Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pariaman Kota Tujuan Wisata Bahari

29 Desember 2014 | 29.12.14 WIB Last Updated 2014-12-29T15:03:50Z


Foto: Labuang (labuhan) Pulau Kasiak, by Oyong Liza Piliang.

Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman dibawah duet kepemimpinan Walikota (Wako) Mukhlis Rahman dan Wakil Walikota (Wawako) Genius Umar terus bergerak cepat mengimplementasikan visi misi dan program kerja yang pernah ditawarkan saat masa kampanye Pilkada 2013 lalu.

Salah satunya visi bidang pariwisata. Visi tersebut telah dituangkan ke dalam peraturan daerah (Perda) tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pariaman 2013-2018  yakni Pariaman Sebagai Kota Tujuan Wisata Budaya dan Ekonomi Kreatif. 

Mewujudkan visi tersebut, berbagai upaya, langkah, kebijakan dan program kerja telah dan terus dijalankan Pemko Pariaman. Targetnya bagaimana membenahi, meningkatkan dan mengembangkan potensi pariwisata yang ada serta bagaimana wisatawan bisa ramai datang berwisata ke daerah tersebut.

Infrastruktur pendukung kepariwisataan, terutama sarana prasarana dan fasilitas publik di kawasan objek wisata dibangun, dibenahi dan ditingkatkan. Akses jalan menuju sejumlah kawasan objek wisata telah bagus, akses wisata ke pulau dibuka dan moda transportasi juga sudah cukup memamadai.

Pemerintah daerah juga terus berupaya mendorong adanya perubahan paradigma (mindset) masyarakat menghadapi dinamika geliat pariwisata. Baik melalui penyuluhan, sosialisasi, pelatihan maupun upaya persuasif lainnya. Intinya, bagaimana masyarakat Pariaman siap menerima kunjungan wisatawan.

Disisi lain, mendukung geliat pengembangan pariwisata, pemerintah daerah juga terus membangun jaringan dengan kalangan swasta maupun pihak ketiga lainnya. Tujuannya bagaimana merangkul masuknya investasi ke Pariaman, khusus investasi di sektor jasa perhotelan dan restoran serta usaha jasa lainnya.

Geliat Pariwisata

Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai, berada di pantai Barat Pulau Sumatera dengan ketinggian antara 2 sampai 35 meter diatas permukaan laut (mdpl). Wilayah administratifnya terdiri dari daratan dan perairan laut. Luas wilayah perairan hampir lima kali lipat luas daratan.

Luas wilayah administrasi daratan mencapai 73,36 kilometer persegi. Sedangkan, luas wilayah perairan mencapai 282,69 kilometer persegi. Pariaman memiliki garis pantai sepanjang 12,7 kilometer yang membentang dari bagian Utara sampai ke Selatan pantai Barat Sumatera.

Di sepanjang garis pantai terdapat sejumlah titik kawasan yang telah dikembangkan sebagai objek wisata. Mulai dari bagian Utara di Nareh ada Pantai Belibis, terus ada Pantai Mangguang dengan Pusat Penangkaran Penyu, Pantai Pauah, Pantai Gandoriah, Pantai Cermin, Pantai Kata dan Pantai Sunur.

Wilayah perairan laut seluas 282,69 kilometer persegi didalamnya terdapat lima gugusan pulau kecil tak berpenghuni, Pulau Ansoduo, Pulau Kasiak, Pulau Ujuang, Pulau Tangah dan Pulau Bando. Masing-masing pulau memiliki potensi dan pesona keindahan pemandangan dan wahana bawah laut menjanjikan.

Upaya Pemko Pariaman membangkitkan kembali ruh pariwisata, khususnya potensi wisata bahari mulai menuai hasil. Indikasi bisa dilihat dari peningkatan arus kunjungan wisatawan ke Pariaman. Tiap akhir pekan dan pada hari-hari libur jumlah kunjungan wisatawan terus mengalami lonjakan. 

Lonjakan arus kunjungan wisatawan barometernya bisa ditakar dari tingginya pengguna jasa kereta api wisata dari Padang ke Pariaman. Data PT. KAI Divre II Sumbar, sedikitnya tercatat ada 1.500 sampai 2.000 orang penumpang kereta api dari Padang ke Pariaman tiap akhir pekan.

Indikasi meningkatnya jumlah arus kunjungan wisatawan ke 'Kota Sala Lauak' juga bisa ditakar dari terjadinya lonjakan jumlah peminat paket wisata khusus ke Pulau Ansoduo maupun wisata ke pulau-pulau lain yang ada di pesisir pantai Pariaman. 

Data beberapa pengelola usaha jasa moda transportasi ke pulau, tiap Sabtu dan Minggu tak kurang dari 300 sampai 600 orang wisatawan menggunakan jasa perahu mereka untuk datang menikmati keelokan pemandangan Pulau Ansoduo, Pulau Ujuang, Pulau Tangah maupun keindahan Pulau Kasiak.

Sepekan libur Lebaran Idul Fitri 1435 H kemarin, jumlah kunjungan wisatawan ke pulau meningkat sangat drastis. Tiap hari rata-rata ada 1.000 sampai 1.500 orang menggunakan jasa perahu untuk datang berwisata ke pulau dengan tiket Rp35 ribu pulang pergi.     

Begitu pula dengan arus kunjungan wisatawan ke kawasan objek wisata Pusat Penangkaran Penyu yang berlokasi di Pantai Mangguang, Kecamatan Pariaman Utara. Data buku tamu UPTD Pusat Penangkaran Penyu mencatat pada musim lebaran kemarin, tak kurang dari 1.000 orang berkunjung melihat penyu.

Potensi Bahari

Pulau Ansoduo, pulau ini memiliki luas 5,13 hektare. Berada persis di depan Pantai Gandoriah. Di dalamnya terdapat sebuah situs sejarah bernama 'Kuburan Panjang'. Kuburan Panjang sendiri diduga adalah makam Katik Sangko seorang syech penyebar Islam di pesisir Barat Pariaman dulunya.

Pulau Ansoduo memiliki bibir pantai yang landai dengan pasirnya yang halus. Di bibir pantai bagian Timur dan Selatan terdapat hamparan terumbu karang, meski kondisinya sedikit rusak. Jika pasang laut sedang surut, karang-karang tersebut akan muncul ke permukaan.

Berbagai fasilitas pendukung pariwisata telah dibangun Pemko Pariaman di Pulau Ansoduo. Antara lain, rumah singgah nelayan, mushalla, sumber air bersih dan jalan setapak dibawah rerimbunan pepohonan, termasuk akses transportasi wisatawan. Pulau ini ramai dikunjungi wisatawan saat akhir pekan.

Pulau Ansoduo cocok jadi tempat liburan keluarga. Jaraknya hanya 10 menit perjalanan laut dari dermaga Muaro Pariaman. Sayangnya di pulau ini belum ada aktifitas permainan yang bisa dilakukan wisatawan. Alangkah bagusnya jika di Pulau Ansoduo tersedia pula aneka permainan air dan peralatan snorkling.

Pulau Ujuang, terletak di bagian ujung arah Selatan deretan pulau di Pariaman. Pulau Ujuang luasnya 3,94 hektare merupakan gugusan pulau asri. Pulau ini biasa dikunjungi oleh nelayan pemancing ikan atau nelayan yang melabuhkan perahu. Jaraknya sekitar 20 menit perjalanan laut dari Muaro Pariaman.

Pulau Ujuang memiliki pantai yang landai. Pasir pantainya putih jernih, air lautnya berwarna biru bersih. Di bagian tubir Pulau Ujuang arah ke Timur dan tubir arah Utara di kedalaman 5 sampai 15 meter terdampar sebuah taman terumbu karang dengan beraneka jenis dan warna.

Selain punya spot lokasi memancing, Pulau Ujuang dengan keindahan taman bawah laut terumbu karang, sejak beberapa waktu belakangan banyak diminati oleh pehobi olahraga menyelam. Sayangnya, ketersediaan air tawar dan fasilitas kamar mandi serta toilet di pulau ini jadi kendala bagi wisatawan. 

Letaknya yang jauh, terpencil dari aktifitas wisatawan kebanyakan serta didukung oleh kondisi alam asri dan potensi terumbu karangnya yang masih terjaga, Pulau Ujuang cocok dikemas jadi kawasan wisata minat khusus, seperti wisata menyelam atau snorkling. Tinggal lagi bagaimana menyediakan fasilitas.

Pulau Kasiak, pulai ini terletak paling ujung di bagian Utara dari deretan pulau yang ada di perairan Pariaman. Pulau Kasiak memiliki luas 1,25 hektare. Jaraknya sekitar 25 menit perjalanan laut menggunakan perahu boat dari dermaga Muaro Pariaman. 

Pulau Kasiak memiliki view laut yang indah dengan hamparan pantai berkoral kecoklatan serta halaman pulau yang ditumbuhi beraneka jenis terumbu karang. Sayangnya, tingkat kerusakan terumbu karang di pulau ini cukup tinggi. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya bangkai karang berserakan di pantai.

Di Pulau Kasiak terdapat menara mercusuar setinggi 40 meter sebagai rambu lalulintas transportasi kapal laut. Terdapat juga bangunan perumahan petugas penjaga mencusuar, lengkap dengan segala fasilitasnya. Pulau ini dihuni oleh 2 orang petugas penjaga mercusuar.

Pulau Kasiak kini juga dikembangkan oleh Pemko Pariaman sebagai Pusat Penangkaran Penyu. Pantai pulau ini kerab dijadikan oleh penyu sebagai lokasi bertelur. Untuk menjaga kelestarian habitat hewan langka tersebut, di Pulau Kasiak kini dibangun tempat penetasan telur penyu. 

Pulau Kasiak ramai dikunjungi wisatawan. Selain ada fasilitas pendukung seperti ketersedian air bersih untuk membilas badan sehabis berenang, keberadaan pulau ini juga relatif tenang. Wisatawan yang datang ke Pulau Kasiak tujuannya untuk menenangkan pikiran dan pada malam hari bisa melihat penyu bertelur.  

Pulau Tangah, pulau ini luasnya 6,58 hektare, terletak antara Pulau Ansoduo dan Pulau Ujuang. Pulau ini jarang dikunjungi wisatawan. Salah satu kendala yakni faktor sulitnya melabuhkan perahu karena tingginya karang di perairan pantai. Selain itu kondisi pulau hanya berupa rimba pepohonan saja.

Pulau Tangah selama ini hanya dikunjungi oleh nelayan atau pemancing, gugusan karang yang ada di pulau ini merupakan sarang bagi ikan-ikan kecil. Bibir pantai arah ke Timur atau arah ke daratan merupakan lokasi berlabuhnya perahu-perahu besar pencari ikan untuk menghindari badai.

Pulau Bando, pulau ini dikenal juga dengan nama Pulau Pandan. Dalam sya'ir lagu Minang dinukilkan, 'Pulau Pandan Jauah Ditangah, Dibaliak Pulau Ansoduo'. Sesuai sya'ir lagu itu, letak Pulau Bando memang jauh ke tengah lautan. Jaraknya 45 menit perjalanan dengan perahu dari Muaro Pariaman.

Sejauh ini belum ada data resmi tentang profil Pulau Bando dibuat oleh pihak DKP Pariaman. Pulau ini merupakan gugusan karang terjal. Luasnya hampir sama dengan luas Pulau Tangah. Pulau ini ditumbuhi pepohonan liar dan kelapa. Pulau ini berlabuh perahu nelayan untuk menghidari badai.

Lumba-Lumba dan Penyu

Keberadaan pulau-pulau kecil dengan segala keindahan dan keunikannya yang telah menjadi aset kekayaan wisata bahari Pariaman bertambah menarik dengan kehadiran satwa laut ikan Lumba-Lumba dan kehadiran berbagai jenis Penyu di perairan pantai maupun di pulau-pulau. 

Lumba-lumba sering muncul berlompatan secara bergerombolan di sekitar perairan pantai maupun di perairan pulau-pulau yang ada di Pariaman. Kehadiran hewan laut langka yang dilindungi ini selalu menarik perhatian warga maupun pengunjung pantai. Menurut nelayan jumlah Lumba-Lumba ini ribuan ekor. 
  
Sayangnya, fenomena kehadiran Lumba-Lumba secara periodik ke perairan pantai dan pulau di Pariaman masih dianggap sebagai peristiwa biasa. Kehadiran hewan langka itu belum dikemas menjadi aset wisata bahari yang layak dan bahkan mungkin paling laku dijual kepada para wisatawan.  

Sebagai perbandingan, di kawasan objek wisata Pantai Karimun Jawa, di objek wisata pantai di Lombok maupun pantai-pantai lainnya di Indonesia, untuk bisa menyaksikan aksi gerombolan Lumba-Lumba, wisatawan harus merogeh kocek dalam-dalam yang nilai bisa mencapai jutaan rupiah.

Tak hanya berbiaya mahal, untuk menyaksikan aksi Lumba-Lumba di objek wisata di daerah lain tersebut, wisatawan harus berjuang dulu melawan ganasnya ombak, ditambah pula dengan jarak tempuh perjalanan laut yang memakan waktu berjam-jam. Begitu berat tantangannya. Tapi peminatnya tetap tinggi.

Ketika di daerah lain wisatawan harus berjuang berat untuk sekedar bisa menyaksikan dan mengabadikan fenomena kehadiran ribuan Lumba-Lumba, di Pariaman hewan laut langka itu justru muncul dan menari-nari secara periodik di perairan pantai dan pulau. Namun, belum dijadikan aset wisata.

Gerombolan Lumba-Lumba bisa dijinakan dengan cara diberi makan secara rutin di satu spot tertentu. Jika sudah terbiasa diberi makan, ikan-ikan langka tersebut biasanya akan sering hadir di spot tersebut. Bahkan, di beberapa daerah kehadirannya bisa dipanggil hanya menggunakan tiupan pluit.

Di Pariaman, tak diberi makan saja, Lumba-Lumba telah bermurah hati muncul ke perairan pantai dan pulau dan bisa pula menghibur warga dan wisatawan. Bisa dibayangkan betapa menariknya, jika kehadiran gerombolan Lumba-Lumba itu dikelola dan dikemas secara profesional menjadi atraksi wisata. 

Begitu pula dengan kehadiran berbagai jenis Penyu. Kini menyaksikan Penyu dan proses penetasan telur Penyu jadi Tukik (anak Penyu) sampai jadi Penyu dewasa, wisatawan tak perlu jauh-jauh ke pulau, di Pariaman telah dibangun Pusat Penangkaran Penyu di Pantai Mangguang, Kecamatan Pariaman Utara. 

Di Pusat Penangkaran Penyu yang dikelola DKP tersebut, selain bisa menyaksikan berbagai jenis Penyu, diantaranya Penyu Lekang, Penyu Hijau, Penyu Sisik dan lainnya, wisatawan juga bisa berpartisipasi melepas Tukik (anak Penyu) ke laut dengan biaya Rp10 ribu per-ekor.

Ubah Minset 

Lima pulau dengan segala potensi keindahan dan keelokan pemandangan bawah lautnya plus potensi satwa laut langka Lumba-Lumba dan berbagai jenis Penyu sangat potensial dikemas menjadi pendukung Pariaman sebagai kota tujuan wisata bahari. Ini aset besar yang belum tergarap maksimal.

Jika potensi kekayaan bahari itu dikembangkan lebih baik lagi, fasilitas, sarana dan prasarana pendukung disediakan dengan baik, akomodasi mudah dan murah diakses, lalu paket wisata dikemas secara menarik dan profesional, tentu ini akan layak dijual mahal kepada para wisatawan.

Saatnya merubah mindset. Potensi pariwisata Pariaman bukan khasanah budaya saja, tapi aset wisata masa depan itu adalah potensi kekayaan bahari. Wisata bahari sendiri merupakan bagian dari green tourism yang merupakan trend kebutuhan wisata manusia abad modern.

Lanskap pantai dan gugusan pulau dengan pemandangan nan indah dan eksotis, berpasir putih halus dan air lautnya nan biru, kehidupan bawah laut berupa biota dan terumbu karang berbagai jenis plus kehadiran satwa laut langka Lumba-Lumba dan Penyu adalah aset kekayaan bahari yang tak terhingga. 

Potensi kekayaan wisata bahari yang dimiliki Pariaman itu harus didata dan disajikan dalam sebuah konsep masterplan yang jelas, lalu masterplan itu bertahap diimplementasikan, baik melalui peran pemerintah daerah maupun peran pihak investor.

Selanjutnya, konsep masterplan potensi bahari itu diperkenalkan kepada masyarakat maupun kepada publik di dunia luar. Dari sini diharapkan akan muncul kesadaran dan rasa kecintaan warga terhadap aset wisata daerah. Jika rasa cinta sudah ada, dengan sendirinya warga terdorongan menjaganya.

Terakhir, tugas pemerintah daerah memainkan peran mewujudkan mimpi-mimpi besar menjadikan Pariaman sebagai kota tujuan wisata bahari. Semua daya dan upaya harus dilakukan. Semua jajaran dan stakeholder harus bergerak serentak dalam satu koridor tujuan yang sama mewujudkan visi pariwisata daerah. (*)

Penulis: Tomi Syamsuar Dt. Tanbijo, wartawan Singgalang
Juara II Jurnalis Award Kota Pariaman


×
Berita Terbaru Update