Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sorga di Pelupuk Mata

29 April 2014 | 29.4.14 WIB Last Updated 2014-04-29T07:15:24Z





"Hah..!? Ini Sorga.. Ini Sorga..!" Pekik Baby Jim Aditya, saat speedboad warna orange yang terbuat dari bahan fiberglass itu baru hendak merapat di bibir pasir halaman pulau ujung yang saking halusnya itu tak mungkin bisa di sayak lagi. Pasirnya berwarna putih sedikit ke kuning-kuningan. Pulau dengan luas lebih kurang 1 hektare tersebut ditumbuhi dominan pohon kelapa yang menjulang. Air pantai halaman pulau ujung berwarna biru dan hijau. Hijau menandakan air dangkal, sedangkan biru air dalam. Air lautnya tenang tanpa ombak, berkilat kilat bak marmer saat diterpa terik mentari. Anda akan merasa rileks saat berada di pulau ini.



Baby Jim Aditya bersama suami Jim Aditya, atas rekomendasi dari Wakil Walikota Pariaman Dr. Genius Umar kepada Dinas DKP Kota Pariaman, Humas Pemko Pariaman, Dishubkominfo Kota Pariaman untuk melakukan tour wisata bawah laut snockling dan diving di halaman pulau ujung bersama rekan-rekan jurnalis dari harian Singgalang, Antara, dan saya sendiri ke pulau ujung. Kami semua ditemani oleh tim penyelam profesional dari Tabuik Diving Club Pariaman lengkap dengan perlengkapan snockling dan Diving milik DKP Kota Pariaman yang datang menyusul.




Pulau ujung adalah bagian gugusan empat pulau yang menghadap ke arah pantai Pariaman. Untuk menuju ke pulau, para wisatawan bisa menyewa perahu bermesin milik para nelayan. Sangat disayangkan akses menuju ke pulau masih bersifat parsial dan insidentil. Padahal, para wisatawan banyak berminat berkunjung, namun tidak tahu dimana mereka hendak menyewa perahu tersebut.




"Kita upayakan secepatnya agar dibangun sebuah dermaga di halaman pantai gandoriah melaui dana kementrian," kata Genius suatu ketika saat ditanya kapan dermaga wisata dibangun.

Pantai Pariaman adalah pantai yang terbuka untuk umum dan gratis untuk semua kalangan dari segala penjuru. Dari data yang kami dapatkan, sejak tahun 2010, terjadi grafik peningkatan kunjungan wisatawan domestik ke Pantai Pariaman. Hal ini tentu tak terlepas dari transportasi penunjang semacam kereta api wisata, dimana stasiunnya tepat berada di halaman pantai Gandoriah Pariaman.

Pantai Pariaman plus pe pulauannya memiliki keunikan tersendiri, diantaranya adalah bibir pantai berpasir halus mendatar membentang sebelum ombak memecah bejarak lebih kurang 100 meter, kemudian keberadaan terumbu karang dengan biota lautnya di tiap-tiap halaman pulaunya, adanya makam-makam bersejarah di pulau angso duo, penangkaran penyu alami di pulau kasiak. Saat berada di pulau ujung, segerombolan ikan lumba-lumba tengah menari-nari di halaman pulau tersebut seakan hendak menyapa kami.

Disamping empat pulau di atas, masih ada satu pulau lagi yang letaknya jauh di tengah, yaitu, pulau bando atau pulau kosong sebutan masyarakat setempat. Pulau bando terlihat jelas dari tepian pantai Pariaman meskipun kecil bersebab posisinya yang jauh dipandang mata. Menurut orang yang pernah pergi kesana, di pulau tersebut banyak para nelayan mencari telur penyu.

Hingga kini, hanya pulau anso duo dan pulau kasiak yang sudah mendapat sajian listrik solar panel, sedangkan pulau ujung dan pulau tangah belum terjamah pembangunan apapun. Dari orang yang pernah ke pulau tengah, katanya, persis ditengah pulau tersebut terdapat sebuah dermaga ber air jernih. Sayang.. Saya belum sekalipun menginjakkan kaki di pulau tersebut untuk membuktikannya.

Syarat-syarat untuk menjadikan sebuah pulau sebagai pusat kunjungan wisata tentu musti membangun sarana pendukung terlebih dahulu, Diantaranya; Dermaga, listrik, warung atau restoran, homestay atau penginapan dan entitas yang musti ditonjolkan di tiap-tiap pulaunya agar unik dan berbeda dari pulau lainnya.

Dari hasil wawancara kami dengan berbagai narasumber dilingkungan Pemko Pariaman, kendala utama untuk membangun sebuah pusat destinasi wisata bahari di Kota Pariaman adalah finansial. Yaitu sulitnya mencari investor yang serius untuk menggarap. Padahal, progress wisata Bahari Pariaman sangat menjanjikan. Membangun dengan mengalokasikan dana APBD, menurut saya sangat rasional. Kita musti belajar pada Pemko Sawahlunto yang berani membangun kawasan wisata melalui dana APBD nya.

Pantai Pariaman dan pepulauannya Ibarat Sorga di pelupuk mata. Tampak, jalan tak tahu.

Catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update