×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Progress Terpadu Menjadikan Sumatera Barat Sebagai Destinasi Wisata Bertaraf Internasional

15 Juli 2014 | 15.7.14 WIB Last Updated 2014-07-15T07:12:55Z



Banyak tulisan dan pengalaman para pengunjung mengatakan bahwa Sumatera Barat merupakan daerah yang sangat elok pemandangan alamnya, sangat anggun, dan indah budayanya. Dan paling sering juga terucap, sangat enak makanannya. Alam Minangkabau memang di bekati-NYA.

“Sumatera Barat dibuat ketika Tuhan sedang tersenyum” (Sapta Nirwandar Wamen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).

Alam Sumatera Barat terdiri dari gugusan gunung dan bukit barisan, gunung marapi dan singgalang nan elok nian, kawasan pantai yang berjejer dari pesisir pantai selatan hingga utara, seperti pantai sepanjang Pesisir Selatan, pantai Padang, pantai Pariaman, Tiku, sampai ke Pasaman, semuanya menyajikan pemandangan yang mengagumkan karya  sang Pencipta. Tak hanya itu, wisata bawah laut yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kota Pariaman tak kalah memikat. Dengan potensi wisata yang sangat lengkap dimiliki oleh Sumatera Barat, seyogyanya Sumatera Barat menjadikan Pariwisata menjadi sektor andalan yang akan mendrive pertumbuhan ekonomi masyarakatnya.

Konsep pariwisata memang harus dilihat dari satu kesatuan terpadu antar Kabupaten Kota se Sumatera Barat. Pariwisata Sumatera Barat tidak bisa dipandang secara parsial dengan hanya melihat dari sisi satu kabupaten atau kota saja. Keragaman produk pariwisata lintas kabupaten/kota akan menjadi strategi jitu untuk menarik para wisatawan untuk lebih lama tinggal di ranah ini.

Pandangan penulis adalah Propinsi Sumatera Barat harus dapat menjadi main gate (pintu utama) dan main marketer (pemasar utama) pariwisata kabupaten/kota. Harus ada pengaturan kebijakan atau kesepakatan antara masing masing kabupaten/kota dengan koordinator provinsi untuk menjadikan destinasi pariwisata masing masing daerah menjadi saling berhubungan (linkage), terpadu, dan tidak saling mematikan. 


Misalkan begini, ketika suatu daerah membuat arena water-boom, biasanya diikuti juga oleh daerah yang lainnya, sehingga akan terjadi pasar jenuh dan saling mematikan. Alangkah eloknya kalau setiap daerah memiliki destinasi yang saling mendukung dan menampilkan karakteristik daerah masing-masing sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Belajar dari Tour de Singkarak

Tour de Singkarak (TdS) merupakan  event olahraga tahunan pariwisata internasional tiap Juni di Sumatera Barat. Banyak kalangan yang memuji keberhasilan Sumatera Barat yang mendapat fasilitas khusus dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun banyak juga kalangan yang menyatakan keberhasilan TdS belum mencapai hasil yang diharapkan untuk meningkatkan kunjungan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di Sumatera Barat.

Namun demikian, TdS sebagai ivent sport tourism tetap berdampak positif bagi pariwisata Sumatera Barat antara lain adalah:

Pertama, TdS telah mampu menunjukan bagaimana menyusun destinasi pariwisata yang saling berhubungan dalam wilayah Propinsi Sumatera Barat dengan kelebihan masing masing daerahnya, mulai dari wisata bahari di kawasan pesisir pantai sampai ke kawasan dataran tinggi dengan pemandangannya yang memukau. Semua daerah itu menjadi terpadu yang disusun dalam bentuk rute tour. Ini adalah pondasi yang cemerlang dari penggagas TdS, dan semestinya menjadi penggerak destinasi wisata pasca TdS.

Kedua, TdS telah mampu memberikan daya ungkit untuk pemasaran dan promosi pariwisata Sumatera Barat. pengenalan kepada dunia internasional tentang sumberdaya alam sumatera barat yang sangat indah, seperti danau, pantai, sungai, gunung, keramahan masyarakat dan kebudayaan yang miliki (endemik). Event  ini telah banyak membantu Sumatera Barat dalam mempromosikan pariwisata.

Berbagai daerah baik yang sudah terkenal atau yang belum terkenal oleh kalangan pebisnis pariwisata sekarang menjadi lebih dikenal. Kita ingat pendapat  ahli marketing bahwa biaya promosi suatu produk memang mahal. Kita beruntung dengan keberadaan TdS secara langsung mempromosikan pariwisata Sumatera Barat ke jantung promosi wisata internasional, melalui berbagai media nasional dan internasional. Cuma, yang masih belum bergerak adalah peran masyarakat dalam event tersebut. Masyarakat seolah olah hanya jadi penonton acara akbar tersebut.

Ketiga, tata kelola Pariwisata. Moment TdS bisa dijadikan sebagai acuan untuk melihat standar kesiapan masyarakat Sumatera Barat dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan di-implementasikan pada tahun 2015 ini. Siap tidak siap masyarakat sumatera barat harus menghadapi era perdagangan bebas asean 2015.
Kalau kita mampu melaksanakan even yang berstandar internasional semacam TDS dengan baik maka Sumatera Barat seyogyanya mampu bersaing di gelanggang Asia Tenggara. 


Kita sebagai pemilik daerah belum terbiasa mengelola even internasional. Event TdS yang motori oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menunjukan manajemen even yang profesional dan telah melakukan transfer ilmu ke pemerintah daerah terutama tentang standar, disiplin, keamanan dan lain lain. Hal tersebut mestinya dapat menjadi modal bagi pemerintah daerah dan masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata nantinya.

Pelajaran dari negara tetangga

Berkaca dari kekuatan negara-negara ASEAN lainnya tentang kesiapannya menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) tahun 2015 ini, misalkan Malaysia. Pemerintah nasional Malaysia secara institutional sudah secara massif mengkampanyekan bahwa Malaysia adalah gerbang ASIA (terutama asia tenggara, tengah dan selatan). Malaysia diakui berhasil mempromosikan negaranya tersebut. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan Asia ke malaysia setiap tahunnya dalam statistik.

Tahun lalu, saya menghadiri Bangladesh International Tourism Fair di Dhaka Ibukota Bangladesh. Acara ini merupakan pertemuan tahunan para pebisnis pariwisata (provider) dari Asia, Eropa dan Amerika. Malaysia mengirim delegasi ke Banglades tersebut dipimpin Kementrian Pariwisata Malaysia sedangkan Indonesia tidak mengirim delegasi sebagaimana negara tetangga kita itu.

Pertanyaan terbesar di benak saya kenapa Malaysia begitu antusias mempromosikan pariwisatanya ke Banglades, bukankah Banglades adalah negara miskin? Alhasil, ternyata Banglades adalah pasar pariwisata yang terbesar bagi Negara malaysia.

Analisanya Bangladesh berpenduduk 130 juta jiwa dengan kelas menengah sebesar 30 persen, berarti sekitar 43 juta, memiliki kebiasaan liburan ke luar negeri.  Dari kelas menengah ini malaysia dengan slogan “Malaysia Truly Asia” dengan 60 acara wisata dan festival telah berhasil mengaet sampai angka 30 persen atau sekitar 14 juta warga Banglades mengunjungi Malaysia setiap tahunnya.

Coba bayangkan berapa banyak devisa yang masuk ke malaysia, cuma dari satu negara Banglades yang kita anggap bukan pasar potensial. Data secara keseluruhan yang bertamu ke Malaysia menunjukan industry pariwisata Malaysia selama 2011-2013 tumbuh 8 persen dengan perolehan devisa sebesar US$ 22,4 milyar.

Negara kita lebih menyukai melobi bangsa eropa yang dianggap lebih kaya dibanding negara asia lainnya, seperti Banglades, India, dan negara-negara Asia tengah lainnya, bahkan Iran sekarang sedang bangkit pariwisata islaminya. Khusus Iran, sekarang ini pasar wisata Iran juga sedang digarap secara optimal oleh Malaysia, lagi-lagi kita terlambat.

Wisatawan eropa secara kuantitas/jumlahnya lebih sedikit menurut penulis. Potensi ini belum begitu kuat untuk tahap sekarang, kecuali untuk wisatawan berasal dari kalangan mahasiswa yang memerlukan program internship atau magang ke luar negeri. Peluang ini bisa diambil oleh Indonesia atau Sumatera Barat khususnya.

Saya sengaja menulis ini, karena sudah menjadi bagian dari eksekutif yang memang konsen dengan kebijakan pariwisata sebagai penunjang ekonomi masyarakat. Namun yang diharapkan adalah sedikitnya tulisan saya ini memberikan masukan untuk mengingatkan kita semua.

Pertama, pariwisata adalah industri yang dapat menjadi tonggak utama ekonomi Sumatera Barat, namun yang diperlukan integrasi/keterpaduan antar Kabupaten/Kota se Sumatera Barat dengan koordinator Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan pola single entry dan single marketing pada level Sumatera Barat yang akan berdampak kepada keberagaman destinasi dan produk pariwisata ranah minang yang akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Sumatera Barat. Hal ini sebagian sudah dilakukan seperti dalam acara TdS.

Kedua, perlu penataan destinasi yang saling mendukung antar kabupaten/kota, misalnya antara wisata pesisir laut dengan wisata penggunungan, arena wisata water boom dengan arena penunjang yang berbeda antar kabupaten/kota, sehingga menghilangkan kesan saling membunuh menjadi saling mendukung.

Ketiga, peningkatan kapasitas SDM dan jaringan untuk birokrasi pariwisata dan pengusaha pariwisata sangat diperlukan untuk kesiapan Sumatera Barat mengikuti dunia Pariwisata Global.

Keempat, perhatian semua stakeholder bahwa pengembangan dunia pariwisata adalah tugas kita semua, pemerintah, masyarakat dan kalangan swasta. Tanpa dukungan ketiga stakeholder di atas, impian kita untuk menjadikan Sumatera Barat sebagai salah satu destinasi wisatawan domestik dan Internasional hanyalah sebuah mimpi semata.

Dr. Genius Umar, S.Sos, M.Si, Wakil Walikota Pariaman
×
Berita Terbaru Update