Ratusan santri Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Ringan-Ringan, Pakandangan Kabupaten Padangpariaman melepas keberangkatan dua
santri/alumninya melanjutkan pendidikan ke University Al Ahqaff, Yaman, di
halaman pesantren setempat, Senin (20/10/2014). Masing-masing Rismandianto Tuanku Parmato
Marajo Nan Alim, S.Pd.I dan Irvan Eko Juanda Tuanku Malin Palito Nan Sati. Pelepasan
juga dihadiri pimpinan, majelis guru dan tata usaha Pesantren Nurul Yaqin.
Upacara pelepasan
dipimpin Kepala Tata Usaha/Sekretariat Pondok
Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan M. Asyraful Anam Tuanku Bagindo dan dilepas oleh Wakil Pimpinan Pesantren Nurul
Yaqin Drs. Al-Muhdil Karim Tuanku Bagindo. Rismandianto
kelahiran 19 Desember 1989 di Aripan, Solok, masuk Nurul Yaqin tahun 2002. Tamat
tahun 2008, langsung menjadi guru di Nurul Yaqin. Sedangkan Irvan Eko,
kelahiran 27 September 1993 di Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar.
Menurut Risman,
di University Al Ahqaff akan mengikuti perkuliahan di Fakultas Syariah jurusan
Syariah wal Qanun (hukum tata negara). Sebelumnya, calon mahasiswa mengikuti
tes di Palembang 1 Mai 2014. Pemberitahuan lulus pada 10 Juni 2014. “Insya
Allah Kamis (23/10/2014) berangkat ke Yaman dari Jakarta bersama calon
mahasiswa lainnya. Kami dikumpulkan di PP Ashidiqiyah II Tangerang. Informasi yang
kami terima, hanya 2 orang dari Kabupaten Padangpariaman,” kata Risman.
Selama menempuh
pendidikan di Yaman, mahasiswa diberi beasiswa yang meliputi biaya pendidikan,
makan, dan tempat tinggal. Sedangkan biaya sehari-hari diluar tiga komponen
tersebut menjadi tanggungjawab pribadi. “Meski bebas biaya pendidikan,
masing-masing calon mahasiswa harus menyediakan uang sebesar 2.500 dollar US
atau sekitar Rp 30 juta saat mendaftar. Dana ini digunakan untuk biaya
keberangkatan dan kepulangan. Lama pendidikan S1 lima tahun untuk laki-laki dan
4 tahun untuk perempuan,” kata Risman.
Alasan memilih
pendidikan ke Yaman, kata Risman, pertama kualitas pendidikan agama lebih
menonjol, terutama fiqh mazhab Imam Syafii. Kedua, melihat alumni tamatan di
sana kaliber ilmunya sangat mumpuni. “Semula saya ingin melanjutkan ke Mesir. Namun
banyak kendala, termasuk keluarga dan guru-guru di pondok Nurul Yaqin merasa
keberatan,” kata Risman.
Berbeda dengan
Risman, Irvan sejak kelas IV di Pondok Pesantren Nurul Yaqin sudah termotivasi
melanjutkan pendidikan ke Mesir atau Yaman. “Tapi saya akhirnya lebih condong
ke Yaman. Karena suasana belajarnya hampir sama dengan di pesantren. Namanya
saja universitas, tapi gaya pondok, agak tertutup. Mahasiswa yang mau tamat
harus menulis skripsi. Berbeda dengan di Mesir, sistem kuliah agak terbuka,
tanpa skripsi. Selain itu, mahasiswa laki-laki dan perempuan dipisah,” kata
Irvan yang sempat kuliah di STIT Syech Burhanuddin 1 semester.
Kini sudah
ada dua orang alumni Nurul Yaqin Ringan-Ringan yang belajar di University Al
Ahqaff Yaman, yakni Musawardi Tuanku Sidi dan Ismail. “Pelepasan dua orang alumni
ke Yaman ini diharapkan menjadi motivasi bagi santri untuk tekun belajar,” kata
Anam menambahkan.
AT