarussalam. Tampak hadir A’wan PBNU Buya Tuanku Muhammad Leter, Ketua PBNU Prof. DR. Maidir Harun, Kepala Kemenag Propinsi Sumbar Syahrul Wirda, Ketua PWNU Sumbar Maswar, Ketua PCNU Padangpariaman Abdul Hadi, pejabat Kabupaten Padangpariaman, orangtua santri, majelis taklim dan ribuan jamaah lainnya. 

AT
×
Berita Terbaru Update